Festival Film Dokumenter 2018, Menemukan Kembali Posisi Film Dokumenter
Kembali diusung melanjutkan upaya penghidupan sinema alternatif.
Teks: Wienda Putri Novianty
Foto: FFD
Jika sejatinya stigma film dipakai sebagai medium penghiburan, film dokumenter hadir dengan merekam perjalanan sinema itu sendiri. Medium film dokumenter kini dirasa mampu menghadirkan posisi signifikan sebagai wadah aspirasi dengan ragam realitas kehidupan. Untuk terus menghidupi skena film dokumenter Indonesia, Festival Film Dokumenter (FFD), akan kembali diusung melanjutkan upaya penghidupan sinema alternatif dengan mewadahi pertukaran diskursus untuk para penikmat, penggiat dan sineas.
Mengkurasi sebanyak 118 film kategori Dokumenter Panjang Internasional, 100 film kategori Dokumenter Pendek, dan 23 film kategori Dokumenter Pelajar, FFD juga akan diramaikan dengan total 12 program yang menyoroti berbagai sudut perspektif beragam. Melihat upaya untuk terus menghidupi perkembangan dokumenter, FFD tahun ini akan lahir dengan eksplorasi permainan visual dengan gagasan refleksi sosial dan media edukasi.
Sebagai festival, FFD sepertinya mampu hadir memberikan pengharapan segar menemukan kembali posisi film-film dokumenter yang jauh lebih signifikan.Mengedepankan pendekatan alternatif, film dokumenter dirasa mampu melampaui ekosistem film yang jauh lebih kritis. Sekarang, tinggal melihat bagaimana publik mampu mengilhami peranan film sebagai satu keutuhan medium yang mampu menopang aspirasi .
Festival Film Dokumenter akan kembali dihelat pada 5-12 Desember 2018 di Taman Budaya Yogyakarta dan IFI-LIP Yogyakarta.