Tentang Social Distancing dan Cara-Cara Kita Menyikapinya
Berbincang dengan sosok-sosok dokter tentang bagaimana kita bisa menjaga dan meningkatkan kesehatan di rumah, keamanan online delivery sampai cara-cara mempertahankan hubungan sosial.
Words by Emma Primastiwi
Ilustrasi: Max Suriaganda
Desain: Mardhi Lu
Di tengah situasi pandemi yang semakin mengkhawatirkan, banyak dari kita yang harus menghadapi kenyataan baru. Aktivitas yang biasa kita lakukan sehari-hari harus dibatasi untuk mencegah penyebaran COVID-19. Dengan himbauan pemerintah untuk menjalankan social distancing, banyak sekali orang yang masih bingung tentang bagaimana kita harus menyikapi social distancing dengan baik dan benar. Oleh karena itu, kami berbincang dengan beberapa sosok dokter: dr. Jimmy Tandradynata, S.PD, dr. Shela Putri Sundawa, dan dr. Gia Pratama tentang social distancing, mulai dari cara menjaga dan meningkatkan kesehatan di rumah, memastikan keamanan online delivery, sampai cara-cara mempertahankan hubungan sosial dengan keterbatasan fisik.
Narasumber:
General Health
Bagaimana kita bisa tetap aktif untuk menjaga sekaligus meningkatkan kesehatan kita selama masa self distancing?
dr. Gia Pratama (G): Olahraga tetap bisa dilakukan di rumah, bahkan sebenarnya banyak olahraga yang bisa dilakukan tanpa bergerak tapi cukup efektif membakar kalori bahkan sampai membuat kita berkeringat, contohnya adalah plank dan wall sit. Saran saya jadikan kedua hal itu rutinitas per 4 jam.
dr. Jimmy Tandradynata, S.PD (J): Untuk tetap menjaga kebugaran tubuh, disarankan tetap melakukan aktivitas fisik yang cukup dan berolahraga rutin. Mulai dengan hal sederhana, hindari kebiasaan duduk dan tiduran sepanjang hari. Lakukan rutinitas yang dapat dilakukan di rumah, misalnya membersihkan rumah dan berkebun. Perbanyak berjalan, walaupun hanya di dalam rumah. Idealnya, jangan lupa berdiri dan melakukan peregangan setiap 30-60 menit saat duduk atau berbaring. Aktivitas olahraga pun dapat dilakukan di dalam rumah. Dengan adanya teknologi, kita dapat mencontoh banyak tutorial olahraga online yang dapat dilakukan di dalam rumah, misalnya senam atau yoga. Beberapa gerakan olahraga sederhana yang dapat dipraktikkan di rumah antara lain: squats, plank, push-up, sit-up, dan lain-lain. Walaupun pusat kebugaran akan ditutup, kegiatan olahraga outdoor masih dapat dilakukan di sekitar rumah jika memungkinkan, asalkan dengan konsep self-distancing: jaga jarak 1-2 meter dengan orang lain.
dr. Shela Putri Sundawa (S): Yang penting diingat bahwa self distancing bukan berarti kita harus full mengganti kebiasaan kita sehari-hari. Exercise, makan dengan nutrisi seimbang, beraktifitas seperti bekerja atau belajar atau kuliah, tetap tidur dan beristirahat yang cukup harus tetap kita kerjakan. Keempat hal pokok ini harus ada di jadwal kita sehari-hari. Social distancing itu sendiri bukan berarti kita tidak boleh kemana-mana. Jika sangat diperlukan keluar, misalnya yang belum bisa work from home, masih bisa dikerjakan asal kita lebih considerate dalam menjaga jarak dengan orang-orang di sekitar kita, dalam perjalanan maupun di kantor. Tetap, untuk menjaga kesehatan kita harus menjaga keseimbangan antara makanan, exercise, bekerja dan waktu beristirahat. Harus diingat, tidur itu salah satu cara untuk menjaga kekebalan tubuh kita. Menambah jam tidur, sebaiknya 7-8 jam, sehingga kekebalan tubuh kita meningkat.
Orang-orang Jakarta sekarang terbiasa untuk take away makanan di restoran atau bahkan memesan makanan lewat aplikasi online delivery. Dalam situasi pandemi seperti ini, apakah masih aman?
G: Masih beresiko, tapi jauuhh lebih aman daripada makan diluar di tengah keramaian. Jadi ya order dari rumah saja. Tapi sebisa mungkin masak sendiri.
J: Yang menjadi masalah adalah virus SARS-CoV-2 ini masih baru dan sifat/perangainya belum sepenuhnya kita pahami. Banyak orang, terutama anak muda, yang sudah tertular tetapi tidak atau belum menunjukkan gejala. Padahal, orang ini sudah dapat menularkan ke orang lain. Jadi, prinsip social-distancing ini adalah mengurangi kontak dengan siapapun, termasuk orang yang tampak sehat. Selain itu, virus ini juga diduga dapat bertahan beberapa jam sampai hari pada permukaan benda. Jika virus tersebut terdapat pada permukaan paket makanan yang dikirimkan, tentu juga menjadi risiko penularan. Kalau sangat mendesak diperlukan pesan makanan online, hindari kontak dekat dengan pengirim, bayar dengan cashless, dan lakukan desinfektan pada paket makanan. Dalam satu penelitian, virus SARS-CoV-2 ini dapat bertahan hidup pada permukaan plastik dan stainless steel sampai dengan 72 jam.
S: Yang pertama, kita jika membeli sesuatu harus tahu dulu tempat makan secara sanitasi seperti apa. Sebenarnya tidak di saat pandemi, tapi sehari-hari juga sesuatu yang penting. Apakah tempat yang kita sering beli ini menjaga sanitasi dengan baik? Kemudian ditambah dengan situasi pandemi ini, apakah ada precaution yang khusus dilakukan oleh tempat-tempat makan seperti itu? Misalnya, saat masuk harus menggunakan hand sanitizer dulu, atau di cek suhu tubuhnya dulu. Nah, precautions seperti itu lah yang penting. Saya rasa sepertinya beberapa restoran atau tempat makan yang cukup baik, biasanya standar ini sudah ada. Untuk online delivery sendiri, mereka sudah punya precaution untuk contactless order. Bisa request supaya makanan seminimal mungkin mengurangi kontak, diantarkan didepan rumah. Untuk driver-nya pun harus ada precaution supaya mereka tetap aman dalam mengantarkan makanan. Jadi harus diingat, restoran yang dipesan harus mempunyai tingkat kebersihan yang baik, precaution yang khusus dan sistem pengiriman yang aman.
In Public
Bagi mereka yang masih harus berpergian, apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga diri dan lingkungan sekitar di ruang publik?
G: Pakai pelindung diri, usahakan jangan sering menyentuh benda sekitar, dan langsung mandi ketika sampai rumah.
J: Untuk mengurangi risiko tertular, jalankan prinsip social-distancing dengan konsisten dan tidak menyepelekan. Jaga jarak dengan orang lain sekitar 1-2 meter. Selalu ingat untuk tidak melakukan kontak fisik, termasuk berjabat tangan. Selalu ingat untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Hindari memegang daerah wajah (terutama mata, hidung, dan mulut), jika diperlukan sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu. Hanya bepergian jika ada urusan yang sangat penting. Jika sedang sakit, hindari bepergian karena berisiko menularkan ke orang lain. Jika sakit dan hendak berobat ke dokter, gunakan masker dan hindari menggunakan transportasi publik.
S: Dengan keadaan yang sampai sekarang masih belum tahu kita punya virus atau tidak, yang penting harus dipikirkan adalah orang-orang yang terlihat sehat bisa merupakan asymptomatic carrier dari COVID-19. Jadi, kalau menurut saya, sebaiknya kita menganggap diri kita sebagai orang yang membawa virus. Dalam arti, kita harus lebih berhati-hati dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan orang ataupun di ruang publik. Yang bisa kita lakukan adalah menjaga jarak yang aman, kira-kira 1,8 meter. Kemudian, kalau kita merasa kita kurang sehat, bisa bersin atau batuk, itu artinya kita bisa mentransmisikan, jadi kita harus menggunakan masker. Atau hari itu kita lupa tidak bawa masker, etika batuk atau bersin harus bisa dilakukan. Kalau kita harus bepergian menggunakan transportasi umum, maka kita harus melihat lagi, apakah ada posisi-posisi khusus dimana kita bisa tidak berhadapan atau berdesak-desakan dengan penumpang lain, misalkan dengan memilih jam yang lebih longgar dari sebelumnya. Jangan lupa juga di ruang publik, di halte atau stasiun sekarang saya rasa sudah terdapat banyak hand sanitizer. Jadi saat kita datang ke tempat baru kita harus ingat mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer dan tentunya menjaga jarak.
Apa saja yang bisa lakukan untuk mengingatkan sesama saat di ruang publik untuk menjaga kesehatan?
G: Etika batuk, etika bersin harus menjadi kebiasaan dan budaya. Cuci tangan pakai sabun juga harus menjadi hobi. Tidak perlu cipika cipiki.
J: Pada kondisi seperti ini, bukan lagi saatnya untuk menjadi egois atau tidak peduli. Tentu tidak semua orang sudah paham mengenai etika batuk/bersin yang baik. Tidak perlu ragu untuk saling mengingatkan dan mengedukasi, asalkan dilakukan dengan cara yang sopan. Jika batuk/bersin, hendaknya ditutup dengan lengan atas, bukan dengan telapak tangan, atau ditutup dengan tisu lalu dibuang. Jika kita membawa masker lebih, bagikanlah ke mereka yang tampak sedang sakit batuk/pilek. Ingatkan pula jika ada orang yang terlalu dekat posisinya dengan kita supaya tetap menjaga jarak sesuai prinsip social-distancing.
S: Ini adalah saat yang baik untuk exercise bagaimana kita bisa mengingatkan orang dengan cara yang sopan, menjaga etika tapi harus mengingatkan mereka untuk menggunakan etika baik. Yang mudah biasanya, kalau saya pribadi, bawa spare masker, dan kita tawarkan untuk mengurangi transmisi, karena kita kan tidak tahu orang tersebut punya virus atau tidak. Kemudian biasanya orang Indonesia “nggak enakan”, bukan berarti kita tidak sopan kalau kita menegur atau mengingatkan, tapi justru kita mendiamkan itu hal yang buruk.
Family Interactions
Haruskah kita mulai mengurangi perkumpulan-perkumpulan keluarga di tengah pandemi ini?
G: Perlu. Sangat perlu. Tapi ini hanya sementara.
J: Ya, tentu saja. Sekali lagi, penularan bisa terjadi dari siapa saja, termasuk dari orang-orang yang tidak bergejala. Segala bentuk pertemuan yang melibatkan banyak orang sebaiknya ditunda. Lihat dari sisi positifnya. Walaupun tampak menyedihkan tidak dapat berkumpul dengan keluarga besar, sebetulnya menjaga jarak pada kondisi pandemi ini merupakan bentuk cinta kepada keluarga agar risiko keluarga menjadi sakit lebih rendah, terutama orang tua yang berusia lanjut atau orang tua yang mempunyai penyakit kronik, misalnya penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan kanker. Jika ada orang tua berusia lanjut yang tinggal sendiri atau tinggal di panti jompo, tidak dianjurkan untuk mengunjungi terlebih dahulu kecuali ada keperluan penting.
S: Kebiasaan memang kalau kita makhluk sosial, kita pasti butuh berkumpul dengan keluarga. Jika sangat esensial, masih bisa dilakukan. Esensial misalnya, mudah-mudahan tidak terjadi di antara kita, ada yang berduka dan harus melayat, ini sesuatu yang tidak bisa kita duga. Apabila itu non-esensial, misalnya arisan keluarga atau silaturahmi, kalau bisa itu tidak dilakukan. Ada beberapa government, di New Zealand misalnya memberikan guideline saat perkumpulan keluarga. Di website pemerintah New Zealand di covid19.govt.nz di bagian help and advice untuk social gathering di situ ada beberapa hal-hal yang bisa kita terapkan jika kita mau mengadakan kumpul-kumpul keluarga. Tetap harus mengingat menjaga jarak antara keluarga, jangan bersalaman dulu. Jika tidak perlu dilakukan, tidak usah. Apalagi, keluarga kita usianya sudah lanjut.
Orang tua lebih rentan terjangkit virus COVID-19, dalam perkumpulan keluarga, bagaimana kita bisa berinteraksi dengan keluarga lebih tua dengan aman?
G: Saya harus bilang kita harus lindungi orang tua kita yang berumur lebih dari 55 tahun, swakarantina untuk mereka sangat penting.
J: Manfaatkan teknologi seperti telepon dan video call. Tentu di masa sulit seperti ini, kita sangat rentan mengalami stres dan sangat membutuhkan dukungan keluarga. Walaupun tidak bertemu secara langsung, jangan lupa untuk saling berkontak secara online untuk sekedar memberi kabar, mengobrol, atau bahkan mengucapkan selamat ulang tahun. Jika tinggal serumah, tentu pertemuan keluarga masih dapat dilakukan. Namun, hendaknya prinsip social distancing tetap dilakukan di dalam rumah.
S: Kita perlu ingat, kelompok usia yang terkena COVID-19 ini diatas usia 50+ semakin parah. Gejalanya bisa semakin parah. Peradangan paru parah, sesak nafas parah, banyak yang meninggal korban diatas usia 50 tahun. Untuk menjaga silaturahmi tidak harus bertemu langsung. Kalau kita memang sayang dengan keluarga kita, kita harus considerate bahwa bertemu secara langsung bukanlah pilihan yang baik.
Maintaining Social Life
Apakah masih aman untuk bertemu teman-teman atau pasangan, walau dengan waktu yang terbatas?
G: Kondisi parah di Italia sekarang itu karena tiga minggu yang lalu mereka tetap kumpul-kumpul sama teman-teman. Saya harus bilang sekarang kita tidak aman untuk melakukan itu. Sekarang sudah hampir 500 orang yang terkena COVID-19.
J: Semakin sedikit kontak dengan orang lain, semakin rendah risiko transmisi penyakit ini. Sekali lagi diingatkan, penularan juga dapat terjadi dari orang yang tampak sehat. Oleh karena itu, pertemuan dengan siapa pun sebaiknya dihindari dulu kecuali ada kebutuhan yang sangat penting/mendesak. Jika pun diperlukan untuk bertemu, tetap jalankan prinsip social-distancing.
S: Secara umum, interaksi sosial tidak hanya bertemu secara langsung, walau kontak fisik penting juga untuk hubungan. Tapi dalam waktu seperti ini, jika bisa ditunda tidak perlu bertemu langsung dulu. Sekarang kan kita sudah punya banyak teknologi yang dapat menghubungkan kita, misalkan dengan video call. Kita bisa tetap berinteraksi tanpa harus bertemu. Jika memang terdesak harus bertemu, ya tadi itu, kita harus jaga jarak, tidak bersalaman, tidak berpelukan. Jika masih memungkinkan untuk tidak bertemu, sebaiknya menahan rindu terlebih dahulu. Warga negara yang baik adalah yang tetap memikirkan social distancing walau dia telah diterjang oleh rindu.
Jika tidak, bagaimana kita bisa mempertahankan hubungan sosial dengan tetap memperhatikan kesehatan kita selama masa social distancing?
G: Group Video call saja. Sementara. Kita harus saling melindungi. Jangan sampai kita menyesal karena kehilangan teman karena korona, Jarak boleh jauh yang penting hati tetap dekat.
J: Beruntunglah saat ini kita hidup pada masa teknologi yang sudah maju. Kita tetap dapat berkontak via telepon atau video call untuk tetap saling memberi kabar dan berinteraksi. Tujuan utama social-distancing ini bertujuan hanya untuk menghindari kontak fisik yang dekat antar-orang, bukan untuk menjauhkan hubungan sosial antar-orang. Yang dilakukan dalam social-distancing itu sebetulnya adalah bentuk cinta kita kepada orang-orang terdekat supaya mereka tidak terinfeksi. Dalam mempertahankan hubungan sosial, yang diperhatikan jangan hanya kebutuhan sosial sendiri, tetapi juga harus melihat kewajiban sosial kita terhadap orang lain. Dalam masa sulit yang harus kita hadapi bersama ini, justru banyak kesempatan untuk kita menyalurkan bantuan sosial kepada orang lain, baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan, misalnya dengan menggalang dana untuk menyumbang obat, makanan, dan bahkan alat pelindung diri untuk tenaga medis.
S: Banyak yang bisa kita lakukan secara online, misalnya exercise sama-sama, sambil lihat video bersama-sama, share screen, atau misalnya yang suka ke museum, banyak museum yang menyediakan tur secara online, ada Louvre, ada Galerie d’Apollon, bisa rame-rame sambil video call, sambil share screen, itu bisa menjadi hal yang menyenangkan. Jika kita mau nonton drama Korea bersama-sama, share screen saja, bisa tetap seru walau kita tidak bertemu secara langsung.