Teks: Ibrahim Soetomo
Sebagai salah satu perhelatan sastra pertama di Asia, Singapore Writers Festival (SWF) kembali hadir untuk merayakan edisi ke-20 pada 3-12 November 2017. Diselenggarakan oleh National Arts Council, festival ini sekali lagi akan menjadi titik temu bagi para penulis, akademisi dan literature enthusiasts dalam skala internasional, serta menghadirkan ragam program seperti diskusi panel, lokakarya, kuliah umum dan pertunjukan.
SWF merupakan festival sastra yang mempertemukan bahasa-bahasa, mulai dari Melayu, Cina hingga Inggris. Namun, edisi ke-20 ini menjadi istimewa karena akan menghadirkan bahasa Tamil untuk pertama kalinya. Tema tahun ini, “Aram,” mengambil inspirasi dari teks kuno Thirukkural yang secara luas dipuja sebagai karya sastra berpengaruh di Tamil. Tema “Aram” merupakan konsep universal yang dapat diartikan sebagai “baik.” Melalui tema ini, festival akan menelusuri permasalahan etika dan moral.
SWF tahun ini juga akan menampilkan Irlandia sebagai Country Focus. Sebanyak 8 penulis dan editor Irlandia akan hadir bersama karyanya yang telah meraih penghargaan internasional. Adapun festival ini akan menyoroti penulis dari berbagai belahan dunia seperti Tony Parsons (US), Simon Armitage (UK), Suki KIm (US), Deborah Emmanuel (SG), Anne Lee (SG) dan Ken Liu (US).
Tidak hanya itu, gelaran kali ini tidak hanya akan menjadi panggung bagi sastra. Demi memperkaya program-program Festival, SWF juga akan fokus pada sequential arts dan akan menghadirkan kartunis dan ilustrator seperti Benjamin Dix (US), komikus yang mengangkat HAM dan isu sosial; Ben Katchor (US), kartunis dan ilustrator yang terkenal dengan komik stripnya, Julius Knipl, Real Estate Photographer; dan Sophia Jansson (Finland), komikus di balik komik strip Moomin.
SWF akan menjadikan The Arts House sebagai venue utama untuk Festival District, selain itu, rangkaian program akan diadakan di tempat lain seperti National Gallery of Singapore dan Timbre Music Academy.