Perusahaan Asal Inggris Berhasil Menciptakan Hasil Dubbing Film yang Realistik Menggunakan Bantuan AI
Menurut Flawless, mereka bertujuan agar teknologi ini dipakai untuk membuat film dapat lebih mudah dinikmati oleh penonton asing, terutama penonton lansia yang sulit untuk membaca subtitle.
Teks: Rifqi Ramadhan
Foto: Nerdist/TrueSync
Menonton film secara dubbing memang sering menjadi pilihan beberapa orang untuk menikmati tontonan asing. Namun sering sekali film dengan fitur dubbing ini mengalami penurunan kualitas seperti audio tidak sinkron, hingga kejar-kejaran dengan layar saat menonton. Akan tetapi kini sudah ditemukan sebuah teknologi yang membuat film dengan dubbing realistik sesuai dengan apa yang kita lihat dalam layar.
Melalui teknologi deepfake dan AI yang diciptakan oleh perusahaan teknologi asal Inggris Flawless, penonton dapat menikmati sebuah film dengan dubbingan sesuai dengan bahasa yang dipakai. Melalui teknologi deepfake, mulut para aktor dalam film juga akan mengikuti bahasa yang mereka pakai.
It's been a few years in the making. We'd like to thank the entire Flawless team for getting us to our full commercial launch. Special thanks to our collaborators in science and The Max Planck Institute for Infomatics in Germany.
We're pleased to release the Flawless showreel… pic.twitter.com/QVtwMPMLXf
— Flawless (@Flawlessai) May 3, 2021
Untuk mencapai hal ini, perusahaan Flawless menciptakan sebuah teknologi bernama TrueSync dimana melalui teknologi ini, sebuah film dapat diproses untuk memiliki sinkronisasi yang sangat akurat agar penonton yang asing tidak perlu lagi sulit mengerti isi film yang sedang mereka tonton.
Namun pada satu sisi banyak kekhawatiran juga menjadi respons untuk teknologi baru ini, beberapa hal yang menjadi pikiran adalah karena teknologi ini sangat realistik ditakuti akan ada pihak jahat yang menggunakan teknologi ini untuk kebutuhan tidak baik. Namun menurut Flawless, mereka bertujuan agar teknologi ini dipakai untuk membuat film dapat lebih mudah dinikmati oleh penonton asing, terutama penonton lansia yang sulit untuk membaca subtitle.