Membahas Tren Cycling di Indonesia dan Prinsip One More Bike, One Less Car
Kami berkesempatan membahas tren cycling di Indonesia bersama co-founder dari Westbike Messenger, Duenno Ludissa Purboningrat.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Gernas Geraldi
Foto: Ergian Pinandita
Tren komunitas sepeda di Indonesia tidak hanya menjadi sebuah kegiatan olahraga saja, melainkan dapat dijadikan kegiatan rekreasi bahkan bisnis. Seperti yang dilakukan oleh Duenno Ludissa Purboningrat yang merupakan co-founder dari Westbike Messenger Service. Berawal dari sebuah komunitas sepeda fixie, Duenno bersama dengan teman-temannya membangun sebuah bisnis jasa pengiriman barang menggunakan sepeda bernama Westbike Messenger Service yang dulunya adalah sebuah toko yang menjual peralatan sepeda. Profesi kurir pengantar barang menggunakan sepeda tersebut ternyata banyak peminatnya hingga memiliki kompetisi internasional bernama Cycle Messenger World Championship yang pada bulan Agustus lalu diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Selain membahas profesi dan event tersebut, pada kesempatan ini Whiteboard Journal bersama Duenno juga membahas tren cycling di Indonesia mulai dari perkembangan komunitas, tips & trick cycling di Jakarta, hingga rekomendasi lagu dan gear yang pas untuk cycling.
Dalam pengalaman Anda menjalani kompetisi Cycle Messenger World Championship, bisa diceritakan sedikit bagaimana kompetisi tersebut terbentuk?
Sebenarnya kompetisi tersebut sudah lama. Pada tahun 1993 di Berlin, di sana banyak tukang koran. Pada tahun itu orang-orang mengirim koran dengan menggunakan sepeda. Sehingga banyak yang memiliki sepeda lipat dan sepeda lainnya. Lalu dengan keadaan tersebut ada orang yang memiliki ide untuk membuat kompetisi mengantar koran tersebut untuk mengetahui siapa yang lebih handal dalam mengantarkan koran. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu, kompetisi tersebut banyak peminatnya sehingga dibuat juga acara yang sama di negara lain. Pada akhirnya kompetisi tersebut menjadi acara tahunan. Sampai tahun ini sudah event ke-27 dari pertama kompetisi tersebut dibuat.
Cycle Messenger World Championship (CMWC) tahun ini diadakan di Jakarta. Persiapan apa saja yang sudah dilakukan?
Menjadi tuan rumah CMWC ini adalah salah satu usaha agar profesi kurir sepeda ini bisa bertahan di Indonesia.
Sebelum bisa menjadi tuan rumah sebenarnya kita harus melakukan bidding terlebih dahulu dan bidding tersebut memiliki jangka waktu yang cukup lama. Semisalnya, bidding-nya sekarang tapi acaranya untuk 2 tahun kemudian. Karena kompetisi ini membutuhkan persiapan lebih dari 1 tahun. Nah, kita menang bidding pada tahun 2017. Sejak tahun 2017 tersebut kita sudah memulai persiapan dengan cara belajar dari yang sebelum-sebelumnya sudah pernah menyelenggarakan. Kita sendiri baru mengikuti CMWC itu pada tahun 2015 di Melbourne. Tiga tahun mengikuti kompetisi tersebut, kita berhasil memenangkan bidding untuk dapat menjadi tuan rumah. Semenjak itu kami mulai membangun relasi dengan penyelenggara-penyelenggara sebelumnya. Ternyata benar saja, 2 tahun itu ternyata tidak terasa. Pertama yang disiapkan itu adalah mental. Karena kita sendiri berangkat dari komunitas jadi anak-anak yang dilatih terlebih dahulu. Karena jika sudah berani bid artinya sudah siap. Ketika mental anak-anak sudah siap maka baru susun rencana kerja, proposal, dan urus kira-kira sponsorshipnya siapa aja. Karena, sponsor tidak mungkin mengandalkan dari sini saja. Kita juga berusaha bekerja sama dengan stakeholders sepeda dari luar juga.
Cycle Messenger World Championship bisa dibilang sebagai acara besar bagi para kurir sepeda. Di Indonesia sendiri, apakah budaya kurir sepeda punya potensi tersendiri?
Antara iya dan tidak. Kita sedang mengusahakan, justru menjadi tuan rumah CMWC ini adalah salah satu usaha agar profesi kurir sepeda ini bisa bertahan di Indonesia. Kalau kami kan sebenarnya berangkat dari komunitas sepeda fixie setelah itu baru dibentuk komunitas messenger bike pada tahun 2013. Pada saat itu ojek online belum seperti sekarang. Setelah kami mulai meredup pada saat itulah kami melihat kompetisi di luar negeri dan kami pun mengikutinya. Kalau di luar itu budaya kurir sepeda memang sudah tahunan. Bahkan, di luar sana banyak kurir sepeda yang sudah berumur masih bekerja. Which is, profesi tersebut sudah lama beroperasi di sana dan para kurir sepeda bukan profesi yang hanya keisengan semata-mata. Melainkan, banyak yang dari mereka sudah memiliki keluarga. Artinya, profesi tersebut sebenarnya cukup menjamin.
Lebih baik menggunakan kendaraan umum, tapi bukan seperti ojek online atau juga taksi online.
Di tahun 2016 kami baru menyadari bahwa di Indonesia sendiri ternyata ada komunitas messenger juga. Maka dari itulah kami membuat Indonesia Bike Messenger Assosiation yang pada saat itu hanya terdapat 16 kota. Tapi saat ini sudah sekitar 29 kota. Jadi, jika ditanya berpotensi atau tidak? Maka kami sedang mengusahakannya kembali dengan cara kita menjadi tuan rumah CMWC 2019 untuk mempertemukan rider lokal dengan rider luar. Sehingga rider-rider kita tidak merasa sendirian menjadi messenger.
Saat ini eksistensi komunitas sepeda di kota-kota besar di Indonesia sedang naik. Apakah hal tersebut membawa dampak positif bagi komunitas kurir sepeda?
Itu pasti. Karena dengan bertumbuhnya komunitas-komunitas tersebut, artinya semakin banyak pengguna sepeda. Kita itu prinsipnya one more bike, one less car. Artinya, jika semakin banyak pengguna sepeda, berarti semakin banyak orang yang merasakan menggunakan sepeda di keseharian. Walaupun dari sisi jarak, tingkat lelahnya, dan nyaman atau tidaknya itu relatif. Tapi jika semakin sering mereka bersepeda, mereka akan segera sadar bahwa sebenarnya yang membuat tidak nyaman itu adalah udara, polusi, dan macet. Sedangkan semakin banyak yang bersepeda maka faktor-faktor yang membuat tidak nyaman tersebut akan berkurang. Jika dibandingkan kita sendirian menggunakan sepeda dengan kita bersama-sama 50 orang bersepeda itu akan terasa sekali perbedaannya. Untuk orang-orang yang pernah bersepeda di luar negeri, pasti ketika kembali ke Indonesia memiliki harapan yang sama, bahwa ternyata sepeda itu dapat dijadikan sebagai alat transportasi, alat rekreasi juga bisa, dan alat olahraga juga bisa. Ditambah lagi akan mengurangi polusi. Tapi jika tidak terjadi sebuah movement yang besar maka tidak akan terasa dampaknya.
Kita itu prinsipnya one more bike, one less car. Artinya, jika semakin banyak pengguna sepeda, berarti semakin banyak orang yang merasakan menggunakan sepeda di keseharian.
Apa harapan Anda bagi para pengguna sepeda di Indonesia?
Harapannya, lebih sering bersepeda saja. Jika memang sudah mempunyai sepeda, maka lebih sering lagi untuk digunakan dan coba menanamkan ke dalam diri masing-masing untuk menganggap lebih baik menggunakan kendaraan umum, tapi bukan seperti ojek online atau juga taksi online. Kendaraan umum itu seperti bis, kereta, bahkan sekarang sudah ada MRT dan sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi.
Saat ini sudah banyak orang-orang yang menggunakan sepeda sebagai transportasi sehari-hari. Contohnya adalah tren bike to work. Menurut Anda, apakah pemerintah perlu membuat rambu lalu lintas khusus untuk para pengguna sepeda? Jika perlu, apa contohnya?
Rambu itu kan butuh dana, ditambah lagi dengan tata kota Jakarta yang belum tertata dengan baik. Sehingga jika kita ingin membuat jalur khusus atau rambu khusus untuk sepeda, tidak akan membawa pengaruh. Karena banyak persiapan yang rumit seperti pelebaran jalan, dsb. Jika memang pemerintah ingin membantu para pengemudi sepeda, coba dimulai dengan membuat regulasi emisi gas buang kendaraan. Jangan sampai kita masih harus menghirup asap-asap dari pembuangan kendaraan. Itu akan sangat kami appreciate. Setelah itu mungkin bisa dipikirkan untuk kelanjutannya, tapi itu juga akan memakan waktu yang lama. Karena, Paris saja untuk bisa menjadi seperti sekarang, mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun. Itu negara maju, bagaimana dengan kita yang negara berkembang?
Jika memang pemerintah ingin membantu para pengemudi sepeda, coba dimulai dengan membuat regulasi emisi gas buang kendaraan.
Selama pengalaman anda bersepeda, apakah Anda mempunyai 5 rute favorit untuk cycling?
Paris, karena seluruh kotanya sudah terhubung dengan jalur sepeda. Ditambah lagi jalur sepeda di sana berbarengan dengan jalur bis. Kalau di kita itu seperti Transjakarta dan di sana sudah terdapat rambu-rambu khusus untuk sepeda hingga lampu merahnya juga ada. Banyak faktor pendukung di sana seperti tersedia toilet umum di mana-mana dan tempat pengisian air minum yang bersih.
Melbourne, walaupun di sana cenderung flat karena tidak terlalu banyak jalur sepeda. Tetapi di sana kendaraan bermotornya sedikit. Jadi seakan-akan para pengemudi sepeda seperti “raja jalanan” dan orang-orang di sana sangat appreciate dengan sepeda. Contoh, jika di jalanan ada sepeda yang ingin lewat di depan mobil. Itu pasti mobilnya berhenti.
Riga – Latvia, karena udaranya dingin, kendaraan bermotornya sedikit, di sana juga banyak yang menggunakan sepeda. Jalanan di sana dibagi dengan kanal sehingga kita dapat bersepeda sepanjang kanal itu dan di sana juga terdapat banyak jembatan-jembatan bagus yang menghubungkan kota tua dengan kota modern.
Montreal – Kanada, disana terdapat banyak taman besar, banyak danau, dan di sana terdapat gunung di samping kotanya. Jadi kita dapat bersepeda naik ke atas gunung tersebut untuk melihat-lihat kota dari atas sana. Di sana suasananya hampir mirip dengan Paris.
Kalau di Indonesia itu di Solo. Di sana sangat keren karena walaupun jalur sepedanya hanya segaris tapi lebar seperti di luar negeri.
Dengan kondisi lalu lintas di Jakarta yang padat, apa tips dari Anda untuk melakukan safety riding dalam cycling?
Di sini, safety riding yang paling cocok adalah offensive riding.
Di sini, safety riding yang paling cocok adalah offensive riding. Karena kalau di jalanan sini itu survival of the fittest deh sepertinya. Jika ragu-ragu di jalan akan terkena senggol dan jika kita terlihat seperti hesitate maka jalur kita akan diambil. Pertama, kita tetap harus jalan di sisi kiri tapi jangan terlihat takut-takut. Kita harus mengambil jalur kita sebagai pengendara suatu kendaraan. Kedua, adalah kita harus mengerti bahwa, orang Indonesia itu bukan orang jahat. Pada dasarnya mereka mungkin tidak tahu jika mereka jaraknya terlalu dekat dengan kita. Mungkin hanya pengetahuannya saja yang kurang. Kita harus sedikit lebih cerdas dan sabar menghadapinya dan yang paling terpenting adalah selalu memakai safety gear seperti, helm, kacamata, dan jika bersepeda di malam gunakan pakaian atau aksesoris yang reflektif agar sedikit memantulkan cahaya dan terlihat di jalanan.