Dokter Khawatir Kelainan Kognitif Dari COVID-19 Picu Alzheimer
Lemahnya memori ternyata jadi salah satu konsekuensi terpapar virus ini.
Teks: Deandra Aurellia
Photo: Go Nakamura/Bloomberg
Penyintas COVID-19, Cassandra Hernandez, awalnya sehat dan bugar sebelum terpapar virus tersebut. Setahun setelah dinyatakan sembuh, kemampuan otak Cassandra nampaknya masih terus terganggu. “Saya tiba-tiba lupa cara menggunakan garpu saat lagi makan malam,” ujar wanita yang berprofesi sebagai suster itu. “Sebelum [terpapar] COVID-19, saya sedang menyelesaikan studi S2 saya. Sekarang saya bisa mengerjakan matematika dasar (pertambahan dan pengurangan), kemampuan membaca saya setara anak kelas lima SD. Tapi saya perlahan membaik.”
Dokter-dokter di UT Health San Antonio bergegas melakukan riset terhadap korelasi diagnosa COVID-19 dengan kemampuan kognitif manusia. Menurut hasil PET scan sejauh ini, infeksi COVID-19 berpotensi menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala yang ditemukan di pasien Alzheimer. Hasil studi genetik pun membenarkan hal ini, karena gen-gen yang memperkuat resiko terkena COVID-19 gejala berat sama persis dengan gen-gen yang memungkinkan munculnya Alzheimer.
Di Amerika Serikat, tercatat ada jutaan penyintas COVID-19 yang mengalami kelainan kognitif dan masalah kejiwaan lainnya semenjak dinyatakan sembuh. Meskipun demikian, sekarang masih terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan di balik apakah resiko terkena Alzheimer untuk penyintas COVID-19 lebih tinggi dari non-penyintas nantinya di usia 60 sampai 70 tahun.
Jumlah kondisi-kondisi long covid seperti keterlambatan cara kerja otak ini nampaknya terus bertambah seiring waktu. Para dokter dan ilmuwan pun bekerja keras untuk terus mempelajari virus ini dan varian-varian barunya. Meski menyeramkan, resiko-resiko ini mestinya memotivasi kita untuk lebih giat mempraktekkan protokol kesehatan agar mengurangi probabilitas terpapar COVID-19.