Diskusi: Peran Kolektif Seniman Sebagai Agen Pengetahuan dan Pengembangan Seni Budaya di Masa Kini
Diskusi Dalam Rangka Peluncuran Buku Ruang MES 56
“Peran Kolektif Seniman Sebagai Agen Pengetahuan dan Pengembangan Seni dan Budaya di Masa Kini”
Pembicara:
Kurniawan Adi Saputro
Antariksa
Moderator:
Arham Rahman
Gratis
Reservasi: 0853-4006-4439
“Kisah ruang alternatif mirip dengan kisah hidup orang biasa. Sewaktu-waktu orang akan bosan dan butuh bersentuhan dengan gagasan-gagasan segar.”
Pada akhir 90an dan awal 2000an, di Yogyakarta bermunculan kelompok-kelompok anak muda yang mengelola kegiatan, terbitan dan ruang diskusi/pameran yang kala itu disebut dengan ruang alternatif. Dalam ranah seni rupa, kemunculan ruang alternatif ini menandai generasi baru seniman Indonesia yang memiliki kesadaran untuk tidak lagi melihat arus utama sebagai kiblat dan lebih memfokuskan diri pada bentuk-bentuk kesenian yang personal sekaligus memilih aktivisme sebagai jalan keluar.
Ruang MES 56 sebagai eksponen generasi ini merupakan salah satu yang masih bertahan hidup hingga sekarang. Sebagai kolektif seni yang fokus pada fotografi, mereka menyaksikan transisi dari era fotografi analog ke digital, mengalami masa ketika fotografi dipertanyakan status ‘seninya’ hingga diundang ke biennale seni rupa. Perjalanan kolektif ini tentu saja menorehkan bekas dalam sejarah seni dan fotografi di Indonesia, yang sedikit banyak membentuk kondisi saat ini, dimana fotografi sebagai praktek populer begitu berkembang secara masif sedangkan disisi lain fotografi sebagai medium kesenian begitu stagnan. Disini peran kolektif sebagai agen pengetahuan dan pengembangan kapasitas masyarakat diuji dan secara terus-menerus dipertanyakan.
Kurniawan Adi akan mengulas peran dan posisi ruang alternatif inisitiaf seniman dan institusi pendidikan seni formal dalam diseminasi pengetahuan di masa sekarang. Antariksa akan mengelaborasikan wacara tersebut dengan penelitiannya yang mengkaji sejarah kolektif seniman di masa pra kemerdekaan.
Kurniawan Adi Saputro adalah staf pengajar di Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan juga bekerja di Rumah Sinema, sebuah lembaga kajian film dan media.
Antariksa adalah peneliti di KUNCI Cultural Studies Center. Buku terbarunya Art Collectivism in the Japanese-Occupied Indonesia akan terbit tahun ini.
Arham Rahman adalah penulis dan peneliti di jurnal seni rupa Scripta.
Kapasistas peserta diskusi 100 orang.
—
Buku “Cerita Sebuah Ruang. Menghidupi Ekspektasi: Membaca Fotografi Kontemporer Indonesia Melalui Praktik Ruang MES 56” edisi ‘pre-order’ bisa dipesan melalui situs Toko 56 di http://cargocollective.com/toko56.
—
Ruang MES 56
Jl. Mangkuyudan No. 53A, Yogyakarta
www.mes56.com