Bersepeda 15.000 km dari Belanda ke Jakarta Demi Hewan, Tumbuhan dan Manusia
Pasangan Diego Yanuar dan Marlies Fennema berani menempuh jarak sejauh 15.000 km dari Nijmengen-Jakarta dengan hanya mengendarai sepeda untuk mengumpulkan €15.000 dalam satu tahun.
Words by Whiteboard Journal
Nijmegen-Jakarta merupakan dua kota yang dipisahkan dengan jarak sejauh 15.000 km. Pasangan Diego Yanuar dan Marlies Fennema berani menempuh jarak tersebut dengan hanya mengendarai sepeda. Hal ini berkaitan dengan program Everything in Between, suatu misi sosial yang digagas keduanya. Dengan €1 tiap 1 km, Diego dan Marlies bertujuan untuk mengumpulkan €15.000 dalam satu tahun. Adapun aksi ini mereka dedikasikan kepada manusia, hewan, dan tumbuhan. Berikut ini interview dengan Diego dan Marlies sehubungan dengan proyek sepeda Njimengen-Jakarta milik mereka.
Apa yang melatar belakangi kalian untuk menginisiasi proyek ini?
Awalnya karena kami berdua pernah berpetualang beberapa kali di Indonesia dan Belkalian. Dan suatu saat kami mikir, setiap kali berpergian naik pesawat, sepertinya banyak sekali hal yang dilewatkan di antara Belkalian dan Indonesia. Dengan perjalanan ini kami akan menjawab rasa keingintahuan dan mengeksplorasi segala sesuatu di antara atau “Everything in Between” negara Belkalian dan Indonesia.
Mengapa memilih aksi bersepeda sejauh 15.000 km sebagai wujud dedikasi terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan?
Karena kalau naik kendaraan bermotor terlalu cepat dan kalau jalan kaki terlalu lambat, sepertinya sepeda yang paling pas (tertawa) dan juga menurut kami sepeda adalah alat trasnportasi yang eco-friendly, serta mekanismenya cukup sederhana. Kenapa untuk manusia, hewan dan tumbuhan? Karena kami berdua bisa dibilang pecinta alam. Kami punya mimpi tentang kehidupan harmonis di antara penghuni bumi. Bukan cuma manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan.
Hal apa sajakah yang telah dipersiapkan di awal untuk proyek perjalanan selama satu tahun ini?
Ide ini muncul sekitar 2 tahun lalu. Sejak itu, kami berdua menabung dan benar-benar ingin membiayai perjalanan ini 100% dengan uang sendiri. Persiapan lainnya, saya (Diego) belajar sedikit tentang mekanikal sepeda, agar kalau terjadi sesuatu dengan sepeda di jalan, kami bisa membetulkannya sendiri. Marlies sempat ikut kursus survival selama 3 hari camping di Belkalian. Dia belajar cara membuat api dari kayu yang diputar, cara membuat tenda darurat dari daun dan ranting, cara membelah ikan, dll.
Selain melalui donasi, aksi apa saja yang dilakukan secara langsung selama perjalanan Njimengen-Jakarta untuk mendukung misi kalian dalam mewujudkan kehidupan harmonis di antara manusia, hewan, dan tumbuhan?
Kami berdua mencoba menjadi manusia yang lebih peka selama perjalanan ini. Kalau ada sampah di jalan yang bisa kami buang, kami akan buang di tempatnya. Kami berdua suka sekali dengan binatang. Kami sering berhenti berkendara hanya untuk melihat bagaimana cara mereka berperilaku, atau duduk di bukit, dan menikmati angin sambil snacking dan daydreaming. Hal-hal kecil seperti itu.
Perjalanan dibagi menjadi 3 bagian: The Smooth Road (Eropa), The Middle Earth (Asia Tengah), dan The Home Coming (Asia Tenggara). Hal apa yang ingin kalian raih di tiap bagian tersebut?
Awalnya hanya agar mempermudah (kelihatannya), dibanding harus memikirkan ke Jakarta. Akhirnya, kami memutuskan untuk membagi 3 dan untuk 3 organisasi tujuan charity.
Dampak apa yang aksi ini bawa terhadap masyarakat yang berada di 20 negara yang dilalui?
Belum tahu ya dampaknya apa. Kami juga tidak mau memaksakan bahwa semua harus baik terhadap manusia, hewan, tumbuhan. Kami hanya jadi diri kami berdua, dan kebetulan setiap orang yang kami temui di jalan sejauh ini mereka semua suka dengan cerita kami dan wish us goodluck dan beberapa juga envy, in a good way (tertawa).
Selain dampak ke masyarakat, apa dampak perjalanan ini terhadap diri kalian sendiri secara pribadi?
Baru hari ke-9, belum begitu terasa sepertinya (tertawa). Tapi kami harap kami berdua menuju sesuatu yang lebih bagus.
Pengaruh apa yang kalian harap telah kalian berikan secara global lewat aksi ini?
Kebanyakan manusia di bumi, kita hidup di fast-paced world. We think too much, but less feeling. Take care of each other, bukan sesama manusia, tapi dengan hewan dan juga tumbuhan. Even though, some say that the world is not gonna get any better, but postpone it for something good isn’t so bad.
Setelah proyek sepeda Njimengen-Jakarta ini selesai dan angka donasi tercapai, bagaimana cara kalian melanjutkan misi kalian?
Hmm… Just keep being ourselves and keep learning we guess (tertawa). We don’t know yet, we will see.