Melihat Pudarnya Makna Genre dan Konsep Guilty Pleasure di Musik Indonesia Saat Ini
Mulai dari Feel Koplo, .Feast hingga Deadsquad yang akan tampil di Synchronize Fest 2019 membagikan opininya tentang perkembangan relevansi genre terhadap musisi saat ini.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Gernas Geraldi & Muhammad Agung Kurniawan
Saat ini, Indonesia memiliki beragam warna musik mulai dari yang bernuansa tradisional hingga modern. Dalam perkembangannya, hal tersebut juga mempengaruhi segmentasi para pendengar musik. Perpaduan jenis musik dengan jenis yang lain membuat hilangnya batasan genre musik. Bahkan ada beberapa musisi yang tidak mendeklarasikan bahwa mereka memainkan musik dengan genre tertentu, karena mereka menginginkan musik mereka dapat dinikmati oleh siapa saja, bukan hanya untuk segmentasi tertentu. Pada era ini, banyak festival musik yang menyajikan beberapa musisi dengan jenis musik yang berbeda-beda. Hal tersebut menciptakan pengalaman yang menarik bagi para penonton. Synchronize Fest telah menjadi festival musik dengan multi-genre terbesar di Indonesia. Mereka menghadirkan beragam musisi dengan latar belakang genre yang berbeda-beda. Disela-sela persiapan menjelang Synchronize Fest tahun ini, kami berkesempatan meminta pendapat mengenai relevansi genre dengan musisi bersama dengan band dengan latar belakang death metal, jazz, hingga koplo.
Deadsquad
Deathmetal Band
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik anda kepada para pendengar baru?
Tidak ada, kita hanya bisa mainkan yang kita bisa mainkan, lalu ambil garis besarnya misalnya metal. Ada lagi subnya yang lebih umum yaitu deathmetal, sudah, selesai. Selebihnya orang bisa menyebutkan ini technical death metal atau progressive death metal sah sah saja. Itu hanya julukan-julukan dari para pendengar, sama seperti kata lord, kurator, atau habib. Itu julukan yang diberikan orang bukan self-proclaim.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Tidak, hidup ini terlalu seru untuk hanya mendengarkan satu genre saja.
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Dalam sebuah aransemen bisa banyak part-part yang diambil karena inspirasi terhadap genre musik lain itu sah-sah saja. Tinggal bagaimana kita meramunya menjadi sebuah kesatuan aransemen yang enjoy untuk kita mainkan, sesuatu yang juga bisa membuat kita sendiri terinspirasi dan tertantang untuk memainkan nya dan itu yang tidak mudah. Butuh latihan dan disiplin musik yang serius. Sehingga bukan yang asal ambil sana sini, lalu mix and match dan claim ini menjadi sesuatu yang baru. Masih perlu ditempa lagi, sehingga benar-benar menyatu dalam sebuah aransemen dan bukan yang mentah-mentah sekali, lalu memasukan unsur unsur lain sehingga terkesan memaksa.
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
Dari dulu juga kalau suka, ya suka. Kalau engga, ya engga. Anak anak zaman now pun juga begitu kebanyakan bahkan justru sekarang dijadikan bahan mereka dalam berkomunikasi di media sosial, sarkas atau mocking menjadi gaya baru yang digunakan sehari-hari. So, tidak relevan.
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Biasa saja sih tidak perlu dikhawatirkan, selama masih dalam kaidah-kaidah musik yang kita sepakati bersama saat ini di dalam notasi dan ritme kita manusia diberikan kecerdasan juga keterbatasan ruang dan waktu namun kecerdasan yang membuat kita mampu menciptakan sesuatu kondisi atau setidak ya pemikiran multidimensi dari keterbatasan yang ada. Ini yang membuat musik itu menarik dan tidak ada habis-habisnya di eksplor, at least not in human life time. Tidak akan ada habisnya, apalagi buat seorang musisi sejati yang benar-benar hidup dan matinya untuk musik, tidak akan mengalami bosan dalam musik, eksplorasi tanpa batas. Silahkan saja pecinta rock main elektronik atau sebaliknya, nothing to worry, just enjoy it, be nice to everyone. You’ll be just fine.
Coldiac
Pop Band
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik Anda kepada para pendengar baru?
Sebenarnya kami selalu berangkat dari musik yang menurut kami nyaman, kami tidak pernah muluk-muluk tentang genre musik, karena kami tidak mau ruang berkarya Coldiac hanya terpaku di satu kotak. Di dalam musik yang kami buat juga banyak unsur yang diambil dari berbagai genre, electronic pop, R&B, soul, funk, bahkan rock. Namun karena perjalanan panjang dan persepsi pendengar, akhirnya musik Coldiac lebih dikenal sebagai sophisticated pop music dan pop urban. Tapi jika kami diberikan pertanyaan, musik Coldiac musik apa? It’s pop music.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Tidak juga, telinga kami sudah terbiasa mendengarkan musik dari berbagai genre. Karena kan Coldiac sendiri punya keinginan untuk tidak terbatas ruang berkaryanya, jadi memang sebisa mungkin kami selalu mendengarkan berbagai macam jenis musik.
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Mengawinkan rasa antara referensi dari genre musik lain dengan unsur unsur musik yang Coldiac punya untuk bisa menghasilkan sesuatu yang baru, jadi ya kayak main puzzle aja, tapi sebelum menyusun puzzle kami sudah membayangkan mau bikin musik yang bagaimana.
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
Bisa jadi masih ya, tapi kami lebih melihat dari segi positifnya saja, kami memandang hal tersebut sebagai sebuah titik apresiasi terhadap hal yang selama ini mungkin kurang dipertimbangkan.
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Seneng banget dong, dengan munculnya habit seperti ini pasti akan berdampak positif untuk industri musik, jadi semua punya kesempatan yang sama untuk bisa mendapatkan apresiasi yang layak.
Sisitipsi
Dirty Jazz Band
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik Anda kepada para pendengar baru?
Dengerin aja, nanti juga ngerti kok.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Masing-masing kami punya selera dan warna yang berbeda dalam menerima tiap notasi dari berbagai lagu yang pernah dirilis dari zaman baroque (1600-an) sampai sekarang.
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Mengambil referensi untuk sound itu mungkin bagi kami. Tapi kalau mengambil referensi karya musik orang lain dan mengaplikasikannya ke dalam komposisi musik kami itu ‘haram’, karena menurut kami itu sama saja dengan tidak percaya pada kemampuan otak kanan dalam merangsang kreativitas. Maka dari itu kami menjadi Sisitipsi dan hanya Sisitipsi. Tidak menjadi ‘Pearl Jam‘-nya Indonesia atau ‘The Doors’-nya Indonesia (contoh).
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
No comment.
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Baiknya seperti itu sih, karena mengkotak-kotakan musik dengan genre memungkinkan untuk menghambat musikalitas telinga pecinta musik untuk berkembang.
Tuantigabelas
Rapper
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik Anda kepada para pendengar baru?
Saya rasa kita masuk ke era di mana pendengar sudah sangat pintar dan banyak ruang untuk memilih musik yang mereka suka, jadi penjelasan atas musik saya rasa tidak perlu lagi selain dari musik dan aspek-aspek pendukung musik itu sendiri, seperti visual dan campaign yang dibawanya.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Jelas tidak.
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Kalau di hip hop jelas kita banyak adaptasi dari musik lain, ada teknik sampling di sini yang mana memungkinkan me-reproduce lagu dari genre lain untuk menghasilkan musik baru dalam nuansa hip hop, kalau saya dari segi penulisan jelas spirit dan tema adalah hal yang saya perhatikan dan aplikasikan dari genre musik lain.
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
Tidak sih kayaknya, semua orang semakin bebas berekspresi kalau saya rasa, sebut saja Diskopantera atau Feel Koplo, segarang apapun bentuk orang yang nonton, tetap saja pasti menikmati suguhan playlist mereka.
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Saya rasa justru bagus, mempersempit ruang untuk mengkotak-kotakan musik, karena menurut saya tidak ada genre musik, cuma ada musik bagus dan tidak, kebetulan saja hip hop adalah platform yang saya pilih untuk mengekspresikan itu.
Prontaxan
Funky Kota (Remix)
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik anda kepada para pendengar baru?
Biarkan mengalir seperti arus sungai dan biarkan tertanam seperti rerumputan di tanah lapang. Lemesin aja jangan dilawan.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Tentu tidak, bagi kami musik adalah konsumsi sehari-hari yang mengikuti suasana hati. Kalau dibilang sehari-hari kami biasa mengkonsumsi jazz klasik seperti Bill Evans, Coltrane, Chet Baker. Untuk beberapa minggu ini top global musik kami “I Love You 3000”-nya Stephanie Poetri dan “Halu” by Feby Putri.
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Funkot sendiri adalah campuran dari beberapa genre musik, jadi kolase genre dalam satu produk musik bukanlah hal yang asing bagi kami
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
Tidak ada yang guilty dari sebuah pleasure bagi kami.
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Kami rasa ini bukan urusan berkembang atau tidak, hanya arus informasinya yang lebih cepat muncul ke permukaan, serta pola konsumsi musik yang dulu dari bentuk fisik kemudian menjadi bentuk online atau stream sehingga masyarakat dapat mengakses musik yang dulu sulit terjamah.
Feel Koplo
Dangdut Koplo
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik anda kepada para pendengar baru?
Sepertinya paling bijak kami dibilang “dangdut”. Walaupun sudah ada beberapa term yang memang muncul dari audience sendiri seperti dangdut indie atau dangdut hipster.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Tidak kok, kami mendengarkan berbagai macam musik secara personal ataupun untuk mencari referensi atau ide untuk musik Feel Koplo.
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Wah, udah ngomongin di level ‘rasa’ sih itu, rada ghaib (tertawa) tapi karena kami base-nya di musik elektronik, kalau ada beberapa musik yang kami anggap cocok dan enak biasanya kami jadikan sampling.
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
Musik yang kami mainkan mungkin awalnya dianggap guilty pleasure bagi para penonton. Tapi seiring berjalannya waktu mereka sudah berani mengatakan bahwa mereka suka dangdut dan tanpa malu-malu berjoget bersama kami. Masalah relevansi untuk musik kami sepertinya tergantung dari pribadinya, untuk pendengar yang masih awam dengan musik kami mungkin akan merasakan itu di awal. Tapi lama-lama guilty pleasure-nya disimpan di rumah, tidak dibawa-bawa ketika gigs.
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Ini era yang di tunggu-tunggu. Selera bukan diciptakan oleh TV, majalah atau radio tapi dibuat sendiri oleh masing-masing pribadi.
.Feast
Rock Band
Bagaimana cara menjelaskan jenis musik Anda kepada para pendengar baru?
Kami mengembalikan kepada pendengar. Kami memainkan apa yang kami suka dan mencoba jujur. Semuanya dikembalikan kepada pendengar. Kami tidak menolak kalau dibilang rock atau bahkan pop. Karena menurut kami tidak ada yang salah dari itu semua.
Apakah kalian hanya mendengar musik sesuai dengan aliran musik yang kalian mainkan?
Tidak. Kami mendengar banyak musik. Baskara dan Adnan bisa jadi dalam kesehariannya banyak mendengar musik pop, hip hop, R&B. Awan lebih ke rock n roll, garage, dan psychedelic. Dicky mulai dari rock arena macam ACDC hingga K-pop. Bodat setia dengan pop punk, metal dan juga musik gospel. Tercermin di musik kami tidak?
Dalam menulis lagu, bagaimana kalian mengambil referensi dari genre musik lain dan mengaplikasikannya di musik kalian?
Biasanya kami mencari vibes yang kami mau dari salah satu lagu sebagai referensi. Kami cocok-cocokin sama tema yang mau kami tulis. Baru kami garap lagunya jadi sebuah lagu baru. Bukannya nulis di atas lagu itu, tapi lebih mengambil elemen-elemennya mungkin.
Apakah sekarang term guilty pleasure masih relevan?
Tidak sih, karena kami mencoba open sama semua lagu. Tapi ya mungkin secara tidak langsung ada juga kali ya beberapa lagu yang menurut kami masih relevan dengan term guilty pleasure. Walaupun secara lowkey atau terang-terangan kami embrace. Kayak Dicky dengan K-popnya, Baskara dengan pop top 40s-nya, atau Awan dengan lagu-lagu dangdut atau koplo. Dan kami semua kalau dimainkan lagu pop Indonesia, pasti nyanyi apapun lagunya (tertawa).
Sekarang selera publik semakin berkembang, dulu pecinta musik rock hanya akan mendengar musik rock, tapi sekarang berbeda, pecinta rock juga bisa suka musik elektronik, bagaimana kalian sebagai musisi merespons hal ini?
Ini hal yang baik ya. Karena kami pun suka mencampur berbagai elemen ke dalam lagu atau album kayak album “Multiverses”. Dan kami pun sebagai pendengar juga mendengarkan berbagai macam lagu. Tidak membatasi diri. Dicky seorang rocker bisa dengerin K-Pop. Kapan lagi?