Bicara Diss Track dan Pengaruhnya di Hip Hop Lokal Hari Ini
Mendiskusikan fenomena diss track bersama Laze hingga Tuantigabelas.
Words by Muhammad Hilmi
Berawal dari tulisan kritik Gerry “Xhaqala” terhadap fenomena battle rap di majalah HellMagz, mula beef antara Ben Utomo (rapper sekaligus bagian dari Allday Music – kolektif yang menginisiasi seri “Beef Rap Battle”) terpercik. Ben merespon kritik Gerry dengan track berjudul “Basian”, Gerry kemudian membalasnya melalui “Phone Call From Hell”. Turut pula Saykoji meramaikannya dengan track berjudul “Melempem”.
Kami melihat fenomena ini sebagai momentum untuk membahas mengenai skena hip hop kita, juga tentang apa yang terlupakan saat kita tenggelam dalam drama skena. Untuk itu kami berbincang bersama Laze, BAP hingga Tuantigabelas tentang diss track, tata krama dan hidup-mati hip hop kita.
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xhaqala – Saykoji?
Kurang lebih gue kayak penonton lini depan, karena gue terlibat di inti hal yang diperdebatkan (beef rap battle).
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
Sebelum saling serang lewat lagu, semuanya berawal dari artikel berisi kritik. Mungkin sebenarnya bisa dipahami cara orang melakukan sesuatu (dalam hal ini menyelenggarakan rap battle) memang beda beda gaya dan tujuannya. Sebenarnya saling kritik kalau membangun nggak ada yang salah.
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Nggak ada yang gue harapkan.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Melanggar tata krama sudah jadi budaya manusia bukan masalah budaya hip hop, dan di lagu diss kadang ada lirik yang ngelewatin batas kalo bawa hal yang terlalu personal. Tapi ini gue lihat masih sportif.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Nggak, kita cuma kasih pertikaian yang netizen suka, makanya seakan-akan jadi rame karena orang pada kompor pengen besarin apinya ikut-ikut komen, nge-post ulang lagunya. Tapi emang habis ini selesai nantinya pelaku hip hop atau hip hop di indonesia jadi lebih dipandang di skena musik Indonesia? Gue rasa ngga. Scene hip hop lokal selalu hidup, bahkan tanpa diss diss-an.
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xhaqala – Saykoji?
Gue nggak ngikutin sih, but I’ve heard some stuff about it, if it’s not my business then I don’t really need to put my voice in it
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Perdamaian (tertawa).
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Diss tracks aren’t my thing I guess, mending simpen materinya untuk bikin lagu personal, bukan untuk orang lain. I guess diss tracks broke a lot of barriers in terms of how musicians communicate but bottom line is, here I feel the culture is shifting a bit more from the old ways and I like it that way I suppose. Dissing people in public isn’t cool, personal businesses are better settled behind closed curtains.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
I don’t think so, the only way to revive the wave is to present new ideas and sounds to the scene. Dissing is easy, and being great and pushing the scene doesn’t come in easy steps.
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xhaqala – Saykoji?
Gue nggak ngikutin, tapi karena ini terjadi di circle yang memang gue ada di dalamnya dan semua pihak yang berseteru itu teman, jadi mau ga mau gue jadi tahu.
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
Pendapat gue adalah, as long ini masih dalam ranah beefing dalam song, no problem.
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Sebagai seorang rapper jelas yang diharapkan adalah persaingan kualitas lirik yg baik dari semua pihak.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Di era digital kaya gini, semua orang punya kebiasaan buruk bullying di internet. Dan itu nggak punya tata krama kalau menurut gue. Kalau kami para pelaku hip hop, nggak cuma keyboard warrior, kami menyuarakan apa yang harus kami suarakan dengan effort lebih, recording, bikin musik, bikin visual, dan jadi suatu karya. Jadi sebenarnya diss dalam hip hop adalah suatu wadah yang sehat untuk menghindari pertikaian diluar sana dengan saling bersaing dengan karya, itu fungsi awal diss track. Di budaya manapun entah timur atau barat, gue rasa kebebasan berpendapat dan bersuara adalah hak semua orang, bedanya hip hop kami pilih sebagai platform kami untuk bersuara.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Sudut pandang sempit gini cuma datang dari orang-orang yang nggak paham hip hop menurut gue, atau cuma melihat hip hop pas lagi rame karena ada kasus ribut-ribut. Hip hop dari era Iwa K dan pesta rap terus berkembang hingga sekarang, makin pesat malah. Nah kalau ngomongin menghidupkan kembali scene, memang kapan scene ini pernah mati?
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xhaqala – Saykoji?
Yep, gue ngikutin, and I think it’s a sweetener for the scene, they are doing what they feel they need to do. Gue nggak tahu apa yang bakal terjadi ke depan, gue harap semuanya baik-baik aja.
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
I feel like this whole ordeal is kind of like a wave yang spotlight gitu, gue sampe sekarang juga bingung sih kenapa diss track itu appealing banget, maybe the reaction is similar to watching some sort of a UFC battle, or maybe jangan-jangan diss track itu kayak gula jawa buat kopi tuku (tertawa).
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Yang gue harapkan dari ini adalah Ben Utomo, Xhaqala dan Saykoji bikin 1 track bareng yang keren banget. Ben verse 1, Xhaqala verse 2 bang Igor chorus & verse terakhir, keren nggak tuh? Honestly yang gue harepin sih ini baik-baik aja semuanya, cause I know all these people & they are nice guys that I know genuinely like hip hop. Pasti semuanya punya point of view yang berbeda, tapi I know they all do it for the love of it.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Gue rasa budaya kita memang kuat di tata krama, tapi juga vigilant kalo ada yang ‘nyenggol’, you know. We are living in a hybrid-milenial culture yang sangat adaptable & kita juga basian bangsa yang berhasil mengusir penjajah. I think kita emang punya budaya yang kuat di tata krama tapi juga senggol bacok.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Menurut gue ini emang momentum yang seru buat orang-orang. Memang netizen-netizen ini setelah gue perhatiin suka banget sama yang berantem-berantem gini ya (tertawa). Gue juga baru sadar pas gue kind of ride the wave of this beef thing & pura pura ngatain Tuantigabelas pake beat nya Ben Utomo, dan itu feedback masyarakat banyak banget yang nyuruh Tuantigabelas bales gue. Apalagi pas ‘diss’ gue ‘dibales’, sampe ada yang komen #kamihauskerusuhan segala hahaha. Buat gue, yang gue & Upi lakuin (saling bercanda nge-diss satu sama lain) jadi hal yang mencair-kan situasi. Gue cuman berharap banyak cara lain yang bisa dilakukan buat menghidupkan skena tanpa harus nge-diss satu sama lain.
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xaqhala – Saykoji?
Ya mengikuti
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
Menurut saya hal ini bisa membawa pengaruh buruk dan baik. Baik karena akan semakin membuat orang mengenal hip hop, buruk karena akan membuat orang yang belum tahu hip hop dengan baik akan menganggap hip hop adalah musik yang hanya berkutat soal makian.
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Saya berharap adanya karya yang lebih dari sekedar diss karena jika hanya berkutat di lagu diss akan membuat orang salah kaprah soal hip hop itu hanya melulu soal diss. Adanya diss ini akan meningkatkan perhatian massa ke mereka para pelaku diss. Akan lebih baik jika dimanfaatkan untuk mengeluarkan karya lain diluar diss.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Perlu pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah hip hop jika ingin berbicara soal diss. Hip hop sebenarnya merupakan musik yang mengutamakan kejujuran dan kebebasan berpendapat. Jelas dibutuhkan kedewasaan dalam mendengarkan lagu hip hop. Tentu budaya diss jauh dari budaya ketimuran kita. Namun di hip hop budaya diss adalah sesuatu yang tak terhindarkan dan inilah salah satu hal yang membuat orang tertarik mendengarkan hip hop bagaimana hip hop bisa begitu bebas dalam mengeluarkan pendapat.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Menurut saya bukan menghidupkan. Hanya menaikkan animo masyarakat saja soal hip hop khususnya lagu diss. Scene lokal jauh lebih berkembang lewat rilisan dan panggungan yg diadakan pelakunya.
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xaqhala – Saykoji?
Iya
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
Seru aja sih soalnya masing-masing punya sudut pandang sama latar belakang. Gue jadi makin ngerti orang-orangnya kayak gimana di scene hip-hop.
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Gue nggak tau sih intention mereka bikin ini tuh buat ekspresi atau emang pengen berantem aja, tapi kalo ternyata emang mau berantem, gue cuma berharap ga merembet kemana mana dan ganggu fokus gue dan musisi lain yang mau push the envelope karena terpaksa kubu-kubuan gitu hahaha.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Tata krama kan bagian dari budaya juga, dan budaya itu metode untuk menjaga nilai-nilai yang ada di masyarakat. Metode bisa berubah menurut gue, malah harus berubah biar bisa relevan terus dalam menjaga nilai di masyarakat. Dulu gue sempet kritisi soal diss diss-an, tapi waktu itu gue ngeliatnya udah nggak kayak sport lagi jatohnya, kayak bullying aja. Kalau dari diss diss-an nya sendiri sebenarnya potensinya ada buat jadi sesuatu yang positif, gue percaya konflik itu penting buat progress. Tapi ya tergantung pelakunya lagi, emang niat preserve nilai-nilai yang bagus atau enggak.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Menurut gue scene itu hidup dari ekosistem bukan views.
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xaqhala – Saykoji?
Saya menyimak diss antara Ben dan Xaqhala. dan saya nggak tau kalo Saykoji juga terlibat
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
Kebetulan saya juga terlibat dalam event yang diselenggarakan Ben dan kawan-kawan sebagai guest performer. Event tersebut memang bukan ajang yang bisa dibilang sempurna. Saya pribadi bisa memakluminya karena teknis produksi adalah hal yang kompleks. Dari sudut pandang Ben dan kawan-kawan, wajar bila mereka tersinggung dengan kritik Xaqhala, mengingat usaha keras yang mereka lakukan demi terlaksananya event tersebut.
Namun dari sudut pandang Xaqhala sendiri ada beberapa poin kritik yang memang bisa dijadikan input untuk kedepannya, terutama mengenai esensi dari kultur hip hop itu sendiri.
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Aksi dan reaksi wajar terjadi di skena ini menurut saya. Namun alangkah baiknya kalau materi dan kualitas dari diss track nya itu sendiri supaya lebih ditingkatkan. Saya sendiri bukan penulis lirik jadi soal kualitas teknis penulisan lirik hip-hop seperti rima, flow dan lainnya saya kurang paham. Tetapi yang saya maksud di sini adalah production value nya. IMHO diss nya Ben masih kurang terasa menyakitkan, dan balasan dari Xaqhala lumayan mantap tapi agak kelamaan munculnya, walaupun tidak bisa dijadikan tolak ukur seberapa dope diss track tersebut.
Mungkin masyarakat memang hobi melihat keributan, tetapi alangkah baiknya keributan yang dijadikan tontonan itu mampu menambah khasanah dan wawasan. Seperti saya sendiri yang secara tidak langsung jadi paham soal hip hop menurut sudut pandang dua generasi yang berbeda akibat ramai-ramai kasus Ben dan Xaqhala.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Bagi saya budaya ketimuran tidak akan pernah bisa nyambung sama budaya kebaratan. Dalam hal ini ya budaya hip hop kita sendiri tidak akan 100% sama dengan budaya hip hop negeri asalnya. Seperti dunia kesenian lainnya, pada akhirnya kita harus pandai-pandai mengkombinasikan norma kita dan kebebasan mereka. Contoh. penggunaan satir dalam lirik diss track mungkin bisa jadi jalan aman untuk menghindari polisi moral yang berkeliaran di interweb.
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Jujur opini saya, tergantung siapa yang bertikai. Dewasa ini banyak kalangan yang bukan dari skena hip hop yang justru malah mempopulerkan term “diss track” itu sendiri. Contoh sudah banyak terjadi perang diss track yang malah dilakukan oleh para influencer, YouTuber, atau seleb dunia maya dengan kualitas lirik dan produksi yang tidak bagus. Akibatnya publik malah disuguhkan drama-drama yang tidak substantif. Bagi saya sendiri kalau hanya sekedar menghidupkan skena lebih baik buat album sebanyak-banyaknya. Tunjukan kalau produksi hip hop kita sejajar dengan produksi hip hop negeri asalnya.
ANDRE – SHOTGUNDRE / ONAR
Apakah kalian mengikuti diss track Ben Utomo – Xaqhala – Saykoji?
Mau nggak mau jadi ngikutin. Soalnya dissing bagian penting dari kulturnya.
Apa pendapat kalian sampai sejauh ini?
Menurut gue masing-masing dari mereka sama-sama tau kelemahan yang mereka diss. Jadi serangannya on point.
Apa yang kalian harapkan akan muncul dari diss-diss mereka?
Gue nggak berharap apa-apa sih sejujurnya. Gue posisi netral. Gue pendengar yang antusias aja.
Kita hidup di Indonesia dengan budaya ketimuran dan tata-krama yang cukup kuat, bagaimana kalian melihat latar belakang ini dalam budaya hip-hop – terutama diss track yang membabat habis tata krama?
Kalau untuk dissing mungkin tata krama nya kalau ditanya harus dijawab. Kalau nggak gitu jadi nggak sopan (tertawa)..
Banyak yang bilang budaya diss ini menghidupkan kembali scene hip-hop lokal. Pendapat kalian?
Menurut gue dissing jadi bumbu aja. Kayak sambal matah memeriahkan scene rice bowl (tertawa). Sudah ada sejak lama tapi karena demographic dan timing jadi rame lagi.