Lebaran Kita dan Kekayaan Tradisinya
Menyambut suasana Lebaran yang masih terasa, kami berbincang dengan Ade Paloh, Sivia Azizah hingga sosok-sosok lainnya untuk mengetahui beragam tradisi yang dapat ditemukan untuk merayakannya
Words by Whiteboard Journal
Pada tanggal 5 Juni lalu, umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya setelah satu bulan menunaikan ibadah Ramadhan. Menjadi salah satu perayaan utama di Indonesia, Idul Fitri atau Lebaran merupakan momen yang tepat untuk berkumpul dan bersilaturahmi bersama keluarga maupun kerabat. Sebagai tradisi yang telah berjalan selama bertahun-tahun, tentunya setiap orang memiliki tradisi dan ritual tersendiri dalam cara merayakan hari kemenangan. Mulai dari makanan hasil resep turun temurun, aktivitas berbagi THR yang dinanti-nanti, hingga perbincangan yang pasti muncul, Lebaran memiliki arti yang berbeda bagi masing-masing orang. Melihat hal ini, kami berbincang dengan berbagai sosok untuk mengetahui perbedaan cara merayakan Hari Raya tersebut.
Azizah Hanum
News Anchor CNN
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Di keluarga saya, tiap Lebaran itu pasti selalu ada saweran. Awalnya tradisi ini cuma buat anak-anak kecil aja, tapi lama-lama orang dewasa – termasuk saya juga ikutan (tertawa). Kami literally rebutan sama yang kecil-kecil, awalnya buat seru-seruan, lama-lama jadi ambisius karena yang disawer bisa 50 sampai 100.000-an kalo om dan tante lagi baik. Tapi habis itu uang yang saya dapat dituntut buat disawer balik sama mereka, karena dianggap sudah berpenghasilan. Curang! (tertawa)
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Mungkin semakin sibuk sama kegiatan masing-masing jadi kumpulnya sering tidak lengkap kali ya. Seperti tahun ini, rumah saya tidak open house dulu karena banyak yang berhalangan.
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
NASTAR. Ketupat sayur buatan ibu. Best of the best.
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Karena biasanya paginya siaran dulu, jadi saya terbiasa menyusul kumpul keluarga saat Lebaran. So far sih santai-santai saja, cuma energinya selalu beda tiap Lebaran. Lebih hangat saja gitu.
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Well, kami tidak bisa mengatur orang lain sih. Dan tidak semua orang belajar cara berkomunikasi baik yang paham betul cara bersilaturahmi tanpa harus menanyakan hal pribadi. Tapi kalau saya dapat pertanyaan seperti itu saya jawab seadanya saja, santai tidak perlu offensive. So far, saya sih tidak terganggu (tertawa).
Putri J. Ghariza
Creative Director – Aesthetic Pleasure
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Aktivitas Lebaran yang unik apa ya? Kalau mudik bisa dibilang biasa saja mungkin ya di Indonesia, itu yang saya lakukan tiap tahun kalau Lebaran. Dulu ketika nenek dan kakek masih ada, kami selalu rutin road trip Jakarta-Surabaya, lalu lanjut Jakarta-Lampung. Selalu ada saja cerita di setiap perjalanan dan selalu unik sih ceritanya, mulai dari mobil mogok di jalan lalu naik mobil sambil diderek, macet berjam-jam, lalu pengalaman bedanya lewat jalur utara atau selatan, makan nasi jamblang di Cirebon yang super enak, sampai mengunjungi Masjid Demak peninggalan Wali Songo dan tahu sejarah-sejarahnya. Wah banyak banget hal menarik yang bisa kami temukan di jalan di tiap daerah. Saat mudik itu seru banget.
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Banyak sekali perubahan. Dulu waktu kecil kalau Lebaran tuh senang sekali, seperti “Wah mau dapat THR nih dari om dan tante”. Lalu pasti dibelikan baju baru oleh mama, lalu bertemu sepupu-sepupu semua lengkap dan ketemu kakek nenek senang sekali rasanya. Sekarang euforia Lebarannya sudah tidak seseru dulu, ya mungkin karena nenek kakek juga sudah tidak komplit, terus semua mungkin juga sudah pada punya kesibukan masing-masing jadi mulai berkurang saja quality time-nya.
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Opor ayam buatan mama dan sambal goreng ati buatan nenek, yum!
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Selalu heboh. Berbagi cerita, canda dan tawa, makanan serta uang! Rasanya kalau Lebaran selalu berbagi kebahagiaan dan bagian maaf-maafannya sih yang paling penting, seperti lega gitu sesudahnya, happy.
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Ketawa saja deh kalau ada yang tanya kapan nikah, kapan ina ini itu, bla bla bla. Lagi pula itu bagus lah, kan mereka artinya perhatian dan memberikan motivasi untuk cepat ber-progress. Ambil positifnya saja.
Ade Paloh
SORE Band
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Tidak ada, kebiasaan saya suka ikut sama bapak saya untuk merayakan Idul Fitri ke Batam, tapi kami bukan orang Batam, jadi tidak bisa dibilang mudik, hanya ingin menghamburkan uang sedikit (tertawa).
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Kelihatannya makin sepi, tidak seperti waktu saya masih kecil. Apa mungkin karena badan saya waktu itu masih terlalu pendek, sehingga semuanya terlihat besar?
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Karena saya orang Aceh, saya selalu menantikan makanan bernama Sie Reboh atau daging rebus Aceh. Dulu waktu kecil saya suka dapat Sop Marak dari keluarga saya yang Arab. Tapi mereka sudah tidak ada. Kemana ya mereka?
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Kebanyakan basa basi sih, tapi waktu saya kecil, semuanya terlihat seperti serius. Apakah itu menandakan bahwa kita sebagai anak kecil sering kena tipu?
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Saya selalu ingin melihat kembali ke masa kecil, ketika basa basinya terlihat serius, seperti nomor 4. Dan paling jauh pertanyaannya adalah “Ade masih ngompol apa tidak?”
Sivia Azizah
Radio DJ & Penyanyi
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Tradisi Lebaran unik tidak ada sih, tapi mungkin makanannya saja kali ya super festive. Karena mama dan papa orang Padang, jadi ya makanannya seperti di restoran-restoran Padang, lengkap dari gulai, rendang, dendeng, segala macam ada.
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Perubahan, tidak ada yang signifikan sih. Paling perubahan semakin ramai saja karena sudah punya keponakan, terus karena saya punya 2 kakak, mereka sudah punya keluarga sendiri jadi ya ada orang-orang baru yang hadir di keluarga saya. Dan Lebaran tahun ini saya alhamdulillah sudah berhijab.
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Rendang, gulai, lontong sayur Padang! #minangpriderighthere
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Ramai sekali, super fun.
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Saya terbilang sudah lumayan ditanya-tanya “mana pacarnya”, “kapan nikah”, karena sepupu-sepupu di atas saya sudah pada married, tapi ya ketawa saja sih biasanya. Karena belum ke sana sih prioritas saya, jadi saya masih tergolong santai, jalanin saja dulu yang ada di depan mata. Jadi biasanya kalau ada pertanyaan-pertanyaan begitu, kasih tunjuk karya-karya baru yang saya buat. Seperti lagu baru, kerjaan kolaborasi sama beberapa brand. Tapi kalau ada yang siap menikahi ya mau-mau saja sih, selagi bisa buat teamwork yang baik. (tertawa)
Nara Anindyaguna
Random Brothers
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Menurut saya biasa, karena sudah dilakukan bertahun-tahun, jadi kalau Lebaran bareng ayah itu biasanya adat Padang, Bukittinggi dengan collective system. Jadi biasanya sehabis makan ada satu orang panitia nagih-nagih minta sumbangan seperti kotak amal untuk menyumbang acara kumpul keluarga besar, sangat tradisi Minang. Berbeda dengan adat ibu dari keluarga Sunda, biasanya lebih fancy dan modern.
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Sepupu-sepupu sudah besar, perempuan maupun laki-laki, sharing-nya sudah semakin banyak, ada yang udah mau nikah, yang dulu masih bocah sekarang udah ciuman (tertawa).
Dan om-om saya sudah mulai tua dan saya juga seperti merasakan itu (tertawa).
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Kalau dari keluarga ibu, ada ketupat sayur andalan dengan DIY keripik kentang gorengnya. Kalau dari keluarga ayah ada gulai otak dan gulai itik khas Minang.
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Keluarga sangat hangat dan terbuka, kadang suka skip nama orang jadi terkadang muncul perasaan bersalah (tertawa).
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Untungnya saya punya anak yaitu bernama Checko dan dia berjenis Samoyed, jadi ada alasan lagi sibuk mengurus anjing (tertawa).
Diaz Hensuk
Desainer – SWG Design
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas lebaran yang unik?
Tradisi lebaran cenderung normal pada umumnya, silaturahmi ke keluarga dekat. Tapi yang membedakan mungkin karena domisili orang tua saya tidak pernah satu kota dengan saya (mereka tinggal di Bali). Jadi biasanya kami bergantian, kalau sekarang Lebaran di Jakarta, tahun depan di Bali, tahun depannya di Jakarta lagi dan seterusnya.
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan lebaran dari tahun ke tahun?
Selain (harusnya) semakin dewasa dan bijak, perubahan ukuran baju dan celana mungkin yang paling terlihat di foto. Makin ke sini makin subur teratur.
Makanan lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Ini salah satu alasan untuk pertanyaan sebelumnya. Entah kenapa setiap lebaran itu magis banget, semua makanan enak muncul berbarengan, dan asiknya bisa cuek makan beronde-ronde. Start ambil ketupat dulu pake sayur godok, opor ayam, rendang, semur daging, semur ayam, ending-nya di sambal goreng daging dan ati. Sehabis itu ronde 2 muter lagi diulang. Ronde 3 juga boleh.
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Ini mungkin yang paling ditunggu, karena setiap tahun pasti ada perubahan dari masing-masing saudara kami, ada yang dulu kecil sekarang udah nikah dan punya anak, ada yang masuk kuliah, ada yang sudah lamaran ternyata mendadak putus atau ada juga yang meninggal di tahun ini. Cerita kebersamaan itu yang langka menurut saya, ketemu komplit semua ya di sini momennya, melihat semua tumbuh.
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Yang pasti cuekin aja, tapi tetap sopan. Di saya sih tidak pengaruh, karena kebetulan saya sudah nikah dan punya anak (tertawa). Aman.
Gustika Jusuf Hatta
Aktivis / Penulis
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Bukan ‘unik’, sepertinya. Biasanya pagi hari Lebaran pertama saya lewatkan dengan keluarga Hatta, lalu siang dengan keluarga Jusuf. Pagi-pagi kami berkumpul di ‘rumah gadang’ kami. (Rumah gadang, dalam artian sebenarnya, secara filosofis adalah rumah keluarga, bukan rumah yang berbentuk lancip).
Sebelum acara-acara, biasanya saya mendapatkan ‘shift’ untuk shalat Ied yang kedua. Shalatnya selalu bergilir supaya rumah tidak kosong dan gantian menjaga. Lalu, kami berangkat keliling, ke rumah-rumah yang sedang open house termasuk Istana Negara. Biasanya dekat-dekat daerah Menteng/Jakarta Pusat. Ketika siang, saya ke rumah om saya di Pejaten, biasanya. Tetapi tahun ini sepertinya keluarga Jusuf akan makan-makan di restoran.
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Kebetulan tidak terlalu banyak perubahan. Mungkin karena dari kedua keluarga besar saya yang memiliki anak baru satu pasang sepupu, dari keluarga Hatta maupun Jusuf. Jadi, masih belum terasa ada perubahan drastis misalnya seperti harus bagi-bagi THR kepada keponakan-keponakan. Tahun lalu saya Lebaran tidak di Jakarta, sih. Mungkin itu yang berubah tahun ini? Yang jelas, tahun ini kami akan shalat di masjid baru, bukan masjid biasanya untuk shalat Ied. Karena belakangan ini masjid biasa kami beberapa kali khotbahnya agak menjurus ke SARA. Ibu cerita bahwa Lebaran lalu banyak yang angkat kaki karena hal itu. Sedih deh.
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Saya menantikan Ibu mendapatkan kiriman nastar bertoples-toples yang akan saya habiskan dalam sekejap. Karena di rumah saya tidak terlalu ada tradisi kumpul keluarga, jadi saya tidak pernah menantikan makanan tertentu pada hari perayaan.
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Kalau hari pertama, keluarga Hatta biasanya tegang karena mengejar waktu untuk keliling open house. Seperti keluarga lainnya, saling berteriak dari ruangan satu ke ruangan lain “udah selesai belum?”. Namun ketika sudah berangkat keliling dan semua dilewati, suasana menjadi hangat. Karena ada 2 anak kecil, kami juga pernah karaokean di mobil.
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Keluarga saya asyik jadi tidak pernah mendapatkan pertanyaan yang tidak diinginkan atau aneh seperti itu (tertawa). Baik Keluarga Hatta, yang chat WhatsApp-nya aktif setiap hari sehingga pertanyaan seperti itu tidak perlu dilontarkan, maupun keluarga Jusuf yang sangat santai dan cenderung membicarakan hal-hal yang lebih berbobot atau berbau komedi. Biasanya, kami saling update mengenai kegiatan satu sama lain. Misal, apa rencana ke depan, lalu biasanya yang lebih tua memberi nasehat dan cerita soal masa muda mereka, atau nilai-nilai Opa dan Oma kami. Alhamdulillah keluarga saya suportif, dan Lebaran selalu terasa dekat bukan sekadar basa-basi.
Arvin Fajar
Talking Machine
Apakah keluarga Anda memiliki aktivitas Lebaran yang unik?
Tidak.
Perubahan apa yang Anda rasakan saat merayakan Lebaran dari tahun ke tahun?
Baru beberapa tahun belakang lebaran di Jakarta. Enak banget jalanan kosong (tertawa).
Makanan Lebaran setiap keluarga pasti berbeda, makanan apa yang selalu Anda nantikan setiap hari perayaan?
Gulai sapi pakai sambal goreng ati!
Bagaimana suasana keluarga saat kumpul?
Semua happy bisa sarapan pagi-pagi lagi (tertawa).
Pertemuan dengan keluarga identik dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang bersifat personal seperti “kapan kawin?” “kapan punya anak?”, bagaimana Anda menyikapi hal seperti itu?
Selalu dengan jawaban “Insya Allah secepatnya” atau “doain dong” (tertawa).