Tidak Berprikemanusiaan, Buruh Pabrik Garmen di Pakistan Unjuk Rasa
Mereka meneriakkan upah minimum, jaminan sosial, serta hak-hak dasar lainnya.
Teks: Deandra Aurellia
Foto: twitter.com/fawadhazan
Pekerja garmen di Karachi, Pakistan memprotes di luar Denim Clothing Company, yang memproduksi pakaian untuk merek-merek fast fashion. Dalam sebuah video yang diunggah ke Twitter, jurnalis buruh dan hak asasi manusia Fawad Hazan memfilmkan kerumunan yang memegang spanduk dan meneriakkan upah minimum, jaminan sosial, dan hak-hak dasar lainnya, dengan klip lebih lanjut yang dimaksudkan untuk menangkap momen ketika petugas berpakaian preman mulai melakukan tindasan, memukul, dan menculik 35 karyawan yang memprotes.
Berdiri di samping tenaga kerja pabrik, Hazan menyoroti dugaan praktik kotor dan eksploitatif dari Denim Clothing Company, yang memasok H&M, Zara, dan Levi’s. “Pabrik-pabrik ini benar-benar penjara!,” tweetnya pagi ini, mengunggah gambar kompleks tersebut. “Anda lihat struktur mereka, kabel berduri, penjaga bersenjata lengkap, gerbang besi (yang ditutup ketika insiden kebakaran terjadi sehingga pekerja ‘tidak mencuri produk’), dan semuanya tampak seperti penjara!” Di antara mereka yang ditahan polisi adalah Yaseen Jhullan dari Federasi Buruh Sindh Renaissance, yang sebelumnya telah meyakinkan pejabat daerah bahwa demonstrasi hari ini berlangsung damai. Video lain menunjukkan mobil polisi diparkir dan berada di dalam “penjara” perusahaan.
Protes serupa juga terjadi pada Mei awal tahun ini ketika para pekerja, yang khawatir mereka tidak akan dibayar bonus Idul Fitri, berkumpul di depan gerbang pabrik ini, sebelum dijanjikan pembayaran. Keesokan harinya, van komuter yang sebelumnya membawa anggota staf ke dan dari tempat kerja dihentikan sementara, kartu masuk dibatalkan, dan pintu pabrik dikunci. Ratusan orang berkumpul di luar ketika pejabat manajemen dan inspektur polisi menembakkan peluru ke kerumunan, melukai demonstran. 24 jam kemudian perusahaan tersebut telah melaporkan delapan ratus pekerjanya, yang baru dibebaskan dari tahanan setelah serikat pekerja turun tangan.
Namun kasus ini hanyalah di satu pabrik, di satu provinsi, di satu negara. Pekerja garmen menderita eksploitasi rutin di tangan merek fashion di seluruh dunia. Sementara para pekerja berlomba-lomba untuk lebih banyak perwakilan serikat pekerja dalam upaya agar hak mereka diakui, merek fesyen tidak dapat lagi mengalihkan tanggung jawab ke pemasok, dan harus mengakui peran mereka dalam bencana hak asasi manusia global.