Things We Dislike: Worst of 2021
Kembali hadir untuk mengevaluasi apa yang telah terjadi, di penghujung tahun 2021, kami mengumpulkan hal-hal yang tidak disukai oleh tim kami beserta alasannya.
Words by Whiteboard Journal
Tahun ini, seperti tahun lalu, kita masih harus berhadapan dengan COVID-19. Banyak yang terjadi, baik hal yang membahagiakan maupun hal yang menjadi bahan renungan. Kembali hadir untuk mengevaluasi apa yang telah terjadi, di penghujung tahun 2021, kami mengumpulkan hal-hal yang tidak disukai oleh tim kami beserta alasannya.
M Hilmi
Managing Editor
What:
#1Hari1Oknum
Description:
Entah kapan kita bisa bernapas lega. Kadang mikir statement ACAB itu bisa melukai keluarga orang yang sebenarnya tidak salah apa-apa. Tapi di saat yang sama para “oknum” ini sudah meninggalkan luka begitu dalam di banyak orang. Belum lagi soal korupsi, profesionalitas, kepentingan dan hal-hal lain. Beberapa hari terakhir ternyata borok tersebut semakin bau anyir.
Shadia Kansha
Editorial Staff
What:
The ‘Not-So-Full’ Experience
Description:
Mungkin tidak banyak yang akan berbagi sentimen ini denganku, tapi sebagai seorang fresh graduate yang baru dapat kerja, mau dong bisa ngerasain the full experience. Namanya manusia yang tidak pernah puas, nggak bisa bohong juga kalau aku pengen banget bisa ngerasain kerja di kantor. Tau sih kalo ini cuma norak-norak awal-awal dapet kerja.
Tapi ya gimana ya…
Mungkin ini bukan hal paling buruk yang terjadi tahun ini. PPKM tahun ini hadir untuk menekan angka positif yang meroket di luar kendali. Alih-alih mengutuk kenapa keadaan tidak kunjung membaik, aku justru mengutuk mengapa pandemi ini ada. Coba kalo nggak ada? Banyak dari kita bisa ngerasain toga dan wisuda di aula kampus. Banyak konser dan festival yang bisa kita kunjungi. Banyak kenangan indah yang bisa kita dapat ramai-ramai.
Semua orang “masih” merasakan kehilangan tahun ini. Baik itu seseorang yang disayangi atau mungkin kesempatan yang tidak bisa kita dapatkan kembali.
Mardhi Lu
Graphic Designer
What:
Staticity
Description:
Felt like I could accomplish a lot more this year. Feeling static and not the electric kind. Compared to 2020, 2020 is filled with more ups and downs that made the year memorable. 2021 is like Graham Crackers, doesn’t leave that much impression.
Here’s to 2022 for a lot more daring explorations and opportunities. Let’s create more stupid stuffs and do something better. (and hoping the world could change for the better with all the doom looming over us in the future)
Nada Salsabila
Editorial Intern
What:
Feeling Disconnected with Everything
Description:
Banyak orang saat pandemi terpacu buat ngelakuin banyak hal, and I gotta admit I’m one of those people yang selalu push myself into doing, well, a lot of things. Tapi makin lama yang gue rasain mostly capek. Capek karena despite everything I want to do, hasilnya suka gak maksimal karena ada “batasan” yang harus dilakukan karena pandemi.
I’m feeling totally disconnected from almost everything, especially with the things I love. I’m tired doing things I used to enjoy, I didn’t reply any of my friend’s text, gak ada motivasi untuk ngerjain skripsi, masih banyak lagi, dan semua itu bikin mental state gue jadi jatuh. But the worst thing is, I feel like I lost something that’s most important in this pandemic, which is myself.
Hafiza Dina
Editorial Intern
What:
My mental health state
Description:
COVID-19 emang udah nyerang dari tahun lalu, tapi gua pikir everything gets worse this year, and it affects my mental health pretty bad. Mulai dari bokap kena COVID dengan outcomes yang cukup parah, PPKM Level 4 yang bahkan bikin gua gabisa keluar kosan, sampai every opportunities i’ve missed this year karena salah buat perhitungan: semuanya bikin kondisi mental gua makin parah, and i have to go back and forth untuk berdamai dengan semua yang terjadi. Sebenci-bencinya gua dengan kondisi mental yang seperti ini, gua yakin akan satu hal, sih. Meski jalan untuk bisa berdamai dengan keadaan pasti masih panjang, tapi kalau gua udah bisa lewatin its peak this year, at least harusnya gua bisa siapin diri untuk whatever comes next, kan?
Titania Celestine
Editorial Intern
What:
Accepting defeat, harus cuti kuliah setahun
Description:
When COVID-19 hit Singapore dengan wave kedua, atau ketiga (I lost count tbh), gue dan keluarga gue akhirnya mencapai konsensus bahwa gue harus pulang dan cuti kuliah setahun. Alasan pertama: because they don’t want me catching COVID, dan yang kedua, sejujurnya gue mental breakdown dengan pace belajar kampus gue yang dua tahun bisa dapet gelar S1. Tapi, saat itu gue masih memperdebatkan kalo gue pasti kuat dorong diri gue to the absolute limit; the breaking point. Hal itu sendiri questionable banget, mau sampe titik apa gue puputan buat secure magna cum laude? Hah? Tapi, akhirnya, ngedepanin self love, gue cuti, dan menerima kalo setiap jalan hidup orang itu beda-beda – gak ada batas waktu ato ‘predetermined age’ untuk sukses. So just chill, dude.
That said, I do miss Singapore everyday.