Mengenal Pendatang Baru Di Industri Film Lokal, Palari Films
Kami berbicara dengan Muhammad Zaidy atau biasa dipanggil Eddy dari Palari Films mengenai perkembangan industri film Indonesia.
Teks: Avi Amerta
Foto: YouTube
Setelah sukses dengan film layar lebar pertamanya “Posesif” yang mendapatkan penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2017, nama Palari Films mendapat perhatian lebih sebagai pendatang baru di industri film Indonesia. Termasuk rumah produksi yang bisa dibilang baru, Palari Films menawarkan karya-karya film yang segar serta berbeda di industri film Indonesia. Kami berbicara dengan Muhammad Zaidy atau biasa dipanggil Eddy dari Palari Films mengenai perkembangan industri film Indonesia.
Proses apa saja yang dilewati Palari Films dalam memutuskan cerita mana yang akan diangkat menjadi sebuah film?
Dalam proses memilih cerita, tentunya ide bisa datang dari mana saja. Beberapa proyek Palari Films merupakan adaptasi dari sebuah karya sastra misalnya seperti “Aruna dan Lidahnya” karya Laksmi Pamuntjak dan “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” karya Eka Kurniawan yang sedang kami develop. Proses pengangkatan cerita juga dapat berasal dari ide-ide original yang lahir dari dalam tim Palari Films, baik dari para produser dan sutradara, dan juga dari membaca skrip-skrip yang dikembangkan oleh penulis, yang kemudian kami angkat menjadi film.
Setelah “Posesif”, Palari Films menggandeng kembali Edwin sebagai sutradara untuk film “Aruna”. Apa pertimbangan kalian dalam memilih sutradara untuk proyek film?
Tiap proyek film yang akan kami garap, biasanya kami sudah memiliki gambaran dari awal kira-kira siapa yang akan menjadi sutradaranya. Untuk “Aruna dan Lidahnya” kami kembali mempertimbangkan Edwin untuk menyutradarainya selain karena Edwin merupakan bagian dari tim Palari Films sendiri, tapi ide untuk mengadaptasi novel karya Laksmi Pamuntjak ini juga datang dari Edwin. Beberapa tahun yang lalu Edwin sudah bertemu dengan Laksmi dan mereka berdiskusi tentang ketertarikan Edwin pada buku “Aruna dan Lidahnya” dan juga ide-ide dari buku tersebut yang melekat di Edwin yang menginspirasi adaptasi dari novel ini.
Palari Films sukses mengangkat isu kekerasan dalam hubungan lewat balutan cerita pop untuk meraih penonton lebih luas. Apakah ini akan menjadi misi utama kalian dalam menghasilkan proyek-proyek film?
Kami melihat art cinema atau film sebagai sebuah medium. Sebelum menghasilkan proyek film, tentu kita harus percaya dengan idenya, lalu menjadi skenario, sebelum akhirnya di produksi menjadi sebuah film. Secara pribadi, tentu tidak ada ketentuan ketika Palari Films membuat proyek harus issue-based atau memiliki statement yang sangat kuat. Yang paling penting adalah karya tersebut memiliki keunikan karena kami bertujuan untuk membuat good quality content.
Bagaimana Palari Films melihat perkembangan industri perfilman Indonesia hari ini yang menghasilkan film dengan pola cerita serupa?
Sebenarnya industri film Indonesia makin berkembang. Sejak tahun 2016, pertumbuhan layar, pertumbuhan penonton makin besar tiap tahunnya dan menjadi dampak yang positif bagi filmmakers. Variasi jenis film pun makin banyak tidak melulu satu-dua tipe, tapi memang jalan cerita yang mengikuti tren masih ada dan memang cukup menguasai pasar. Film-film independen atau arthouse yang lebih tidak disetir oleh pasar yang luas pun juga sedang tumbuh karena komunitas independent-filmmakers juga sedang berkembang seperti di Yogyakarta, Makassar, dan beberapa tempat lain termasuk Jakarta tentunya.
Tantangan apa yang kalian hadapi untuk menembus industri film Indonesia dengan tawaran berbeda kepada publik?
Membuat karya yang accessible dan terjangkau oleh penonton yang luas, bukan hanya niche market. Artinya, tantangan utamanya adalah menghadapi kompetisi di dalam industri mengingat dengan tumbuhnya industri film di Indonesia, makin banyak juga film yang diproduksi sehingga bagaimana cara kita bisa menjangkau penonton yang banyak itu merupakan sebuah tantangan.
Menurut Palari Films, upaya apa yang dapat dilakukan emerging filmmakers di Indonesia untuk mengatasi tantangan di industri film Indonesia?
Emerging filmmakers pun merupakan bagian penting dari ekosistem di perfilman Indonesia, jadi paling pertama mereka harus percaya dengan karya yang mereka buat. Tentunya dalam berkarya, emerging filmmakers juga harus mempertahankan keunikan karya mereka dan memperlihatkan kualitas dari filmmaker ini sendiri untuk dapat menembus kompetisi yang juga makin kuat.
Apa harapan Palari Films untuk industri film Indonesia?
Saya harap industri film Indonesia tetap stabil, karena tentunya ada pasang-surutnya dan tentunya juga makin banyak variasi konten yang kita bisa produksi dan penonton bisa dapatkan, jadi tidak melulu disetir dengan film-film yang seperti itu saja. Tentunya ini juga mencakup naiknya kualitas film-film yang dibuat sehingga ekpektasi dari penonton terhadap film Indonesia juga naik.