Inisiatif Pekerja Industri Kreatif dalam Penanganan COVID-19
Dari Anne Avantie, Nike, hingga LVMH, berikut adalah deretan desainer-desainer dan pekerja industri kreatif dan inisiatif mereka dalam penanganan COVID-19.
Teks: Annisa Nadia harsa
Foto: freepik
Kadar penularan yang tinggi dan sangat cepat dari wabah virus COVID-19 memiliki dampak yang sangat besar bagi tenaga medis. Terlebih lagi adanya isu ketersediaan Alat Pelindung Diri atau APD yang terbatas merupakan suatu masalah yang universal dalam situasi yang genting ini. Dengan penekanan untuk selalu menjaga kebersihan sebagai bentuk proteksi dari paparan virus COVID-19, demand untuk ketersediaan APD pun semakin meningkat. Terlebih lagi adanya risiko yang sangat tinggi bagi para tenaga medis ini.
Hal ini telah memicu berbagai pekerja industri kreatif, lokal maupun internasional, untuk berinisiatif memproduksi protective gears tersebut sebagai bentuk dukungan kepada tenaga medis. Di Indonesia, beberapa di antaranya adalah desainer Anne Avantie, yang telah berinisiatif untuk memproduksi APD melalui Anne Avantie Foundation yang akan disumbangkan ke rumah sakit yang membutuhkan. Melalui pengumuman di Instagram, Anne Avantie juga mengimbau para penjahit untuk turun tangan dan memproduksi APD bagi tenaga medis.
Selain industri fashion, seniman dan kolektif kreatif juga telah berinisiatif untuk membuat APD dalam bentuk face shield karena adanya akses terhadap bahan-bahan dan alat-alat manufaktur produksi karya. Salah satunya, adalah seniman Bagus Pandega yang melihat adanya akses tersebut sebagai suatu kesempatan untuk membantu para tenaga medis yang berperan sangat besar tetapi mudah terpapar oleh virus ini. Melalui post di Instagram-nya, Bagus Pandega juga mengajak seniman-seniman lain yang memiliki akses terhadap manufaktur karya untuk turut serta berpartisipasi dalam hal tersebut.
Tak hanya Bagus Pandega, kolektif Lakuna Makerspace juga telah berinisiatif untuk memproduksi face shield dengan metode 3D printing yang dapat digunakan selama enam hingga delapan jam. Produksi tersebut pun memakan waktu kurang lebihnya satu jam untuk tiap produk. Guna mempercepat produksi dan proses donasi, kolektif ini juga mengimbau seniman dan pekerja seni lainnya yang memiliki akses kepada 3D printer untuk melakukan hal yang sama. Pemilihan metode 3D printing dalam memproduksi APD untuk tenaga ini pun terinspirasi dari inisiatif start-up Isinnova, yang telah memproduksi emergency valve melalui 3D printing untuk para pasien COVID-19 di Italia.
Tak hanya di Indonesia, fashion label berskala internasional seperti Prada, Gucci, Balenciaga, dan Yves Saint Laurent juga akan mengalihkan fokus produksi mereka dari pakaian-pakaian elegan menjadi APD. Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan di bawah LVMH, seperti Dior, Fendi, dan Louis Vuitton juga akan membantu tenaga medis dengan membelikan masker-masker untuk berbagai Rumah Sakit di Perancis. Baru-baru ini, sportswear brand Nike juga telah mengumumkan keputusan mereka untuk memanufaktur face shields bagi tenaga medis di Amerika.
Kekurangan APD bagi tenaga medis ini menunjukkan skala dari dampak virus COVID-19. Dari fashion label hingga seniman, pekerja industri kreatif saling mengimbau satu sama lain akan kepentingan untuk memberi dukungan kepada tenaga medis di tengah krisis pandemi ini.