Rasakan Gelap Malam-Malam Jakarta di Album Baru Ariel Nayaka
Setelah sukses dengan project-nya terdahulu, “Curriculum Vitae” dan “Colorblindflo”, Nayaka kembali lagi dengan rilisan album penuh bertajuk “Cadence Blue”.
Teks: Carla Thurmanita
Foto: Ariel Nayaka
Jika berharap akan bisa mendengarkan lagu-lagu club bangers seperti yang ada dalam mixtape dan EP miliknya terdahulu, ada baiknya untuk menurunkan ekspektasi akan album yang baru saja dirilis oleh Ariel Nayaka yang tidak hanya berkutat dengan beats hip hop yang memompa semangat. Setelah sukses dengan project-nya terdahulu, “Curriculum Vitae” dan “Colorblindflo”, Nayaka kembali lagi dengan rilisan album penuh bertajuk “Cadence Blue” yang berisikan 13 lagu.
Ada muncul kesan bahwa Nayaka sangat ambisius selama proses pengerjaan album ini – dan tentu bukanlah suatu hal yang buruk – yang dapat dirasakan dari hasil keseluruhan produksinya yang terdengar lebih ‘mahal’ dan juga matang. “Cadence Blue” dibuka oleh nomor “School” yang menggandeng Emir Harmono dan salah satu rapper lokal anggota kolektif Onar, Laze. Hal paling menarik dari lagu ini ialah ciri khas dari kedua rapper yang bertolak belakang dan lalu digabungkan. Ketika bagian awal lagu dihajar oleh Nayaka dengan rap flow yang dipadati oleh lirik yang ditulis dalam bahasa Inggris (yang mana perlu diakui bisa ia lakukan dengan baik tanpa terdengar dipaksakan), Laze lalu muncul dengan wordplay berbahasa Indonesia yang menjadi andalan gaya rap-nya. Keduanya lalu berjalan bersama tanpa terasa canggung.
Selain itu, selalu menyenangkan untuk mendengar lagu bergenre R&B atau hip hop yang dimainkan secara live instrumental, dan di sini Nayaka menyisipkan bentuk ini dengan track “Live From The Blue Room” yang digarap bersama The Blue Room Boys berformasikan NAJ, Terdakwa, dan Ruwdbwoy. Sebuah jamming santai yang masih bisa mengajak siapapun untuk menggoyangkan badan saat mendengarkannya. Beberapa track lainnya pun juga menarik perhatian dengan eksplorasi sample beats dan musik yang lebih rumit dibanding biasanya. Sebut saja “Places”, “Harvey Dent”, dan “Tropical”. Namun di luar itu, Nayaka masih menghadirkan musik trap andalannya di seperti di track “Grow on Me”, “Cadence Out”, dan “Southside Anthem” – yang sepertinya bisa menjadi anthem warga selatan setelah ini – meskipun terasa lebih ‘dingin’ dan gelap dibandingkan lagu-lagu trap Nayaka sebelumnya.
“Cadence Blue” memang tidak lebih catchy yang dapat mengajak pendengar sing along sepanjang album jika dibandingkan dengan “Curriculum Vitae” dan “Colorblindflo”, namun eksplorasi bunyi yang dihadirkan di masing-masing lagu memberikan pengalaman tersendiri bagi siapapun yang mendengarkan – baik penggemar atau bukan. Pemakaian musik trap dan autotune yang tidak berlebihan, penulisan lirik yang tidak terlalu gangsta seperti biasanya, produksi yang konsisten dari awal hingga akhir, dan tema masing-masing lagu yang dapat dikaitkan satu dengan yang lainnya (misal, di track terakhir “Cadence Out” seakan dibuat untuk bersambung kembali dengan track pertama “School” – mengingatkan pada konsep penyusunan track di album Multiverses milik satu unit rock Jakarta, Feast), semuanya itu mampu membuat “Cadence Blue” menjadi satu album konsep yang proporsional di segala sisinya. “In that case you gotta find your flow / You gotta find your style / You gotta find your cadence – and my cadence is blue” – dan mungkin, memang suara seperti inilah yang menjadi identitas Nayaka untuk menunjukkan determinasi dan keseriusan dirinya dalam bermusik.