Membedah Narasi “Cuan Instan” dari Investasi bersama ZAP Finance
Kami berbincang dengan CEO dari ZAP Finance, Prita Ghozie, soal bahaya narasi investasi sukses instan hingga hubungan antara keuangan dan kesehatan mental.
Words by Ghina Sabrina
Tidak bisa dipungkiri bahwa kini tingkat kesadaran masyarakat perihal pengelolaan keuangan telah meningkat. Selain akibat kemunculan banyak financial advisor maupun planner dengan strategi komunikasi yang memikat generasi muda, hal ini pun imbas dari situasi pandemi yang memengaruhi aspek ekonomi dari berbagai tingkat. Salah satu konsultan keuangan yang telah lama hadir di masyarakat adalah ZAP Finance. Kami berbincang dengan Prita Ghozie, CEO dari ZAP Finance, soal konsistensi mereka sebagai tempat belajar, bahaya narasi tentang investasi cepat sukses, hingga hubungan antara kesehatan mental dengan keuangan.
Bagaimana awal Anda mendirikan ZAP Finance?
Saya koreksi sedikit karena saya bukan pendiri ZAP Finance. Bisnis ini memang milik keluarga, saya yang diamanahkan menjadi leader untuk memimpin bisnis ini sejak 2009.
Saya memulai karir sebagai karyawan di perusahaan teknologi multinasional asing terbesar di dunia. Setelah berkiprah selama 5.5 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk membantu menjalankan bisnis keluarga. Kebetulan minat dan kemampuan sangat mendukung di bidang perencanaan keuangan. Kemampuan didukung oleh pendidikan akademis saya yang merupakan Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi dari FEUI (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) dan Master of Commerce dari University of Sydney. Saya juga memiliki gelar sarjana S2 untuk bidang financial planning yaitu Graduate Certificate in Financial Planning dari Melbourne. Jadi, dari awal lahirnya ZAP Finance di tahun 2009, kami fokus di peningkatan literasi keuangan masyarakat.
Lalu bagaimana sampai akhirnya Anda memilih untuk menggunakan approach seperti sekarang dalam menyampaikan konten Anda? Apakah Anda merasakan adanya knowledge gap soal manajemen keuangan antar generasi?
Di ZAP Finance kami memiliki tim yang memang bertugas untuk membangun awareness terhadap pentingnya pengelolaan keuangan yang benar. Kami di ZAP Finance sudah hadir sejak belum marak media sosial seperti sekarang ini. Di awal berdiri, satu-satunya sarana adalah ber-partner dengan media konvensional seperti koran, majalah, TV, dan radio. Yang mana, mereka sangat selektif saat memilih narasumber. Ada masalah, pasti langsung di-blacklist. Itulah kenapa dahulu lebih mudah untuk memastikan mana narasumber yang memiliki kompetensi dengan yang pandai bertutur. Pastinya narasumber yang profesional plus mampu bertutur adalah suatu poin plus.
ZAP Finance memiliki branding sebagai tempat belajar terbaik dalam hal literasi keuangan. Hal ini konsisten kami lakukan sejak tahun 2009. Kami sangat mematuhi aturan, tidak berani memberikan layanan yang bukan bidang kami bahkan tidak ada lisensinya.
Kami paham masih banyak masyarakat yang tidak mengerti, mencari opini kesana kemari. Bagi brand yang sudah kuat, sangat mudah setir opini dan membangun persepsi, terlepas edukasinya benar atau salah. Nah, hal yang kami lakukan secara konsisten yaitu memberikan literasi yang benar, tidak masalah viral atau tidak, karena pada akhirnya waktu juga yang akan membuktikan, mana ilmu yang benar untuk diikuti.
Knowledge gap pastinya ada, apalagi setiap generasi memiliki karakter unik serta latar belakang masalah yang berbeda. Baby-boomers pasti beda dengan Gen X. Beda lagi dengan millennial dan sekarang ini mulai masuk Gen Z. Target pasar kami juga berubah seiring dengan pergeseran angkatan kerja produktif. Namun, karena kami juga memiliki kompetensi dan keahlian berbeda, kami juga tetap melayani kebutuhan para calon pensiunan melalui program perusahaan.
Sekarang kesadaran publik, khususnya anak muda, akan financial literacy telah terbangun akibat pembahasannya yang sudah trending. Bagaimana Anda melihat hal ini?
Good! Tantangan yang dari dulu dihadapi adalah memberikan pengertian betapa pentingnya perencanaan keuangan. Masih banyak yang berpendapat bahwa keuangan biarkan berjalan dengan sendirinya, tidak perlu diatur. Hal ini kurang tepat.
Jika sudah menyadari pentingnya perencanaan keuangan, masih banyak juga masyarakat yang menganggap jasa ini tidak ada nilainya alias tidak bersedia membayar jasa konsultasi baik itu mulai dari mengikuti kelas maupun jasa konsultasi perorangan. Hal ini yang tentu saja harus dapat diberikan pemahaman bahwa jika ingin mendapatkan wawasan secara gratisan, maka bisa dengan cara mengikuti tips-tips sederhana dari media sosial, artikel, dan lainnya. Namun, jika ingin mendapatkan jasa yang lebih dalam lagi, maka masyarakat seyogyanya menyadari bahwa jasa ini ada nilainya.
Masih banyak yang berpendapat bahwa keuangan biarkan berjalan dengan sendirinya, tidak perlu diatur.
Anda juga aktif dalam membuat konten edukatif di YouTube yang membahas tentang banyak hal dari investasi, dana menikah hingga kehidupan berkeluarga. Bagaimana Anda melihat habit audience ZAP Finance dan pengaruhnya ke dalam pemilihan konten?
Setiap konten itu unik dan berusaha menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat khususnya para penikmat YouTube. Konten yang menarik untuk viewers pastinya akan memiliki views lebih banyak dibandingkan yang lain. Namun, bukan berarti ZAP Finance hanya mau bikin konten “viral”, karena tujuan kami adalah memberikan edukasi gratis bagi publik. Permasalahan viewers kami sangat beragam dan kami berusaha untuk bisa mendukung bagi semuanya.
Karena ZAP Finance adalah tempat belajar keuangan yang benar. Kami bukan penjual produk investasi, kami tidak mengelola dana masyarakat, kami tidak memiliki conflict of interest terhadap apa yang kami harapkan dari followers. Kami memposisikan diri sebagai sumber referensi terbaik yang independen bagi semua. Dan sebagai bentuk tanggung jawab tersebut, kami patuh pada aturan regulator, semua konsultan kami juga memiliki latar belakang kompetensi yang mumpuni, serta menjaga sertifikasi CFP (Certified Financial Planner) secara aktif.
Untuk yang masih mau gratisan juga bisa kok. Namun ya harus mau meluangkan waktu untuk belajar secara mandiri. Caranya? Rajin nonton episode di YouTube, follow terus feeds di IG, nonton IG Live, dan membaca artikel. Untuk yang ingin mulai mencari solusi yang spesifik, ZAP Finance membuat kelas-kelas untuk publik yang saat ini berbentuk online (webinar).
Kini bahasan soal manajemen keuangan pun sekarang akhirnya sampai pada para anak muda yang keuangannya sendiri pun belum seberapa – terlihat dari konten GAJIAN PAZ. Apa yang bisa disimpulkan soal meningkatnya minat mereka terhadap topik ini?
Again, karena kami tidak memiliki motivasi mengejar dana tertentu dari lapisan masyarakat tertentu, ZAP Finance memberikan porsi yang berimbang untuk semuanya. Agar semua bisa belajar mengelola keuangan yang baik. Kaum muda yang masih first jobber lebih sadar apa yang dialami oleh generasi sebelumnya, jadi mereka pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan mengelola keuangan selagi bisa.
Topik investasi pun sekarang menjadi sering dibahas akibat awareness-nya yang sudah semakin meningkat – apalagi dengan pemahaman ‘cepat sukses’ jika berinvestasi dengan tepat. Melihat hal ini, memang sebenarnya seberapa pentingnya investasi?
Investasi itu butuh kesabaran dan bukan “cuan instan”.
Nah, ini yang bahaya. Investasi itu butuh kesabaran dan bukan “cuan instan”. Namun, narasi yang kerap dibangun adalah, investasi ya supaya kamu bisa “tajir kayak gue”. Ya tidak bisa gitu lah, kalo semua auto profit dalam 15 menit, kantor bubar dong. Pada ambil pinjaman aja, terus investasi pasti cuan.
Investasi adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan keuangan. Untuk kebutuhan jangka panjang tidak ada jalan lain selain berinvestasi.
Kemudian, saran apa yang bisa Anda sampaikan pada para anak muda yang ingin mulai berinvestasi? Apa saja yang harus diperhatikan dan juga dihindari?
ZAP Finance sering memberikan pemahaman mengenai investasi yang baik dan benar seperti apa. Memiliki rencana keuangan, mengelola utang bahkan menghapus yang konsumtif, memiliki dana darurat lalu baru masuk ke investasi.
– Investasi adalah salah satu jalan untuk mencapai tujuan keuangan. Artinya, tentukan tujuan keuangan kamu dulu, baru pilih investasinya.
– Selalu sesuaikan profil risiko dalam memilih aset investasi.
– Ragamkan jenis aset investasi untuk meminimalkan risiko, sesuai kebutuhan tujuan keuangan kamu.
– Set your expectation right! Selalu mengacu terhadap potensi keuntungan dan risiko yang wajar untuk setiap aset investasi yang dipilih.
– Belajar dan pahami.
Tentunya, jasa financial advisor seperti ZAP Finance juga hadir untuk membantu pengelolaan keuangan para klien. Namun, apa yang perlu diperhatikan saat kita ingin menggunakan jasa tersebut?
Saya koreksi ya, ZAP Finance adalah konsultan keuangan, bukan financial advisor. Di Indonesia, financial advisor itu harus punya lisensi Penasihat Investasi dan profesi ini umumnya bekerja di perusahaan sekuritas. Penasihat investasi fokus pada pengelolaan aset dana yang diinvestasikan. Sedangkan, konsultan perencana keuangan itu terbatas pada edukasi konsumen, literasi keuangan, menghitung tujuan keuangan hingga merencanakan tujuan.
– Saat mau menggunakan bantuan jasa konsultan keuangan, cakupan bantuan ini yang sebaiknya didefinisikan sampai sejauh mana. Ini bisa beragam dari mulai;
– Sebatas konsultasi komponen perencanaan keuangan.
– Konsultasi hingga rekomendasi komponen perencanaan keuangan.
– Konsultasi hingga penerapan/implementasi (ini pun bisa didefinisikan penerapan itu apakah pembuatan jadual, mereferensikan kepada pihak yang memiliki layanan jasa keuangan).
– Konsultasi hingga evaluasi.
Nah, konsultasi itu sendiri dapat berbentuk pelatihan (one to many), coaching small group, hingga coaching 1 on 1. Output-nya ada yang berupa Financial Plan Book, resume hasil konsultasi dan sebatas ilmu pembelajaran. Belajar untuk bisa mandiri akan lebih baik jika ada coach atau konsultannya kan?
Tingkat keahlian dari konsultan biasanya tercermin dari pengalaman dan jam terbang, serta cakupan pemahaman atas bidang ilmunya. Semakin ahli, tentu saja semakin baik kemampuan analisa dan rekomendasinya. Nah, kepemilikan sertifikasi profesi akan menjadikannya harus patuh pada tata aturan tertentu.
Dan apakah jasa financial advisor atau konsultan keuangan ini penting untuk digunakan oleh anak muda?
Penasehat investasi umumnya akan bekerja dengan minimal AUM (Assets under management) tertentu. Sedangkan, konsultan keuangan sifatnya lebih holistic dalam memberikan saran terkait pengelolaan keuangan. Apakah harus pakai jasa personal? Bisa jadi iya bisa juga tidak. Saran saya, mulai dari follow dulu akun financial consultant seperti ZAP Finance. Lalu, join kelasnya. Jika masih butuh konsultasi lebih lanjut, baru lah bisa engage dengan konsultan keuangan secara privat karena jasa ini tidak murah.
Bahasan soal keuangan tidak bisa terlepas dari kesehatan mental, dan hal ini tercermin pada konten “Sehat Mental Sehat Finansial”. Apa yang bisa Anda simpulkan dari hubungan antara dua topik tersebut?
46% stress manusia disebabkan persoalan keuangan (bukan cuma kekurangan, tapi juga kebanyakan uang bisa stress karena pusing mau ambil keputusan). Urusan keuangan itu tidak sepenuhnya bicara angka, tetapi juga bicara sifat dan psikologi. Misalnya ada beberapa orang diberi uang 100 juta, mereka akan membelanjakan uang itu dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang mereka pilih tidak bisa dibilang benar atau salah, karena setiap orang punya preferensi yang berbeda. Orang merasa dirinya kaya, merasa sejahtera kalau point-point tertentu yang mereka canangkan tercapai.
Setiap orang memiliki point yang berbeda kan? Nah, saat keuangan sehat, maka harapannya mentalnya pun akan sehat.
Urusan keuangan itu tidak sepenuhnya bicara angka, tetapi juga bicara sifat dan psikologi.
Lalu dengan pandemi ini, apakah Anda melihat adanya perubahan dalam perilaku secara finansial?
Ada. Orang lebih take care of their financials. Akhirnya sadar, bahwa “duit ga segampang itu dicari”.
Apa rencana ZAP Finance untuk ke depannya?
Terus fokus menjadi tempat referensi belajar mengelola keuangan yang terbaik bagi masyarakat.