“Ada Suatu Kekhasan Pada Musik Rock yang Tidak Ditemukan di Aliran Lainnya,” Gerard Way dan Pandangannya Akan Masa Depan Musik Rock
Gerard Way, vokalis dari band ternama My Chemical Romance, memperhatikan adanya sebuah kebangkitan musik rock belakangan ini. Gerard bergurau bahwa pendengar musik mulai rindu dengan suara gitar.
Teks: Titania Celestine
Photo: Pooneh Ganah via NME
Gerard Way, vokalis dari band ternama My Chemical Romance, mengungkapkan pendapatnya akan scene industri musik kontemporer tahun ini. Menyatakan bahwa ia memperhatikan adanya sebuah rock music resurgence, Gerard bergurau bahwa pendengar musik mulai rindu dengan suara gitar.
Dalam sebuah wawancara dengan NME, Gerard menyatakan bahwa ia sempat meragukan keberlangsungan musik rock, dan menekankan cintanya terhadap band Nirvana sejak dulu.
Menurut Gerard, Nirvana merupakan satu-satunya band grunge yang digemarinya dengan sangat ekstrim. Namun, ketika dipertanyakan akan label yang sering menyertai band Nirvana dan My Chemical Romance sendiri yang menjadi salah satu pencetus musik emo, Gerard menyanggah keterkaitan My Chemical Romance dengan label tersebut.
“Sepertinya keduanya (Nirvana dan My Chemical Romance) tidak nyaman dengan label yang sudah di cap oleh pendengar dan penyintas musik kami,” ujar Gerard.
Nirvana, yang aliran musiknya lebih sering dikategorikan sebagai punk rock dan alternative, seringkali disebut sebagai band grunge terbesar dalam sejarah musik rock.
“Saya sendiri tidak pernah menyebut Nirvana itu sebagai grunge. I guess mereka memang merupakan salah satu penggerak aliran tersebut, tapi saat itu juga saya yakin orang – orang tidak ada yang memahami sebenarnya grunge itu apa, dan apakah grunge itu Nirvana, apa yang membuat Nirvana grunge,”
“Saya merasakan hal itu tentang My Chemical Romance juga. Kami saat itu muncul kedalam scene emo, kemudian bagi kami label itu tidak terasa cocok.” ungkap Gerard.
Pada diskusi mengenai kemunculan My Chemical Romance di awal tahun 2000-an dan pandangan musik rock, Gerard beranggapan bahwa aliran musik tersebut sudah bergeser sejak berdirinya band miliknya tersebut.
“Kami muncul di tahun 2000-an, dan disaat itu tentunya para pendengar melihat band-band lain seperti Green Day, yang merevitalisasi aliran mereka dan aliran punk rock, seakan – akan menyatakan bahwa ini waktunya pembaharuan musik rock and roll. Dan waktu itu juga rock and roll merupakan aliran musik yang sangat dominan.”
Namun, seiring dengan berjalannya waktu hingga berkembangnya modern music, Gerard mengakui bahwa ia makin jarang mendengar suara gitar, melainkan scene musik yang didominasi oleh synthesizer.
“If somebody gave me a free guitar every time somebody said ‘rock is dead,’ I’d have a lot of guitars,” canda Gerard.
Ia menambahkan bahwa pada saat aliran rock dianggap sudah mati, para musisi dan pendengar mulai rindu dengan suara gitar dan kekhasan suara musik rock yang tidak dapat didengar dari aliran musik lain.
Belakangan ini, musisi – musisi terkemuka seperti Avril Lavigne dan Green Day mulai merilis musik yang memiliki kemiripan dengan aliran lagu – lagu klasik mereka di era musik rock and roll. Dengan Avril dan rilis lagu ‘Bite Me’ yang memberi rasa nostalgia pada penggemar setianya, dan Green Day dan rilis lagu ‘Holy Toledo!’ yang diklaim sounds like gabungan aliran album ‘¡Uno!’ tahun 2012 dan ‘Revolution Radio’ tahun 2016.