Nasib Hidup Festival Musik di Tengah Pandemi COVID-19
Berbincang dengan beberapa promotor lokal mulai dari Noisewhore, Pesona Experience hingga Synchronize Fest untuk membahas dampak COVID-19 terhadap ekosistem live music Indonesia.
Words by Ghina Sabrina
Ilustrasi: Max Suriaganda
Desain: Mardhi Lu
Seiring perkembangan penyebaran COVID-19 yang kini sudah menjadi pandemi, tentunya virus ini telah berdampak besar pada industri-industri yang selama ini terhubung secara global. Salah satu industri yang merasakan cepat merasakan dampaknya adalah musik, tepatnya live music. Dengan social distancing yang diimplementasikan sebagai cara penanggulangan penyebaran COVID-19, izin penyelenggaraan acara-acara publik pun dicabut, membuat banyak event yang sudah terencana sebelumnya terpaksa dibatalkan. Hal ini pun berdampak kepada keberlangsungan ekosistem live music secara global, dengan festival-festival besar seperti Coachella, SXSW, Tomorrowland hingga Hammersonic yang dibatalkan atau di-postpone. Maka dari itu, kami berbincang dengan beberapa promotor lokal mengenai upaya preventif yang dapat dilakukan ketika masih akan menjalankan event, dampak COVID-19 pada artist bookings, hingga hal-hal yang bisa dilakukan agar industri musik lokal dapat terus berjalan.
KIKI AULIA UCUP
Synchronize Festival
Sejumlah event konser maupun festival di Indonesia terpaksa diundur akibat COVID-19, bagaimana Anda melihat hal ini dapat berdampak pada ekosistem live musik di Indonesia?
Dampaknya sih banyak banget terutama bagi pekerja event dari musisi, crew di balik layar, vendor, show management sampai event organizer semua berantakan cash flow-nya karena bisa dibilang semester pertama hancur. Dampaknya banyak banget tapi ada positifnya yaitu jadi bikin musisi atau yang lainnya lebih memikirkan bagaimana caranya untuk tetap eksis.
Apa upaya preventif yang bisa dilakukan oleh para promoter ketika masih akan menjalankan sebuah event? Apakah ada pedoman langsung dari pemerintah tentang bagaimana cara menanggapi pandemik ini?
Untuk upaya preventif, yang terbayang dari gue dan Synchronize itu kita akan coba create throwback tapi skemanya itu seperti menikmati festival di rumah dengan apa yang sudah terjadi di Synchronize dari tahun 2016-2019. Jadi mereka tetap bisa throwback dan menikmati acara musik dari dalam rumah.
Waktu itu promotor, EO dan lain-lain, sempat dikumpulkan di daerah SCBD terkait issue ini. Jadi memang dari gubernur juga sudah mengeluarkan himbauan kalau untuk perizinan pasti akan dicabut karena meminimalisir kegiatan luar ruang yang mengumpulkan banyak orang. Tapi untuk beberapa tempat seperti bar atau kafe masih berlangsung karena mereka mungkin punya kebijakan tersendiri.
Apa dampak COVID-19 terhadap artist bookings dari luar negeri atau artis lokal yang sedang tur ke luar?
Karena sudah ada travel warning ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, dampaknya itu membuat kunjungan mereka ke sini batal atau di-postpone. Banyak banget event yang melibatkan artis internasional di bulan Maret sampai April hampir dipastikan tidak akan jadi berjalan. Kalau artis Indonesia yang mau keluar, kayaknya artisnya cuek-cuek saja buat tetap jalan ke luar. Yang gue dengar Pamungkas masih akan tetap melaksanakan tur South East Asianya kok.
Jika banyak perhelatan event-event besar di-cancel, apa yang bisa dilakukan agar industri musik lokal dapat terus berjalan? Terlebih setelah adanya pengumuman COVID-19 di Indonesia
Yang semestinya dilakukan sebenarnya kalau dari musisi kan unit bisnisnya banyak, tidak harus off air saja. Mereka punya digital assets, merchandise, jadi itu yang bisa lebih ditingkatkan. Maksudnya, lebih ke meningkatkan engagement secara digital, baik itu di Youtube atau di social media mereka seperti Instagram atau Twitter. Digital streaming mereka pun bisa ditingkatkan lewat konsep-konsep baru yang bisa dilakukan saat lagi keadaan seperti ini. Atau dengan menjual merchandise yang emang special during Maret sampai bulan puasa. Ini kan juga bisa jadi momen yang bagus, jadi musisi bisa lebih jernih untuk memikirkan apa yang mau mereka lakukan tanpa adanya aktivitas off air. Menurut gue, ini jadi lebih challenging, menarik juga.
Apa dampak yang akan dirasakan industri musik secara global jika ancaman COVID-19 berkepanjangan?
Dampaknya mungkin ada positif dan negatifnya. Positifnya itu jadi setiap musisi kemungkinan akan lebih banyak berkarya karena aktivitas luar ruang mereka juga menjadi lebih minim, jadi satu-satunya peluru mereka itu adalah karyanya. Bila berkepanjangan terus mungkin bakal disaksikan konser-konser berkonsep live streaming.
Sejumlah event konser maupun festival di Indonesia terpaksa diundur akibat COVID-19, bagaimana Anda melihat hal ini dapat berdampak pada ekosistem live musik di Indonesia?
Pengunduran acara musik tentunya menimbulkan kerugian tak terduga yang dirasakan oleh para promotor. Dampaknya bisa beragam tergantung dari bagaimana promotor menyikapinya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Toh kita tidak tahu sampai kapan ini akan berjalan.
Sangat mungkin muncul kondisi seleksi natural di pertengahan tahun, di mana mereka yang mampu beradaptasi dan sudah melakukan persiapan adalah mereka yang masih bertahan. Di dunia yang ideal, para promotor bahu membahu mendukung satu sama lain dalam menghadapi situasi genting seperti ini, dan semoga itu juga yang akan terjadi dalam kehidupan nyata.
Apa upaya preventif yang bisa dilakukan oleh para promoter ketika masih akan menjalankan sebuah event?
Kalau boleh bicara secara personal dan subjektif, menurut saya langkah paling bijak memang memundurkan atau membatalkan acara musik yang sudah direncanakan. Harus diakui bahwa pembatasan sosial, atau sederhananya: jaga jarak, memiliki peran yang krusial dalam mencegah penyebaran COVID-19. Dengan begitu, kondisi ini bisa segera rampung.
Namun di saat yang bersamaan, saya juga sangat menyayangkan karena banyak usaha, baik yang masih berkaitan dengan musik atau tidak, terkena dampak dari pandemi ini. Rasanya seperti ingin mendukung tapi jangkauan tangan tidak sampai. Intinya, do what you got to do but always remember to be mindful to others.
Apakah ada pedoman langsung dari pemerintah tentang bagaimana cara menanggapi pandemik ini?
(tertawa)
Apa dampak COVID-19 terhadap artist bookings dari luar negeri atau artis lokal yang sedang tur ke luar?
Rangkaian tur dan konser yang dibatalkan. Studiorama pun sebetulnya sedang mengurus kedatangan dua band internasional ke sini, namun terpaksa — dan memang sudah seharusnya — batal.
Saya adalah penggemar Grrrl Gang, dan saya menyayangkan batalnya keberangkatan mereka ke South by Southwest; apalagi mereka berada di acara yang sama dengan Otoboke Beaver. Sebuah kesempatan yang langka. Tapi mau bagaimana lagi, festivalnya sendiri dibatalkan. Dan saya sangat menghormati keputusan penyelenggara, apalagi mengingat skala festivalnya yang besar dan persiapan rumit yang pasti sudah dimulai dari satu tahun sebelumnya.
Jika banyak perhelatan event-event besar di-cancel, apa yang bisa dilakukan agar industri musik lokal dapat terus berjalan? Terlebih setelah adanya pengumuman COVID-19 di Indonesia?
Memutar otak untuk melakukan inisiatif-inisiatif yang bisa mendukung keberlanjutan bisnis. Jangan terpatok ke penyelenggaraan acara saja. Masih banyak kesempatan yang bisa dilakukan dibanding harus mempertaruhkan kesehatan orang banyak.
Apa dampak yang akan dirasakan industri musik secara global jika ancaman COVID-19 berkepanjangan?
Hal yang paling menyebalkan dari ini adalah ketidakpastiannya. Kita tidak tahu berapa banyak korban yang akan bertambah, kita tidak tahu kapan ini akan berakhir. Tapi sesuatu yang layak mendapat perhatian lebih adalah nasib orang-orang yang bekerja di belakang layar, seperti sound engineer, anggota kru, pemilik hingga pekerja venue, dan lainnya. Dengan berkurangnya acara musik, kondisi ekonomi mereka tentunya terkena dampak. Selain mencoba untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis musik masing-masing, ada baiknya kita juga mendukung mereka yang pernah membantu kelancaran acara, entah bagaimana caranya. Mungkin ini saatnya untuk jadi lebih kolaboratif di dalam industri.
Sejumlah event konser maupun festival di Indonesia terpaksa diundur akibat COVID-19, bagaimana Anda melihat hal ini dapat berdampak pada ekosistem live music di Indonesia?
Sangat disayangkan tahun 2020 ini diawali dengan adanya wabah COVID-19 ini. Padahal, di sisi lain banyak kabar baik bermunculan di industri live music seperti kembali diadakannya beberapa festival-festival besar di Indonesia, lalu kedatangan musisi-musisi internasional ke Indonesia, dan sejumlah musisi dalam negeri yang mengeluarkan karya terbaru mereka dan akan melakukan showcase/concert.
Mewabahnya virus ini sangat berdampak kepada keberlangsungan ekosistem live music di Indonesia. Sangat terasa perkembangan penyebaran virus COVID-19 apabila dilihat dari kacamata kami sebagai pelaku. Pada bulan Februari, masih banyak acara musik dengan kapasitas pengunjung yang besar tetap menjalankan acara mereka, bahkan tidak sedikit musisi internasional yang ikut meramaikan susunan pengisi acara tersebut. Di minggu pertama bulan Maret, sudah mulai banyak musisi yang mengumumkan cancel-nya rangkaian tur mereka. Dan di minggu kedua bulan Maret, virus COVID-19 sampai ke Indonesia dan bahkan dikuatkan dengan pernyataan Presiden Jokowi.
Setelah konfirmasi dari Presiden, mulai banyak event/festival dengan skala menengah-besar yang mengumumkan bahwa acara mereka akan di-postpone hingga waktu yang belum ditetapkan.
Persebaran COVID-19 sangat mudah terjadi di keramaian dan menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Namun, pengamatan saya masih banyak sekali masyarakat yang tetap mencari hiburan khususnya acara musik (gigs, party, dan sejenisnya) walaupun virus COVID-19 masih beredar.
Apabila COVID-19 ini berlanjut dalam jangka panjang dan semakin parah, maka tidak mungkin pemerintah akan mengambil tindakan tegas seperti menutup tempat tempat keramaian, lalu tidak diberikannya izin penyelenggaraan, dan ujung-ujungnya ekosistem live music di Indonesia seperti dimatikan secara paksa.
Apa upaya preventif yang bisa dilakukan oleh para promoter ketika masih akan menjalankan sebuah event? Apakah ada pedoman langsung dari pemerintah tentang bagaimana cara menanggapi pandemik ini?
Tidak ada pedoman secara formal, namun ada regulasi yang sifatnya himbauan bagi penyelenggara dan pengunjung.
Pemerintah tidak akan menurunkan perizinan kepada acara yang baru mengajukan izin acara di beberapa minggu terakhir, namun banyak acara yang sudah mengajukan izin dari jauh-jauh hari sebelum maraknya virus ini, maka kewajiban kami sebagai penyelenggara adalah melakukan himbauan di social media, lalu menyediakan infrared termometer dan hand sanitizer, serta mempersiapkan penanganan pertama apabila ada pengunjung yang berpotensi atau memiliki gejala terjangkit virus COVID-19.
Apa dampak COVID-19 terhadap artist bookings dari luar negeri atau artis lokal yang sedang tur ke luar?
Banyak agent dari luar negeri yang menghubungi kami begitu virus COVID-19 mulai tersebar keluar Cina. Pada awal kemunculan COVID-19, musisi luar hanya menghindari/menunda beberapa daerah tertentu seperti Cina dan Hongkong, namun tidak sedikit musisi luar yang menunda rangkaian tur Asia mereka karena dengan tertundanya beberapa destinasi di Cina dan Hongkong, rangkaian serta booking fee jadi berantakan.
Dengan semakin luasnya persebaran virus COVID-19 ini banyak musisi yang akhirnya menunda tur dunia mereka untuk tahun 2020.
Hal ini juga berlaku sebaliknya, banyak musisi lokal yang akan melakukan tur ke luar negeri terpaksa tertunda seperti Grrrl Gang dan Reality Club yang harusnya tampil di SXSW Maret ini.
Semua respon yang dilakukan oleh pihak musisi, agent, dan penyelenggara ini dilakukan atas pertimbangan keselamatan semua pihak dan juga optimalitas serta kualitas acara.
Jika banyak perhelatan event-event besar di-cancel, apa yang bisa dilakukan agar industri musik lokal dapat terus berjalan? Terlebih setelah adanya pengumuman COVID-19 di Indonesia?
Tidak dapat dipungkiri bahwa event entah itu gigs, concert, maupun festival merupakan salah satu medium yang krusial bagi perkembangan industri musik.
Mungkin salah satu hal yang bisa dan aman dilakukan pelaku industri musik di Indonesia (musisi dan pelaku) agar tetap konsisten berjalan adalah melakukan aktivasi secara online untuk menjaga eksistensi mereka di panggung virtual.
Di kala pelaku industri ini berhasil tetap eksis di saat virus COVID-19 ini selesai dan mereka kembali “manggung”, maka masyarakat akan merespon dengan sangat baik kembalinya para pelaku industri musik.
Apa dampak yang akan dirasakan industri musik secara global jika ancaman COVID-19 berkepanjangan?
Yang saya bayangkan belakangan ini apabila ancaman COVID-19 berkepanjangan, pergerakan industri musik secara global hanya akan sebatas distribusi digital entah itu digital streaming platform atau media sosial.
Sedangkan konser, festival, gigs, dan tour memiliki kontribusi yang sangat besar kepada kehidupan finansial para pekerja di industri musik secara kolektif/entitas maupun secara individual dari mulai sang musisi, label, agent, hingga pekerja lapangannya.
Kalau dari segi penikmat, energi dan pengalaman yang biasa kita dapatkan di acara live music akan sulit kita dapatkan kembali.
ARGIA ADHIDHANENDRA
Noisewhore
Sejumlah event konser maupun festival di Indonesia terpaksa diundur akibat COVID-19, bagaimana Anda melihat hal ini dapat berdampak pada ekosistem live musik di Indonesia?
Yang jelas ini merupakan hal yang buruk, dalam suatu event, banyak stakeholder yang mendapatkan penghasilan dari pertunjukan tersebut. Bukan hanya promotor dan performer, tapi teknisi sound, staff venue, LO, teknisi stage dan lain-lain yang belum saya sebutkan. Dan dengan dibatalkannya pertunjukan-pertunjukan ini, otomatis mereka tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Mungkin banyak dari kita yang ada di industri yang memiliki pekerjaan lain, tapi banyak juga yang menjadikan musik sebagai penghasilan utama dan ini menjadi concern utama saya dalam melihat masalah COVID-19 ini. Beberapa orang sudah menyerukan untuk membeli merch dari musisi untuk membantu musisi, tapi mungkin saya masih berpikir apa yang bisa kita bantu untuk individu-individu lain yang hanya memiliki jasa sebagai penghasilan utama, seperti promotor atau teknisi stage.
Apa upaya preventif yang bisa dilakukan oleh para promoter ketika masih akan menjalankan sebuah event? Apakah ada pedoman langsung dari pemerintah tentang bagaimana cara menanggapi pandemik ini?
Sepertinya ini case by case, saya masih melihat beberapa teman promotor yang tetap menggelar konser-konser mereka, tapi dari saya sendiri, kami mengikuti protokol dari teman-teman promotor di Singapura, Jepang dan negara-negara lain (karena kami fokus pada performer-performer dari Eropa dan AS) dan biasanya jika satu atau dua promotor dari negara lain sudah membatalkan acara mereka, maka otomatis promotor lain pun most likely akan membatalkan acara mereka untuk band tersebut. Ini juga tidak lepas dari komunikasi antara promotor, band, agen dan manajemen artis terkait.
Apa dampak COVID-19 terhadap artist bookings dari luar negeri atau artis lokal yang sedang tur ke luar?
Mungkin saya tidak bisa berkomentar banyak perihal band lokal yang sedang tour, tapi untuk artis asing yang sedang atau akan tour, ini sangat memprihatinkan, beberapa artis harus membatalkan tour yang sudah diumumkan dan menanggung kerugian finansial yang tidak sedikit, belum lagi tidak adanya penghasilan untuk beberapa bulan ke depan. Prospek setelah COVID-19 juga harus dipertimbangkan, berapa lama bagi audiens untuk kembali ke pertunjukan-pertunjukan.
Jika banyak perhelatan event-event besar di-cancel, apa yang bisa dilakukan agar industri musik lokal dapat terus berjalan? Terlebih setelah adanya pengumuman COVID-19 di Indonesia?
Mungkin tadi saya sudah membahas untuk membeli merch tapi selain itu, pertunjukan jarak jauh/digital juga patut dipertimbangkan. Beberapa program SXSW yang dibatalkan contohnya sudah dipindahkan menjadi digital conference, dan Code Orange baru saja perform di venue yang kosong merupakan hal yang menakjubkan. Ada beberapa opsi untuk ini tapi tentu perlu pertimbangan yang matang.
Apa dampak yang akan dirasakan industri musik secara global jika ancaman COVID-19 berkepanjangan?
Saya percaya industri musik bisa menemukan alternatif untuk pandemik seperti ini, mungkin salah satunya dengan live streaming yang saya jelaskan tadi, walaupun model ekonominya masih harus dipertimbangkan. Pada jangka pendeknya, sudah pasti pelaku-pelaku industri akan kelimpungan dengan situasi seperti ini, namun saya teringat cuitan Zola Jesus kemarin, “Music continues to exist because it’s both profoundly meaningful, yet functionally useless“.