Apakah Viral di TikTok menjadi Standar Kesuksesan Seorang Musisi?
TikTok mengubah jalannya promosi musik secara lebih demanding dengan menjajakan lagu secara langsung kepada pendengar.
Teks: Septiana Noor Malinda
Foto: Unsplash/Solen Feyissa
Kehadiran para pelaku pop culture di media sosial agaknya telah menjadi keharusan. Kini, media sosial telah menjadi sarana untuk berkumpul dan berinteraksi dengan penggemar. Bahkan platform digital juga justru mendorong seseorang menjadi terkenal dan membentuk basis penggemar karena dapat menyapa audiens secara langsung, seperti Tiktoker Tai Verdes yang kini berkarir sebagai penyanyi.
Membicarakan Tiktok maka dapat dikatakan bahwa kehadirannya sebagai media sosial paling dominan mampu menciptakan skenario baru bagi industri musik dalam melakukan promosi. TikTok efektif dalam menghadirkan presence artis untuk menjangkau pendengar secara langsung sekaligus menciptakan user-generated content (UCG). Berbeda dengan promosi tradisional yang bersifat satu arah di mana penggemar hanya melihat musik video atau mendengar dari radio, kini penggemar bisa turut berpartisipasi dengan membuat video karaoke, lipsync, hingga challenge. Dapat dikatakan bahwa TikTok memiliki nilai lebih yakni autentik dan kreatif. Tidak hanya itu, pengguna TikTok juga lebih terdorong untuk berlangganan untuk musik dan melakukan pembelian merchandise penyanyi kesayangan mereka.
Keyakinan terhadap TikTok bukannya tidak berdasar. Bisa dilihat bahwa lagu “ABCDEFU” oleh Gayle menempati posisi 1 pada chart Billboard 200 selama sebelas minggu berturut-turut berkat UCG melalui TikTok. Keberuntungan juga menyertai musisi Sia dengan “Snowman” yang viral pada 2020 lalu atau tepatnya tiga tahun semenjak rilis.
Meskipun demikian, keyakinan terhadap efektivitas TikTok sebagai platform promosi bahkan sudah cukup ekstrim. Sederet musisi papan atas dari FKA Twigs, Charli XCX hingga Halsey pun telah mengungkapkan besarnya tekanan record label agar mereka dapat membuat konten viral di TikTok. Seperti platform media sosial lainnya, selain dampak positif yang bisa didapatkan, juga muncul banyak efek negatif bagi para penggunanya. Dalam kasus ini, mereka tidak hanya diaggap sebagai seorang musisi, melainkan juga menjadi seorang social media influencer sehingga berpotensi menimbulkan burnout dan perselisihan antara artis dan perusahaan label rekaman dalam mengaplikasikan strategi pemasaran.