Menelaah Budaya yang Membangun Negara di Singapore Art Week 2019
Bertepatan dengan 200 tahun sejarah Singapura, SAW 2019 mengangkat sejarah sebagai narasi utamanya.
Words by Amelia Vindy
In partnership with Singapore Tourism Board
Foto: Amelia Vindy
Tahun 2019 menjadi tahun yang spesial, karena tahun ini merupakan 200 tahun setelah Sir Stamford Raffles menginjakan kakinya pertama kali di sana, menandai tahun lahir Singapura. Untuk merayakan hal tersebut, perhelatan seni visual tahunan, Singapore Art Week (SAW) menjadikan sejarah sebagai salah satu narasi utama pada gelaran ketujuhnya. Melalui perhelatan seni visual tahunan ini, SAW mengajak masyarakat luas untuk mengingat kembali seperti apa sejarah sampai perjuangan Singapura hingga menjadi negara modern seperti saat ini, melalui karya-karya pilihan yang ditampilkan. Mengangkat tema “Art Takes Over”, berikut adalah beberapa highlights kami dari SAW 2019:
Melalui Panca Indra, Mengenali Sejarah Little India
SAW punya cara yang menyenangkan untuk mengundang pengunjung dan berbagi cerita tentang sejarah. Melalui artwalk ini pengunjung akan mendapatkan pengalaman unik dan menarik terutama untuk seluruh indera yang kita miliki lewat sajian narasi yang modern. Salah satu contohnya ketika kita diajak menyaksikan seni pertunjukan yang menceritakan kisah “The Coffin is Too Big for The Hole” karya Kuo Pao Kun yang dibawakan oleh mahasiswa pertunjukan LASALLE. Dibagi menjadi 4 bagian di 4 lokasi berbeda, kisah tentang seorang wanita India muda di era modern ini mengajak pengunjung untuk mengunjungi sudut-sudut Little India yang memiliki sejarah penting.
Cerita klasik tentang Little India ini juga secara tidak langsung memperlihatkan bagaimana usaha masyarakat di daerah ini hingga akhirnya menjadi bagian dari Singapura dan melebur dengan pendatang lainnya. Lewat penampilan ini, pengunjung berkesempatan melihat Little India lebih dekat, sembari memperhatikan kegiatan keseharian masyarakat di Little India. Mulai dari mencium aroma khas rempah di tiap kedai makanan, melihat warna-warni dari bunga-bunga persembahan, hingga mendengar celotehan atau obrolan-obrolan warga setempat di tiap sudutnya. Selain itu khusus SAW tahun ini, Little India menambahkan 5 mural baru yang terinspirasi dari identitas dan karakteristik Little India, diantaranya adalah Diff/Fusion karya Zul Zero dan A Scent Of Light karya Song.
ARTWALK Little India: “Image and Sound of Fragrance”
Hingga 2 Februari 2019
Mengusik Sejarah Di Balik Rasa Takut
Pameran yang dikurasi oleh Kathleen Ditzig, dan merupakan edisi keempat dari State of Motion yang diinisiasi oleh Asian Film Archive ini, menjadi salah satu narasi yang paling segar di SAW 2019. Pameran ini berfokus pada karya-karya kontemporer dan film sejarah yang menginterpretasikan rasa takut, dan hubungan film horor – khususnya di Asia Tenggara – dengan emosi tersebut.
Narasi yang dihadirkan oleh pameran ini sangat unik karena mengajak para pengunjung untuk melihat sejarah dengan melibatkan rasa takut dan horor sebagai sebuah narasinya. Apa yang dihadirkan oleh pameran ini menjadi pengalaman baru yang dapat menghadirkan diskusi segar tentang bagaimana rasa takut dan film horor juga memiliki tendensi untuk menceritakan sebuah sejarah.
Selain itu, “A Fear of Monsters” merupakan kali pertama State of Motion memamerkan karya-karya dari seniman kontemporer asal Asia Tenggara, seperti Heman Chong, Ho Tzu Nyen, Sung Tieu, Yason Banal dan masih banyak lagi. Bagi adrenaline seeker, Anda bisa mencoba untuk mengikuti thematic guided night tours!
State of Motion: “A Fear of Monsters”
Hingga 24 Februari 2019
Kisah Personal Lucy Liu dan Shubigi Rao
Keikutsertaan Lucy Liu pada SAW 2019 sangat membuat penasaran hingga mendatangkan banyak penikmat seni ke National Museum of Singapore. Pada kesempatan perdananya di Singapura, Lucy Liu dipasangkan dengan salah satu seniman lokal Singapura, Shubigi Rao yang kemudian melahirkan sebuah pameran dengan narasi personal yang diberi tema “Unhomed Belongings”.
Meskipun awalnya kedua seniman terpisahkan oleh jarak dan belum pernah bertemu sebelumnya, namun keadaan tersebut justru menghadirkan konsep menarik, yakni ‘visual pen friend’. “Unhomed Belongings” yang dikuratori oleh Iman Ismail ini merupakan bentuk pertemuan atas kesamaan proses kreatif kedua seniman saat berkarya. Dengan menggabungkan pandangan juga subyek-subyek tertentu, meskipun terpisah oleh jarak dan berangkat dari latar belakang yang berbeda, tapi karya-karya yang dipamerkan terasa selaras dan memiliki keintiman yang sama.
Lucy Liu and Shubigi Rao: Unhomed Belongings
12 Januari – 24 Februari 2019
Melihat Karya dari Seniman Terpenting di Singapura
Sebagai pembuka gelaran SAW 2019, kesempatan untuk bisa melihat langsung karya Cheong Soo Pieng, salah satu seniman terpenting di Singapura tentu menjadi momen yang langka. Mengangkat tema “Master of Composition” pameran ini memamerkan karya-karya pilihan yang dipinjam langsung dari koleksi pribadi di seluruh Singapura, guna memperlihatkan perjalanan Cheong Soo Pieng sebagai sosok yang membentuk identitas artistik Singapura.
Soo Pieng pun dikenal sebagai pelopor seni East-West modernism sejak tahun 50an. Soo Pieng menciptakan bahasa visual baru untuk para seniman di Asia, yang berkembang saat bencana perang dan perpecahan nasionalisme. Konsistensinya pada eksperimen komposisi artistik juga bahan-bahan, membuatnya sangat diakui dibandingkan seniman-seniman serupa maupun yang terinspirasi darinya.
Soo Pieng: “Master of Composition”
19 Januari – 9 Maret 2019
Megah Karya Seniman Internasional
Berlokasi di dua ruang pamer termegah di Singapura, ArtScience Museum dan National Gallery, pameran Minimalism: Space. Light. Object menjadi salah satu atraksi terfavorit. Pameran Minimalism ini ditujukan untuk memperlihatkan bagaimana seni minimalisme yang dikenal sangat berkembang di New York pada tahun 60-an, justru terlebih dulu berakar pada gaya artistik dan filosofi di Asia. Selain itu pameran ini juga mencoba merespon kutipan buah pikir Albert Einstein yakni “everything should be made as simple as possible, but not simpler”.
Pameran ini memamerkan kurang lebih 150 karya, dari 80 seniman dan 40 komposer asal Singapura hingga internasional. Beberapa nama yang turut meramaikan pameran ini antara lain Donald Judd, Yayoi Kusama, Frank Stella, Ai Weiwei, Anish Kapoor, Olafur Eliasson, Martin Creed, Tatsuo Miyajima hingga James Turrell. Ada pun pilihan karya pada pameran ini mewakili tiap periode perkembangan minimalisme yang terus berkembang hingga hari ini. Sehingga bagi para penikmat seni, tentu akan menjadi satu kesempatan langka untuk bisa menyaksikan langsung karya-karya hebat dan sejarah dibaliknya, dalam satu paket. Dan dengan line up yang sedemikian rupa tentunya pameran yang satu ini sangat sayang untuk dilewatkan.
Minimalism: “Space. Light. Object.”
Hingga 14 April 2019
Rumah Baru Bagi Brand Lokal Singapura
Demi mendukung dan memajukan usaha brand lokal di Singapura, sebuah bangunan yang diberi nama Design Orchard hadir menjadi wajah baru dan angin segar diantara nama-nama retail ternama yang sudah lebih dulu berpusat di Orchard. Tidak hanya itu, yang membuat Design Orchard semakin spesial adalah kurasi line up brand oleh Naiise yang akan terus diperbaharui dalam kurun waktu tertentu, agar koleksi yang ditampilkan selalu fresh.
Adapun yang membuatnya semakin menarik, bangunan ini dilengkapi dengan rooftop yang bisa dijadikan sebagai tempat acara dengan the famous Orchard road sebagai latarnya dan kehadiran teknologi mutakhir berupa Magic Mirror. Teknologi ini dapat membantu pengunjung mendapatkan informasi mengenai barang yang akan mereka beli tanpa perlu bertanya lagi kepada para penjaga toko. Dengan teknologi sensor otomatis, pembeli hanya perlu menyodorkan barang ke Magic Mirror tersebut dan secara otomatis kaca akan mengeluarkan seluruh informasi terkait barang yang diinginkan lengkap dengan harga, ukuran, ataupun warna lainnya.
Design Orchard
Permanen
–
Melalui gelaran ini, SAW mencoba menggunakan seni sebagai bentuk usahanya, dalam mengingatkan kembali peran budaya dan sejarah yang telah membentuk identitas juga karakteristik dari bangsanya. Dan lewat rangkaian acara yang dihadirkan SAW, sejarah menjadi sebuah narasi yang menyenangkan dan menarik untuk disimak. Bagi para pecinta seni, SAW bisa menjadi salah satu gelaran seni yang sangat direkomendasikan, dan bagi yang punya rencana liburan ke Singapura dalam waktu dekat, SAW bisa menjadi wisata antimainstream yang patut dicoba. Untuk informasi selengkapnya, silahkan kunjungi website Singapore Art Week 2019.