Q, Suara Tanpa Gender Pertama di Dunia untuk Teknologi dan Asisten Suara
“I’m created for a future would be no longer divide by gender, but rather how we define ourselves.”
Teks: Vestianty
Foto: Dezeen
Ada ketidakseimbangan gender yang jelas dalam teknologi dan asisten suara. Contohnya saja pada saat berkendara. Baik itu Siri, Cortana, Alexa, atau suara wanita lainnya, mereka lah yang memberi tahu kita kapan harus berbelok ke kanan dari petunjuk di Google Maps, atau pun Waze. Yang paling umum terdengar dalam perangkat pintar masa kini tersebut adalah suara ‘wanita’ AI yang menyampaikan perintah. Namun Q, suara tanpa gender pertama di dunia, berharap untuk menghapus bias gender dalam teknologi.
Dibuat oleh sekelompok ahli bahasa, teknologi, dan perancang suara, Q berharap untuk “mengakhiri bias gender” dan mendorong “lebih banyak inklusivitas dalam teknologi suara.” Pada awalnya, agensi kreatif Virtue bekerja bersama dengan Anna Jørgensen, seorang ahli bahasa dan peneliti di Universitas Copenhagen, untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan suara netral-gender. Mereka kemudian merekam suara dua lusin orang yang mengidentifikasi sebagai pria, wanita, transgender, atau non – biner dalam mencari suara yang biasanya “tidak cocok dengan biner pria atau wanita.” Untuk menemukan suara ini, tim Q melakukan tes yang melibatkan lebih dari 4.600 orang untuk menilai suara pada skala 1 (pria) ke 5 (perempuan). Dari percobaan ini, peneliti audio dapat menentukan rentang frekuensi yang netral gender. Mereka merekam beberapa suara, mengerjakan nada, bunyi dan format filter, hingga akhirnya mencapai “Q.”
Terlepas dari kurangnya representasi perempuan dalam pengembangan AI, bukan suatu kebetulan bahwa hampir semua asisten suara diberikan nama-nama perempuan, seperti Amazon “Alexa”, Microsoft “Cortana”, serta Apple “Siri”. Menurut beberapa penelitian, terlepas dari jenis kelamin pendengar, orang biasanya lebih suka mendengar suara laki-laki ketika datang pada sebuah otoritas, tetapi lebih memilih suara perempuan ketika mereka membutuhkan bantuan. Sementara suara tanpa gender adalah langkah ke arah yang benar menuju inklusivitas, teknologi tidak dapat maju dan menjauh dari bias gender tanpa keragaman dalam peran kreatif serta kepemimpinan. Asisten suara gender memperkuat bias gender yang sudah berakar karena data yang digunakan dalam pelatihan pembelajaran mesin didasarkan pada perilaku manusia. “Teknologi harus berakar pada kebenaran budaya baru, bukan yang kuno. Dengan menggunakan data dan wawasan dari jaringan global kami, kami mengidentifikasi peluang unik untuk memajukan media teknologi yang semakin meluas dalam kehidupan sehari-hari,” papar Ryan Sherman and Emil Asmussen dari Virtue.
Q telah diluncurkan pada 11 Maret 2019 di SXSW di Austin, Texas. Meskipun kerangka kerja AI belum dikembangkan untuk menggunakan suara tanpa gender dalam praktik, Virtue dan Copenhagen Pride sedang berupaya mengimplementasikannya di seluruh spektrum teknologi. Mereka berharap menemukan tempat untuk Q hadir tidak hanya dalam produk-produk bantuan suara tetapi juga sebagai suara untuk stasiun metro, permainan, teater dan seterusnya.
Tentunya kehadiran Q tidak hanya menantang stereotip gender, tetapi juga mendorong banyak perusahaan teknologi untuk mengambil tanggung jawab sosial dalam hal keragaman dan inklusivitas.