Kata Anton Ismael Tentang Etika Stage Photography
Selain menguasai panggung, fotografer juga perlu mendalami karakter suatu band.
Teks: Carla Thurmanita
Jika bicara mengenai suatu pertunjukan, baik itu adalah musik, teater, fashion, maupun tari, rasanya tidak dapat terlepas pula dari proses dokumentasi atau pengambilan gambar dari penampilan yang digelar. Dan apabila dibandingkan dengan jenis fotografi lainnya, stage photography sedikit berbeda dan memiliki penanganan yang lebih sulit yang mana mengingat fotografi jenis ini bukan sekadar teknik membidik satu objek, melainkan penguasaan akan keragaman objek bergerak di atas panggung yang tidak terduga. Di sini kami bertanya pada Anton Ismael, seorang seniman sekaligus fotografer ternama di Indonesia, untuk berbagi pandangannya terhadap etika dalam melakukan stage photography.
Hal apa saja yang perlu dipertimbangkan ketika ingin mengambil gambar sebuah performance?
Pertama kali tentu harus menguasai panggung. Dan banyak hal yang diperhatikan dalam penguasaan panggung ini, seperti mempelajari tempatnya dahulu dan tata lighting. Misal, saya biasanya melakukan sebuah gladi resik – mendatangi tempatnya dulu untuk melihat tata lighting itu tadi, kemudian kekuatan cahaya nya seperti apa. Bahkan sesederhana kapan lampu merah dan lampu biru nyala.
Lalu perkiraan waktu ketika performer akan melakukan gerakan-gerakan yang menarik. Kalau untuk penampilan musik, pengenalan karakter band dan lagu mereka butuh untuk dilakukan. Selain itu, posisi kita berdiri juga harus diperhatikan. Seperti misalnya, apakah kita sudah dapat tempat yang cukup dekat dengan panggung? Atau jaraknya cukup jauh sehingga membutuhkan lensa yang lebih panjang lagi? Atau malah kita harus jadi satu dengan crowd yang rusuh?
Peraturan di tempat juga jangan sampai dilupakan – tidak boleh memakai flash atau kamera yang digunakan tidak diperbolehkan bersuara saat pengambilan gambar. Banyak hal teknis yang perlu kita ketahui dan persiapkan terlebih dahulu, dalam kata lain adalah riset secara menyeluruh untuk bisa menghasilkan foto performance yang baik. Karena kita sebagai fotografer panggung itu bergantung dengan segala elemen yang ada di atas panggung. Bukan kita yang mengatur apa yang harus terjadi, melainkan kita harus merespon sesuatu yang sudah diatur sebelumnya.
Elemen apa dalam sebuah performance yang bisa membuat hasil stage photography terlihat unik?
Semakin kita mendalami karakter suatu band dan sebuah penampilan lainnya seperti teater atau tari, kita akan lebih bisa jadi satu dengan mereka, karena setiap performance itu memiliki karakternya masing-masing, memiliki ceritanya sendiri. Begini, foto panggung itu tidak seharafiah kita memotret seseorang di atas panggung, melainkan juga apa yang sedang terjadi di belakang layar, persiapan-persiapannya, apa yang terjadi dalam perjalanan mereka ketika menuju stage, hingga friksi-friksi atau problematika yang terjadi di antara mereka. Intinya, hal yang membuat foto panggung menjadi unik dan menarik adalah penggalian lebih dalam lagi akan cerita-cerita di balik dan sekitar stage photography tersebut.
Sekarang kalau kita hanya berpikir photo stage sebagai sekadar foto panggung, menurut saya ini pikiran yang sempit sekali. Contohnya, kenapa Annie Leibovitz bisa memotret band Rolling Stones dengan cara dan hasil yang sangat intimate? Karena dia menjalin hubungan yang cukup dalam dengan pemain-pemain band ini. Dia mengenal band ini secara personal, sehingga Leibovitz bisa mengambil gambar seorang Mick Jagger di dalam kamar, lift, bahkan sosok dirinya setelah mandi. Ia memotret hal-hal yang tidak bisa didapatkan oleh fotografer lain. Jadi, perdalamlah wawasan atau pengalaman kalian tentang performer yang akan kalian abadikan momennya tersebut.
Kapan biasanya waktu terbaik untuk memotret sebuah performance? Awal set, tengah atau justru akhir?
Kita tidak bisa menentukan mana waktu terbaik dalam mengambil gambar sebuah penampilan. Seharusnya tidak perlu ada tekanan-tekanan dan batasan seperti ini, karena kembali lagi kepada pendapat bahwa stage photography adalah sebuah cerita. Foto panggung tidak harus berdiri dengan sendiri seperti itu, misalnya bisa dilakukan dengan suatu rangkaian cerita. Dan kembali juga ke penekanan dan pendekatan yang ingin kalian buat seperti apa.
Komposisi foto seperti apa yang bisa membuat hasil stage photography mampu bercerita dan menonjolkan momen menarik?
Saya sendiri tidak memiliki patokan-patokan tersendiri untuk ini, “Oh, foto stage itu angle-nya harus dari bawah, belakang, atau samping.” Komposisi adalah salah satu elemen estetika, tetapi dengan komposisi ini juga kita bisa bercerita. Misalkan kalau kita memotret orang dengan angle dari bawah sehingga mengosongkan ruang atasnya, itu seakan kita ingin membuat sebuah kesan mengenai si performer yang hebat, megah, lebih powerful dan memiliki kharisma.
Jadi sebenarnya tidak ada istilah komposisi mana yang lebih bagus, dan mana yang lebih buruk. Komposisi bergantung pada cerita yang ingin kalian sampaikan. Intinya adalah apa yang ingin kalian bicarakan dari si performer ini – dari perspektif rusuhnya mereka, ataupun penampilan mereka yang syahdu misalnya. Komposisi di sini bukan berarti peletakan fotonya, tetapi bisa saja berarti komposisi warna – apakah ingin berwarna sesuai filter cahaya lampu atau memilih black and white atau tonal grey – dan penggabungan teknis fotografi. Tidak ada sebuah batasan dalam sebuah komposisi stage photography.
Salah satu hal paling menarik dan menantang dari melakukan stage photography adalah fotografer tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di panggung, juga objek foto yang bergerak dinamis. Bagaimana Anda menghadapi hal ini?
Caranya yang pertama adalah ikutlah gladi resik penampilan tersebut. Menurut saya hal ini harus dilakukan jika memang sempat. Kemudian, jangan lupa isi baterai sampai fully charged dan bawalah baterai back-up. Tidak lupa SD card yang cukup. Selain itu, memotretlah dengan keadaan penyimpanan file ini dalam bentuk JPEG dan roll. Kenapa? Karena kondisi lighting itu, kan, sulit diprediksi. Kadang terang, kadang bisa terlalu gelap.
Kalau misalkan kita harus merespon cepat dan eksposurnya tidak bisa tepat, kita tidak perlu khawatir karena dalam posisi file yang roll, kita bisa menaikkan atau menurunkan kembali eksposur secara leluasa sehingga kita bisa mendapatkan detail yang ada di atas panggung. Dan dikarenakan ukuran file roll itu lebih besar, sehingga kita bisa melakukan cropping sesuai dengan apa yang kita inginkan. Hal yang terakhir, kembali lagi, jangan lupa kenali karakter performer atau jenis penampilan itu tadi. Karena, misalnya, jika kalian bisa mengenali lagunya, kalian juga akan bisa mengetahui tiap sentakan lagu tersebut ada di bagian mana, sehingga kalian nantinya bisa memprediksi tekanan seperti apa yang akan dilakukan performer di atas panggung.
Melihat antusiasme yang terbangun terhadap jenis fotografi ini, bukan hal aneh jika kemudian pada tiap pertunjukan akan semakin banyak kamera yang tertuju ke panggung untuk mengabadikan momen yang terjadi di depan mata melalui stage photography. Berbekal tips dan etika stage photography dari Anton Ismael, kini semua orang bisa mengeksplorasinya sekaligus mengabadikan penampilan idolanya di acara musik.