Jelajah Skena: Kalimantan
Pada edisi Jelajah Skena ini kami mengangkat dan membahas berbagai macam geliat inisiatif yang tumbuh berkembang di Kalimantan yang bergerak di bidang musik, seni rupa, literasi, hingga inisiatif yang berfokus pada pengembangan kota.
Words by Whiteboard Journal
In partnership with British Council - DICE (Developing Inclusive Creative Economy)
Teks: Annisa Nadia Harsa
Ketika berbicara mengenai ekosistem kesenian dan kreatif di Indonesia, kerap kali adanya kecenderungan untuk berfokus pada satu titik. Seringkali kita lupa akan luasnya cakupan berbagai geliat dan komunitas yang ada di sepanjang nusantara. Pada seri Jelajah Skena kali ini, kami akan mengangkat dan mengeksplorasi beberapa inisiatif serta komunitas yang berkembang di ekosistem seni dan sosial budaya di Kalimantan. Merupakan pulau ke-2 terbesar di Indonesia, Kalimantan pun sajikan geliat komunitas yang beragam, mulai dari komunitas seni rupa, literasi, musik, geliat seni dan desain, hingga inisiatif berupa organisasi nirlaba yang berfokus pada pengembangan kota.
Komunitas Sekaligus Wadah Kreatif dan Seni Kalimantan
Layaknya wilayah lain di nusantara, Kalimantan pun memiliki berbagai komunitas kreatif dan seni rupa yang didirikan sebagai wadah kolaboratif bagi para penggiat kreatif. Salah satunya adalah Artsential Space, sebuah komunitas berbasis di Pontianak, Kalimantan Barat, yang juga berperan sebagai sebuah galeri seni. Ingin meningkatkan rasa apresiasi terhadap seni di kalangan masyarakat, Artsential Space kerap menggelar kegiatan kreatif yang terbuka untuk umum, seperti pameran, art class, serta program pemutaran film. Didirikan awal tahun 2020 ini, Artsential Space telah menggelar pameran unik yang mampu menarik perhatian dan meningkatkan apresiasi bahkan bagi mereka yang masih awam mengenai dunia seni, yaitu melalui sebuah pameran yang menampilkan barang-barang kenangan dari sosok mantan pasangan. Bertajuk “Time Heals, Time Kills”, aspek relatability ini menunjukan sebuah pengalaman yang umum dan universal dalam pamerannya, sehingga dapat menimbulkan rasa ketertarikan yang lebih kuat dari para pengunjungnya.
Selain kota Pontianak, Banjarmasin pun tak kalah dalam memiliki sebuah komunitas seni rupa. Bernama Borneo Art Enthusiast, atau yang sering disingkat sebagai Bartiast, komunitas ini didirikan oleh seniman Tytae Djamal sebagai wadah sekaligus sarana untuk berbagi pengetahuan mengenai kesenian. Kini, Bartist telah memperluas jaringan mereka dan bekerja sama dengan 80 orang penggiat seni lintas kota di pulau Kalimantan, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Kota Baru, Bati-Bati, serta Kalimantan Selatan. Dalam praktisi mereka, Bartiast ingin memajukan apresiasi dan geliat seni melalui pameran serta kegiatan menggambar bersama. Dengan adanya kegiatan berkarya bersama, Bartiast ingin para pelaku seni untuk saling berbagi pengetahuan mengenai teknik, alat, serta pasar seni dari bidang seni lukis, komik, ilustrasi, hingga desain grafis. Selain sebuah platform, Tytae Djamal juga ingin Bartiast menjadi pusat pergerakan dan pembelajaran seni rupa di Kalimantan Selatan yang belum memiliki sekolah seni rupa.
Tak hanya Pontianak dan Banjarmasin, Palangka Raya juga sajikan sebuah platform yang ingin mengembangkan iklim seni Kalimantan Tengah. Didirikan oleh desainer Zein Alitamara, Studio Kurik merupakan sebuah platform yang ingin meletakkan Palangka Raya dan pulau Kalimantan pada peta sebagai kota yang memiliki kota kreatif, agar tak selalu tersentralisasi pada wilayah tertentu saja seperti Jakarta atau Bandung. Dalam pencapaian hal tersebut, Studio Kurik sediakan sarana yang mempertemukan berbagai pegiat kreatif lokal di Palangka Raya untuk berkolaborasi. Selain itu, Studio Kurik juga ingin mempersatukan dan menjalin tali kolaborasi antara identitas kebudayaan Dayak dalam karya seni Kalimantan. Dengan upaya-upaya tersebut, Studio Kurik juga ingin meningkatan rasa apresiasi kepada seni agar terus tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Palangka Raya.
Pontianak Sebagai Poros Pergerakan Geliat Musik Kalimantan
Jika melihat geliat inisiatif komunitas musik di Kalimantan, Pontianak merupakan pusat bagi banyak pergerakan yang segar. Salah satunya adalah Djagad Karja, sebuah studio musik yang sekaligus berperan sebagai ruang kesenian untuk memajukan geliat musik di ibukota Kalimantan Barat ini. Dalam praktisi mereka, Djagad Karja kerap menggelar berbagai proyek seperti “Music on Djagad Karja”, atau MOD, sebuah sesi pertunjukan musik live yang menampilkan berbagai musisi lintas genre yang aktif di Pontianak. Selain itu, Djaga Karja pun sediakan ruang mereka sebagai tuan rumah untuk perhelatan Festival Musik Rumah 2019, sebuah festival musik yang menampilkan para pelaku musik lintas wilayah di Indonesia. Namun, secara bersamaan, Djaga Karja tak lupa membuka ruang mereka bagi penggiat kreatif non-musik. Sebagai suatu komunitas, Djaga Karja juga sediakan sebuah ruang kreatif alternatif bagi mereka yang ingin berkarya dan bergeliat di bidang industri kreatif, hal tersebut pun dilakukan dengan menyediakan sebuah studio dan ruang kesenian lainnya.
Selain Djaga Karja, Pontianak juga merupakan rumah bagi Parklife People, sebuah kolektif yang juga berfokus dalam menyelenggarakan pertunjukan musik live dan membangun jejaring antara komunitas dan musisi di kota-kota lain. Dalam upaya mereka untuk memperluas cakupan jejaring tersebut, Parklife People sajikan berbagai program seperti “Tune On” (@tuneon.id), sebuah program music showcase yang mengangkat berbagai musisi dari dalam maupun luar negeri. Lalu, Parklife People juga kerap menggelar “Kosong Kosong Festival” (@kosongkosongofficial), sebuah festival tahunan yang mengundang berbagai penggiat kreatif di kota Pontianak. Tak hanya melalui berbagai perhelatan berbagai acara, Parklife People juga sajikan dukungan bagi para musisi melalui pendirian sebuah label rekaman, Parklife Records, yang berfokus untuk mengangkat dan membantu perilisan para musisi kota Pontianak. Tentunya, sebagai komunitas, Parklife People juga sajikan sarana lainnya bagi para pelaku kreatif pontianak, seperti penayangan film melalui program bioskop alternatif serta sebuah art shop. Dengan menyediakan wadah untuk lintas geliat kreatif, Parklife People tawarkan komunitas seni yang dinamis untuk kota Pontianak.
Sebagai kota yang memiliki jejaring komunitas musik yang kuat, Pontianak juga merupakan rumah bagi Rebahan Kolektif. Alih-alih komunitas besar lintas disiplin yang kerap berperan dalam berbagai perhelatan musik besar, Rebahan Kolektif merupakan wadah bagi mereka yang gemar akan pergerakan musik underground di Pontianak. Sebagai kolektif musik, Rebahan Kolektif kerap mengadakan gigs dalam skala kecil, salah satunya adalah program rutin bernama “Shut The Door” yang berfokus untuk menampilkan para musisi lokal Pontianak. Dengan mengusung semangat dan prinsip DIY dalam praktisi mereka, Rebahan Kolektif menggerakkan gigs mereka dengan prinsip pertemanan dan kolektif sebagai fondasi. Dengan adanya keakraban di antara para pelaku kreatif ini, Rebahan Kolektif ingin menjaga keseruan agar terus menghidupi skena musik dalam iklim kreatif Pontianak
Mengembangkan Kota Melalui Literasi dan Organisasi Nirlaba
Tak hanya di bidang seni rupa ataupun musik, Kalimantan pun juga sajikan berbagai inisiatif yang bergerak di bidang edukasi. Salah satunya adalah Kampung Buku Banjarmasin, sebuah kios buku sekaligus pusat literasi yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan apresiasi terhadap literasi di kalangan masyarakat Banjarmasin. Salah satu inisiatif untuk mencapai hal tersebut adalah melalui kerja sama dengan berbagai penerbit buku independen, seperti Sabuku BookShop, Thalib BookShop yang berfokus dengan topik sosial dan politik, TandaPetik Books untuk karya-karya sastra, dan Antasari untuk buku agama dan politik. Komunitas ini pun lahir tak hanya untuk menyediakan berbagai buku namun juga sebagai pemicu minat literasi dan budaya. Dalam praktisi mereka, Kampung Buku Banjarmasin juga kerap sediakan ruang mereka sebagai sarana untuk diskusi isu-isu literasi dan seni guna mempererat hubungan antara pelaku kreatif dan peminat literasi di Banjarmasin.
Banjarmasin juga memiliki sebuah inisiatif yang tak kalah aktif dalam kontribusi mereka di segi sosial dan budaya. Kaki Kota merupakan sebuah inisiatif dalam bentuk organisasi nirlaba yang berfokus pada pengembangan kota Banjarmasin. Didirikan oleh tiga individu dengan latar yang berbeda, Kaki Kota memiliki fokus untuk bergerak di bidang sosial, kebudayaan, dan kemanusiaan. Dalam upaya untuk mengembangkan kota Banjarmasin, Kaki Kota mengutamakan partisipasi dan kepedulian warga sebagai fondasi yang sangat kuat dalam kemajuan suatu kota. Sebagai komunitas, Kaki Kota juga mengusung pendekatan yang inklusif dalam program mereka, seperti program TUMI (Transformative Urban Mobility Initiative) yang ingin sediakan fasilitas bagi para difabel di Banjarmasin. Selain itu, Kaki Kota juga kerap sediakan wadah bagi warga Banjarmasin untuk menyuarakan aspirasi, keluh kesah, dan memetakan solusi bersama-sama.
—
Artikel ini merupakan bagian dari proyek kolaborasi British Council – DICE dengan Whiteboard Journal yang berfokus untuk mengangkat Creative Hubs di Indonesia. Kolaborasi berjudul “Direktori” ini akan memuat profil komunitas serta kolektif lokal dari video series, interview, hingga buku. Tunggu rangkaian konten berikutnya di website kami.