Dibalik Tren Chain Mail TikTok : Resiko Peretasan Serta Penipuan
Menakut-nakuti anak kecil yang tidak mengerti bahwa kutukan dan santet tidak bisa terjadi overnight dan melalui iMessage? Yeah, reality hurts doesn’t it?
Teks: Titania Celestine
Photo: Cottonbro via Pexels
Siapa yang tidak pernah menerima email atau SMS yang berisi pesan seperti ini: “Forward this to 12 people or this creepy ghost girl whose origins make no logical and rational sense whatsoever will visit you and hurt you in your sleep tonight.”. Just me?
Sepertinya tren yang lebih dikenal sebagai chain mail– yakni fenomena dari awal tahun 2000-an yang marak merajalela di early internet years, sudah mulai hidup kembali.
Bedanya, belakangan ini, tren chain mail yang mulai bermunculan di platform TikTok lebih menekankan positivity melainkan menakut-nakuti anak kecil yang tidak mengerti bahwa kutukan dan santet tidak bisa terjadi overnight dan melalui iMessage. Yeah, truth hurts doesn’t it?
Melalui konten yang berbagi affirmations dan positivity– seperti pastinya pengguna TikTok pernah disapa dengan audio yang sering disertai caption berikut: “Play this sound and your soulmate will message you.” atau “I used this audio before my exam and I got an A+.”
Dengan berat hati, I have to break it to you guys, masa depan kalian tidak bisa ditentukan dari audio TikTok. Memang terkadang konten video semacamnya dapat meningkatkan mood dan mungkin kalian juga pernah mencoba untuk mengikuti instruksi yang diberikan just for fun.
Namun tentunya, ketika berinteraksi dengan konten di internet, kita tetap harus berhati-hati. Nyatanya, berbagai chain mail terkadang digunakan oleh peretas untuk memasukkan virus padan device kalian, scammers menggunakannya untuk mencuri data dan uang, bahkan banyak pemalsuan identitas yang muncul juga dari tren chain mail.
Tujuan dari tren chain mail TikTok, walaupun berbeda dari tujuan chain mail di zaman awal 2000-an, yakni hanya untuk membuat video yang dapat memasuki For You Page. Dengan menciptakan video dibawah kategori chain mail TikTok, audio yang digunakan juga gampang menjadi viral.
Meskipun memang konten seperti ini mungkin membantu orang untuk membangun sebuah pola pikir positif, banyak psikolog yang percaya bahwa tren ini sangat membahayakan bagi kalangan anak muda dan remaja yang rentan terhadap anxiety. Terutama dikarenakan banyak tren chain mail yang lebih berfokus pada hal-hal yang buruk yang ‘akan terjadi’ kepada pengguna yang tidak menggunakan audio TikTok tertentu, dibanding hal-hal baik yang ‘akan terjadi’.
Don’t believe everything you see on the internet!