Adidas Rilis Bola Tercepat dan Terakurat untuk World Cup 2022
Adidas secara resmi merilis bola ke-13 bernama ‘Al Rihla’ atau ‘Sebuah Perjalanan’ yang memiliki desain unik serta teknologi kecepatan dan keakuratan inovatif untuk Piala Dunia 2022 November nanti di Qatar.
Teks: Inaya Pananto
Foto: Adidas
Ajang pertandingan sepak bola dunia, World Cup 2022 sudah tidak jauh lagi di mata dan salah satu indikator kuat adalah resmi dirilisnya bola yang akan digunakan dalam pertandingan sepak bola dunia nanti. Bola Piala Dunia ke-13 yang diproduksi Adidas ini dideskripsikan memiliki desain yang dapat mendukung permainan dengan kecepatan paling tinggi dan mencatat waktu terbang tercepat ketimbang bola-bola Piala Dunia sebelumnya. Mempertimbangkan fungsi bola ini sebagai pendamping perjalanan bersejarah Piala Dunia, nama terpilih yaitu ‘Al Rihla’ yang berarti ‘Sebuah Perjalanan’ adalah nama yang tepat.
Bola Piala Dunia adalah salah satu ikon penting dari rangkaian Piala Dunia, lebih dari sekadar aspek ikonografisnya namun juga cerita keseluruhan dari ajang olahraga internasional ini. Untung melengkapi penampilan pertandingan tahun ini, Al Rihla dirancang secara apik di lab khusus milik Adidas melalui data trial berulang kali mulai dari terowongan angin untuk ketahanan hingga ketepatan pitch. Semua ini kemudian dibungkus cantik dengan pilihan warna yang vibran dan grafik yang menari di atas latar putih yang berwarna mutiara, merefleksikan fitur kecepatan yang dikedepankan oleh Adidas dan juga dalam pertandingan sepak bola.
Desain luar Al Rihla terinspirasi dari unsur-unsur simbolis identik dengan Qatar, selaku tuan rumah, mulai dari kebudayaan arsitekturnya yang kaya, kapal-kapal besar, serta bendera dari Qatar sendiri yang berwarna putih merah marun. Dari segi fungsionalitas, Al Rihla dilengkapi dengan CTR-Core, yaitu inovasi teknologi pada inti bola serta lapisan SpeedShell, atau kulit polyurethane (PU) dengan tekstur mikro dan makro yang memungkinkan kecepatan optimal dan keakuratan arah ketika dibidik.
Design Director Football Graphic and Hardwear Adidas, Franziska Loeffelmann, menuturkan bahwa semakin laju pertandingan bertambah cepat maka akurasi dan stabilitas (pada bola) menjadi sangat penting dan desain bola terbaru ini dapat menjaga kecepatannya secara signifikan salama melintas di udara. Adidas sendiri berkomitmen untuk mewujudkan apa yang semula mustahil melalui inovasi radikal untuk menciptakan bola Piala Dunia tercepat sejauh ini.
Perilisan ini akan menandakan dimulainya perjalanan Al Rihla ke 10 kota di mana Adidas tengah membuat proyek inisiatif berseri yang bertujuan untuk meningkatkan ekuitas di antara komunitas olahraga lokal. Sepuluh kota yang akan menjadi tujuan-tujuan perjalanan bola Piala Dunia ini termasuk, Dubai, Tokyo, Shanghai, Mexico City atau New York diharapkan akan meninggalkan dampak positif untuk beragam komunitas bahkan di luar lapangan hijau.
Dalam sejarah berusia 92 tahun Piala Dunia sendiri, Al Rihla akan menjadi bola pertama yang akan berkontribusi langsung dalam menggalang dana untuk berbagai bantuan kemanusiaan di dunia saat ini. Hasil penjualan bersih dari Al Rihla nanti akan masuk menjadi bantuan gerakan kemanusiaan dari Common Goal. Al Rihla menjadi bola ke-13, puncak tertinggi saat ini dalam menandai perjalanan panjang yang telah dijalin oleh Adidas dengan penyelenggara World Cup.
Adidas yang telah mendesain total 13 bola khusus untuk piala dunia sejak bola pertama mereka yaitu ‘Telstar’ di tahun 1970. Telstar sendiri menjadi sangat dikenal dengan desain 32 panel hexagonal dan pentagonal berwarna dominan putih dengan segmen-segmen hitam menjadikannya begitu menonjol terlihat di layar TV kontras dengan hijaunya lapangan. Saking ikoniknya, versi terbaru dari Telstar yaitu Telstar 18 kembali menemani para atlet Piala Dunia merumput di tahun 2018 lalu, Piala Dunia terakhir sebelum menyeruaknya wabah global Covid-19.
Antara bola debut Adidas Telstar dan penerusnya Telstar 18, Adidas memproduksi jenis-jenis bola Piala Dunia yang juga tidak kalah ikoniknya antara lain, Tango (1978), Azteca (1986), Etrusco Unico (1990), bola pertama yang memperkenalkan warna tambahan yaitu aksen biru dan merah selain hitam putih yaitu Tricolore (1994), Fevernova (1998), Jabulani (2010) yang dikenal sedikit kontroversial di kalangan penjaga gawang karena desainnya yang begitu ringan, dan terakhir Brazuca (2014) pada Piala Dunia di Brazil.
Mempertahankan gelar legendanya, melalui Al Rihla Adidas percaya bahwa olahraga adalah milik kita semua, dan Adidas akan terus fokus dan aktif dalam mengembangkan akses dan ekuitas bagi komunitas global pemain bola dengan tujuan mendorong perubahan sosial yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan banyak anak-anak muda di seluruh dunia.