exhibition

29.02.16

Pong Pong Balong

Pong Pong Balong adalah agenda eksibisi baru dari Dia.Lo.Gue Artspace. Menampilkan 11 karya, pameran ini bervisi untuk menemukan garis tengah antara seni dan posisinya di keluarga, terutamanya mengenai tumbuh kembang budaya berpikir kreatif dalam rumah tinggal para senimannya.

18.01.16

Jakarta Biennale 2015

Sejak tanggal 14 November 2015, Gudang Sarinah di daerah Pancoran menjadi rumah bagi Jakarta Biennale yang kali ini berjudul "Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang". Mengundang seniman dari berbagai daerah Indonesia dan Internasional, pameran ini membahas kondisi sosial masyarakat Indonesia.

29.09.15

Pameran Wani Ditata Project

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah proyek seni sering muncul dalam berbagai diskusi dan tulisan seni rupa di Indonesia. Seni sebagai sebuah proyek—di mana di dalamnya terdapat berbagai kemungkinan pengembangan ide, baik secara kolaborasi dan individu—memang tidak terlalu dekat dengan sejarah seni rupa kita. Namun, jika merujuk pada sejarah, yang telah dilakukan oleh para founding fathers seni rupa modern kita sebenarnya ada yang sudah mengarah pada bentuk proyek seni seperti yang kita terjemahkan saat ini. Lihat saja proyek poster revolusi pascakemerdekaan Indonesia yang digagas oleh S. Sudjojono dan Affandi bersama Seniman Indonesia Muda (SIM). Ia tidak hanya meletakkan seni sebagai kegiatan mendedah estetika rupa, namun menjadi alat perjuangan yang berkolaborasi dengan para penulis pada masa itu, seperti Chairil Anwar. Seni rupa sebagai sebuah proyek seni memang tidak berkembang di Indonesia karena kecenderungan subjektivitas seniman dan orientasi untuk memproduksi kebendaan berupa 'karya' sebagai hasil akhir. Sebuah proyek seni menuntut keterbukaan dalam mengembangkan ide sebagai proses kerja. Keterbukaan itu bisa jadi berkolaborasi dengan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan kesenian. Mulai tahun 2015, Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta menginisiasi proyek seni seniman perempuan: Wani Ditata Project. Proyek seni ini adalah tanggapan Komite SR-DKJ terhadap perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, bahwa kegiatan seni yang mengarah pada riset dan fokus pada isu tertentu menjadi sangat relevan saat ini. Relevansi proyek seni ini adalah bagaimana pengembangan kegiatan kesenian dengan durasi tertentu dan mendalami satu subjek wacana akan sangat berdampak pada perkembangan seni rupa kontemporer—di mana dalam proses kerja sebuah proyek seni terdapat produksi ilmu pengetahuan yang akan didistribusikan di akhir proyek. Wani Ditata Project dengan sengaja mengundang delapan seniman perempuan dari Jakarta dan kurator muda Angga Wijaya sebagai fasilitator dalam mengembangkan proyek seni ini. Tujuan mengundang seniman perempuan adalah untuk membaca perkembangan seni rupa kontemporer di Jakarta, di mana seniman perempuan juga menjadi pemain utama saat ini. Sejak berdiri, Komite SR-DKJ belum pernah secara khusus meletakkan isu perempuan ini dalam program-programnya. Untuk itulah Komite SR-DKJ merasa perlu secara khusus mengembangkan proyek seniman perempuan, sekaligus untuk merangkum wacana sosial-politik kebudayaan yang dibaca melalui seniman-seniman perempuan. Semoga saja proyek seni ini dapat berkembang dan berkontribusi bagi perkembangan seni rupa kontemporer kita. Salam, Hafiz Rancajale Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta 2013 - 2015 -- Dewan Kesenian Jakarta mempersembahkan: Proyek Seni Perupa Perempuan Dewan Kesenian Jakarta: WANI DITATA PROJECT Aprilia Apsari, Julia Sarisetiati, Kartika Jahja, Keke Tumbuan, Marishka Soekarna, Otty Widasari, Tita Salina, Yaya Sung Kurator: Angga Wijaya Pembukaan: Sabtu, 3 Oktober 2015 | 19.00 – 22.00 WIB Dimeriahkan oleh: Disrobot Radio Irama Nusantara Pameran: 4 – 19 Oktober 2015 11.00 – 20.00 WIB Diskusi “Citra Dharma Wanita dalam Konstruksi Sosial”: Selasa, 6 Oktober 2015 | 15.00 – 17.00 WIB Pembicara: Julia Suryakusuma & Manneke Budiman Moderator: Maulida Raviola di Galeri Cipta II Jl. Cikini Raya No.73 Taman Ismail Marzuki Menteng, Jakarta Pusat 10330 Gratis!

22.06.15

O.K. Video 2015

Tahun 2015 menandai gelaran kedelapan festival OK Video. Kali ini, orde baru terpilih menjadi tema utama pameran. Para seniman sekaligus pengunjung diundang untuk memaknai tema yang cukup sensitif dalam sejarah kebangsaan Indonesia tersebut. Tak hanya itu, event kali ini juga menjadi tahun dimana OK Video mengalami pergeseran format pameran.

23.02.15

Aku Diponegoro

One of the most memorable quote from Pangeran Diponegoro is: “I decline being a king in the land of Java by the blessing of colonialist”, a blatant declaration of rebellion against colonialism. This is the kind of character that made him became one of the most honored hero of Indonesia. Goethe Institut in Indonesia made a tribute to him with the Aku Diponegoro exhibition. We visited the exhibition to take a look at the history of him and his rebel spirit.

Subscribe to the Whiteboard Journal newsletter

Good stuff coming to your inbox, for once.