Minat Kalangan Gen Z Akan Pakaian Gaya Vintage Berpotensi Menciptakan Masa Depan Cerah Bagi Budaya Resale Fashion
Kalangan Gen Z sendiri telah menyampaikan bahwa mereka lebih minat akan gaya belanja secondhand dikarenakan sifatnya yang lebih sustainable, dan keinginan untuk melestarikan hubungan antara komunitas penggemar aliran mode tertentu, seperti vintage fashion.
Teks: Titania Celestine
Photo: Adrià Jiménez via Unsplash
Belakangan ini tampaknya nostalgic moment yang sedang diminati banyak kalangan remaja dan dewasa muda yaitu Y2K aesthetic. Walaupun memang beberapa gaya pakaian atau outfit silhouettes yang kurang cocok dengan kelompok-kelompok tertentu, seperti demografi anak-anak dan dewasa, kebanyakan fashion curators yang memilih untuk produksi merchandise bertemakan Y2K menggunakan sarana media sosial untuk memikat perhatian pelanggan, terutama Gen Z.
Ditemukan bahwa kalangan kelompok Gen Z merupakan peminat terbesar untuk Y2K fashion, dengan besarnya jumlah penggemar vintage pieces. Melalui fitur reels di Instagram dan TikTok, kedua platform tersebut telah menjadi media promosi bagi bisnis kecil dan secondhand vintage stores yang berbasis online untuk mencapai kesuksesan.
“Yang keren dilihat itu melihat pemanfaatan fitur berbasis video untuk menceritakan kisah produk vintage yang dijual sehingga terkesan memiliki cerita masing-masing. Khususnya, ketika menyangkut gaya tertentu atau barang thrift, terkadang ditemukan terasa intimidating bagi calon pembeli, karena mereka tidak terbiasa dengan gaya belanja seperti itu, yang terasa lebih niche dari belanja retail,” ujar Jenna Gottlieb, tim merchandiser editorial Instagram.
Kemampuan bagi pasaran benda vintage dan thrift untuk menggabungkan customer base keduanya dunia daring dan luring dianggap akan menjadi masa depan resale shopping culture, yang kemudian akan mengalahkan maraknya tradisi fast fashion yang ditemukan pada industri mode internasional.
Kalangan Gen Z sendiri telah menyampaikan bahwa mereka lebih minat akan gaya belanja secondhand dikarenakan sifatnya yang lebih sustainable, dan keinginan untuk melestarikan hubungan antara komunitas penggemar aliran mode tertentu, seperti vintage fashion.
Selain barang-barang vintage, banyak juga pihak yang mengolah beberapa benda vintage menjadi one-off pieces yang unik, yang kemudian dianggap menjadi koleksi yang berbeda-beda di setiap produksinya dengan jumlah stok yang terbatas.
“Jika Anda ingin menarik perhatian kalangan Gen Z, maka harus ada sebuah inkorporasi aspek fun,” ungkap Elona Zharku, Co-Owner dari Tired Thrift.
Elona mengungkapkan bahwa toko miliknya, Tired Thrift, memiliki acara bulanan dimana para pembeli memiliki kesempatan untuk hang out dengan tim Tired Thrift dan juga co-founders perusahaan tersebut. “Hal ini supaya ada kombinasi really sick clothing, dan juga tempat dimana pembeli dapat merasa nyaman.” tutup Elona.