Menemukan Arti Keluarga, Kultur, dan Cita-Cita dalam Film Terbaru Netflix “Ali & Ratu Ratu Queens”
Pengalaman saat dijaga selama proses syuting oleh NYPD dan juga udara saat musim dingin menjadi cerita mengesankan bagi seluruh cast.
Teks: Hanindito Buwono
Foto: Netflix Character Poster and Stills
Film “Ali & Ratu Ratu Queens” yang sebelumnya direncanakan akan rilis pada tahun lalu, akhirnya mendapatkan angin segar dengan pada 17 Juni nanti akan bisa ditayangkan secara global kepada masyarakat lewat Netflix.
Kemendikbud selaku pemerintah turut mendukung program kebudayaan melalui media film agar bisa menayangkan dan memperkenalkan film-film Indonesia yang berkualitas ke kancah internasional. Untuk film “Ali & Ratu Ratu Queens”, Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kemendikbud berkata bahwa film “Ali & Ratu Ratu Queens” akan menampilkan tiga aspek moral yang bisa penonton ambil. Pertama dari film ini akan menampilkan arti keluarga, lalu juga kultur Indonesia yang selalu melekat walaupun tinggal di negara yang berbeda, dan terakhir tentang perjalanan mencari jati diri. Semua aspek tersebut akan disajikan dengan hangat dalam film “Ali & Ratu Ratu Queens”.
Film “Ali & Ratu Ratu Queens” akan menceritakan seorang remaja berumur 17 tahun bernama Ali (Iqbaal Ramadhan) yang ingin mencari ibu kandungnya semenjak ditinggal sejak Ali kecil ke New York. Sesampainya di Queens, New York, Ali bertemu dengan sekelompok ibu-ibu diaspora Indonesia yang kebetulan kenal dengan ibu kandungnya Ali dan membantu mencarinya. Di tengah pencariannya, ia pun jatuh cinta dengan Eva (Aurora Ribero) yang merupakan anak dari salah satu ibu-ibu diaspora Indonesia. Semenjak itulah, pencarian ibu kandungnya dipenuhi dengan perjalanan yang tidak terduga.
Film yang disutradarai oleh Lucky Kuswandi dan Gina S. Noer sebagai penulis skenario, akan dibintangi oleh cast yang tidak main-main. Iqbaal Ramadhan berkata bahwa karakter Ali merupakan, “karakter yang dekat sekali dengan pribadi.” Karena menurutnya, banyak masyarakat yang saat memasuki ke fase dewasa awal dalam hidupnya sedang mengalami proses pencarian jati diri. Ia akan mencari ibu kandungnya (Mia) di New York yang diperankan oleh Marissa Anita. Menurutnya, dari karakter Mia di dalam film “Ali & Ratu Ratu Queens” mengungkapkan bahwa, “menjadi perempuan itu kompleks.” Itu bisa terlihat dari sekelompok ibu-ibu diaspora Indonesia yang diperankan Asri Welas (Biyah), Happy Salma (Chinta), Nirina Zubir (Party), dan Tika Panggabean (Ance) bahwa setiap dari mereka mempunyai masa lalu dan kesulitan yang berbeda sebagai perempuan Indonesia yang tinggal di New York.
Menurut Iqbaal Ramadhan, penonton akan disuguhi oleh film keluarga yang berbeda dari biasanya. Hal ini disampaikan olehnya, “yang membedakan adalah gambaran perempuan dari Indonesia.” Itupun ditambahkan oleh Tika Panggabean bahwa tidak hanya gambaran perempuan saja yang jadi pembeda signifikan dari film keluarga lainnya, ia berkata penggambaran New York yang benar dan tidak diagung-agungkan juga menjadi nilai tambah mengapa film “Ali & Ratu Ratu Queens” berbeda. Hal ini dibenarkan oleh sang produser Muhammad Zaidy, “kami tidak ingin menggambarkan keindahan New York layaknya kartu pos karena tujuan utama film ini memang untuk menangkap perjalanan Ali di New York – bagaimana dirinya tersesat dan bertemu dengan beraneka ragam orang, bagaimana kota ini menginspirasi dia, serta hubungannya dengan sang ibu.”
Dengan kata lain, film “ Ali & Ratu Ratu Queens” bukan hanya sebatas film keluarga yang standar, namun dibaliknya mempunyai pesan dan moral yang dalam untuk memaknai apa sebenarnya arti dari keluarga yang ideal, lalu kultur yang dianut, dan juga apakah cita-cita selalu berjalan dengan idealisme yang selama ini dipegang. Karena itu menurut Marissa Anita, penonton akan, “ditampilkan ‘feelings’ dan juga tidak hitam/putih,” dalam penggambaran manusianya di film “Ali & Ratu Ratu Queens”.
Film “Ali & Ratu Ratu Queens” akan tayang secara global 17 Juni nanti di Netflix.