Menilik Bisnis Industri Fashion di Bawah Pengaruh Pandemi
Sebuah perusahaan konsultan, Bain & Company, menilik dampak jangka panjang dari wabah COVID-19 terhadap industri fashion.
Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Jacquemus
Krisis pandemi global akibat COVID-19 telah memiliki dampak yang signifikan dalam industri fashion. Mulai dari munculnya inisiatif berbagai brand yang mendesain masker layaknya suatu aksesoris, berbagai inisiatif untuk melaksanakan photoshoot editorial secara virtual, hingga segi bisnis dari industri ini sendiri. Meski banyaknya upaya untuk beradaptasi di tengah pandemi, keterbatasan akan bepergian telah berujung ke angka penjualan yang menurun karena ditutupnya berbagai toko dan gerai fisik.
Berdasarkan sebuah laporan yang dilansir oleh CNBC, sebuah perusahaan konsultan bernama Bain & Company telah meneliti bahwa kerugian bisnis fashion diprediksi akan mencapai sebanyak 60% akibat pandemi global ini. Kerugian yang sangat besar tersebut pun akan memiliki dampak yang signifikan dalam jangka waktu yang sangat panjang bagi industri ini. Menurut laporan tersebut, sektor yang akan terkena dampak paling besar adalah luxury labels yang sangat bergantung pada toko dan gerai fisik. Sedangkan bisnis online dapat bertahan lebih baik di tengah pandemi. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa bisnis industri fashion diprediksikan akan pulih pada tahun 2022 atau 2023 nanti.
Laporan oleh Bain & Company menunjukkan bahwa adaptasi yang dilakukan belum memadai untuk mempertahankan keberlangsungan industri fashion ini. Tak hanya menyiasati dengan berbagai inisiatif yang kreatif secara online ataupun melalui tren, industri ini juga harus mengkaji ulang struktur bisnis mereka. Mulai dari strategi pemasaran, mempermudah akses antara konsumen dan produk, serta strategi komunikasi antara brand dan konsumen guna mempertahankan relasi yang sudah ada.
Kunjungi situs resmi Bain & Company untuk membaca laporan lengkap “Spring Luxury Report 2020” oleh perusahaan tersebut.