18 Album yang Kami Tunggu di Tahun 2018
Dari Seringai Hingga Yo La Tengo
Seringai
“Hari pertama rekaman album baru. drum tracks!” Begitulah bunyi caption yang dituliskan oleh Seringai untuk melengkapi foto yang mereka unggah pada tanggal 3 Oktober 2017 melalui akun Instagram-nya. Butuh waktu 5 tahun bagi Seringai untuk mengabarkan bahwa mereka tengah mempersiapkan album teranyarnya, dan rentan waktu ini serupa dengan kurun waktu dirilisnya album Taring (2012) setelah album pertamanya di tahun 2007. Bedanya, sekarang ada vlog yang memberikan cuplikan sekaligus membangun penasaran pada materi baru yang sedang direkam. Salah satu yang paling menarik adalah di saat-saat akhir take vokal, mereka mengundang Danilla sebagai vokalis tamu. Dan ngomong-ngomong soal waktu rilis, rasanya akan seru bila band yang meneriakkan “Individu Merdeka” melepas album di tahun yang sama dengan kemunculan UU MD3. Album Seringai akan dirilis di kuartal keempat tahun 2018.
My Bloody Valentine
2018 akan menjadi tahun yang penting untuk MBV, karena pada tahun ini salah satu band shoegaze legendaris tersebut akan mengeluarkan album terbarunya yang terhambat akibat pengerjaan vinyl remaster untuk album Isn’t Anything (1988) dan Loveless (1991). Rupanya, memindahan format analog ke dalam bentuk digital tidaklah mudah dan memakan waktu yang cukup lama, terutama pada pengumpulan materi lama dan proses editing. Selain itu MBV pun sudah menyiapkan tanggal tur mereka tahun ini yang semoga akan disusul dengan berita tanggal pasti dirilisnya album baru mereka.
Bedchamber
“Out of Line” dan “Ride” menjadi salam pembuka yang hangat untuk berkenalan dengan album pertama unit indie pop asal Jakarta, Bedchamber. Kali ini album yang diberi nama “Geography” menjanjikan bahwa akan ada ramuan yang berbeda dari EP mereka. Dari dua single yang telah dirilis, ada kedewasaan yang terasa pada komposisi dan arahan sound yang mereka punya, akan sangat menarik menantikan kejutan lain yang ada di album nanti. Geography akan dirilis pada tanggal 27 Februari 2018.
Arctic Monkeys
Pada salah satu interviewnya dengan majalah motor, For the Ride, bassist Arctic Monkeys Nick O’Malley mengabarkan bahwa unit indie rock asal Inggris, Arctic Monkeys ini tengah menyiapkan album barunya. Penggarapan materi telah mereka lakukan sejak bulan September tahun lalu, dan diperkirakan akan dirilis pada tahun 2018. Dengan hal ini, mungkinkah album selanjutnya bisa mempertahankan prestasi yang sama dengan album AM (2013) yang menjadi salah satu album terlaris pada saat itu?
taRRkam
Sulit untuk mencari pembanding bagi kualitas yang dimiliki taRRkam. Secara pembawaan, live performance mereka matang dan dewasa, namun muda usia mereka juga terasa pada keberanian mereka dalam bermain-main dengan komposisi. Dan terutama pada bagaimana mereka dengan cuek mencampur berbagai pengaruh lain, seperti surf rock hingga reggae dalam musik mereka, namun di saat yang sama mereka terdengar jauh lebih punk daripada band yang tampil dengan dandanan ala Sid Vicious. Kabar baiknya, tahun 2018 taRRkam akan merilis album penuh pertamanya. Yang unik, album ini sedang di antara persimpangan di antara dua label dengan karakter yang sangat berbeda. Tapi di manapun nanti taRRkam merilis album, kualitas hampir pasti akan menghampiri.
Preoccupations
Kuartet post punk asal Kanada ini merilis telah 2 single bertajuk “Espionage” dan “Antidote” sebagai sambutan sebelum dirilisnya album terbaru, “New Material” yang akan dirilis pada tanggal 23 Maret 2018 melalui record label Amerika Jagjaguwar. Masih dengan vibe yang sama, Preoccupation kembali menghadirkan sound-sound intens seperti bridge-pickup gitar yang treble yang dilengkapi suara synth dan permainan perkusi khas dari mereka. “It’s an ode to depression. To depression and self-sabotage, and looking inward at yourself with extreme hatred”. ungkap vokalis mereka Matt Flege, pada siaran persnya.
Fuzzy, I
Fuzzy, I adalah band yang unik, siapapun yang pernah melihat penampilan live mereka akan sepakat. Di panggung mereka bermain dengan meledak-ledak, tapi rasanya memang seperti itulah perangai yang pas untuk musik noise rock yang mereka mainkan. Setelah memperkenalkan diri lewat EP “Nenato” di tahun 2016, Fuzzy, I kini tengah menyiapkan album penuh pertamanya, yang diperkirakan akan rilis pada tahun 2018. Kali ini Fuzzy, I dibantu oleh Alyuadi Febryansyah (HEALS) dalam penggarapan materi yang kemudian menghadirkan sound cukup berbeda dibandingkan materi sebelumnya. Jika awalnya materi Fuzzy, I terdengar grungy, kehadiran Aldi di departemen gitar mengundang aroma post punk dalam komposisi mereka.
Beach House
Entah ini sebuah kesengajaan atau tidak, namun sebelum “Depression Cherry” (2015) dan “Thank Your Lucky Star” (2015), Beach House selalu rutin merilis album setiap 2 tahun sekali. Namun kali ini, tidak perlu menunggu lama seperti halnya menunggu 2 album tersebut, pada tanggal 15 Februari 2018 Beach House merilis single “Lemon Glow” sebagai pemberitahuan mengenai album baru mereka yang akan keluar pada musim semi tahun ini. Lewat Lemon Glow, kita bisa mendengar bagaimana perbedaan sound dari duo Victoria Legrand dan Alex Scally yang nampak lebih menonjolkan urgensi dari bunyi synth dan pondasi dari bass drum mereka.
Beeswax
Meskipun meleset rencana awal untuk merilis album ketiga di tahun 2017, pada tanggal 25 Januari 2018 kemarin Beeswax mengeluarkan lagu lama yang di-mix ulang, “Fix” sebagai penanda sembari menunggu tanggal pasti keluarnya album tersebut. Sepertinya, di album baru nanti Beeswax tak akan terlalu mengambil jarak dari musik jangly emo yang biasa mereka mainkan. Tapi tak apa, dari single “The Loaded Ashtray” yang dirilis akhir tahun lalu, Beeswax masih salah satu yang terbaik di arenanya, bahkan jika dibandingkan dengan rekan segenrenya yang ada di Jakarta.
Nothing
Nothing yang sempat mengunjungi Jakarta 2016 lalu mengunggah sebuah foto yang memperlihatkan penampakan mereka sedang berada di sebuah studio dengan caption “start a fight in the comments”. Melalui foto tersebut, tentu banyak fans yang kemudian mengomentari foto tersebut dengan berbagai macam hal. Sejauh ini belum ada informasi lebih jauh mengenai terkait rilisan Nothing, namun satu hal yang pasti adalah saat ini Nothing kembali ke studio sejak September tahun lalu. Dan semoga dengan unggahan tersebut menjadi pertanda bahwa akan rilisan mengejutkan lainnya, yang menyusul album Guilty of Everything (2014) dan Tired of Tomorrow (2016) yang menandakan kemunculan mereka menjadi salah satu unit penting shoegaze hari ini.
Vague
Sejak tahun lalu, Gary, Yudhis dan Jan bolak-balik studio rekaman untuk mengabadikan beberapa lagu baru mereka. Beberapa dikabarkan untuk proyek split album bersama The Kuda dan juga untuk band Australia. Dari curi dengar materi barunya, Vague kini jauh lebih eksploratif dalam hal komposisi dan instrumentasi. Di satu lagu, mereka melibatkan terompet, dan Gary kini lebih sering bernyanyi. Semua pertanda baik telah ada, kini kami menunggu tanggal rilisnya.
Sigmun
Sudah terlalu lama waktu berlalu tanpa ada album Sigmun baru. Rasa lega muncul saat Haikal Azizi menuliskan, “Sigismund is cooking” pada akun Instagram pribadinya. Dan tepat pada tanggal 31 Januari 2018 yang juga bertepatan dengan super blue blood moon, Sigmun merilis “Behelit” yang kami curigai adalah pemanasan dalam menyambut album baru tersebut. Sebagai pembuka, Behelit menimbulkan rasa penasaran karena lewat lagu ini sedikitnya kita diperdengarkan sound berbeda dan lebih agresif dari Sigmun dengan nuansa rock yang semakin kuat menyengat.
Yo La Tengo
Kabar menyenangkan lainnya datang dari salah satu sesepuh unit indie rock asal Amerika, Yo La Tengo yang dikabarkan akan merilis album penuh ke-15 nya, “There’s A Riot Going On” tahun ini setelah tenang-tenang selama hampir 5 tahun. Album ini merupakan kumpulan materi film scoring lama yang diperbaharui yang tak jadi dipakai. Sembari menunggu, mereka merilis 4 “You Are Here,” “Shades of Blue,” “She May, She Might” dan “Out of the Pool” sekaligus sebagai usaha dalam menyebarkan berita bahagia ini. Lewat single-single tersebut sedikitnya kita dapat berandai-andai vibe seperti apa yang akan YLT tawarkan pada album There’s A Riot Going On. Album mereka dikabarkan akan keluar tanggal 16 Maret 2018 melalui Matador.
Jirapah
Yang cukup mengejutkan dari sekian tahun perjalanan musik Jirapah adalah fakta bahwa meski mereka telah merilis cukup banyak lagu dan terlibat di beberapa proyek kompilasi, Ken Jenie dan kawan-kawan belum sempat merilis satu album penuh. Tahun 2018 sepertinya akan menjadi tahun terakhir dari masa nir-album itu bagi Jirapah, karena sejak akhir tahun lalu sepertinya sedang ada hal besar dipersiapkan di studio mereka. Dari curi-curi dengar, album ini akan dinyanyikan dalam Bahasa Indonesia – sebuah kelanjutan yang positif sejak mereka menulis lagu dengan bahasa ibu di kompilasi “Perangkap Tikus” jilid dua. Menarik juga untuk melihat bagaimana pengalaman Ken dan Mar mengerjakan scoring film “Posesif” yang sinematis tertranslasi dalam album mereka nantinya.
The Adams
Diantara obrolan kami bersama Saleh Husein, ia bercerita bahwa saat White Shoes and The Couples Company rehat, ia cukup sibuk membagi waktu di proyek seninya dan untuk rekaman album ketiga The Adams yang telah lama tertunda. Terakhir The Adams merilis album penuh adalah era Aksara Records, dan kini ada perubahan yang cukup signifikan dalam hal line-up, Pandu Fathoni masuk sebagai bassist, sedangkan untuk posisi Almarhumah Retiara sementara digantikan oleh musisi adisional. Masih dari cerita Ale, dikabarkan ada dua puluhan lagu baru yang telah direkam. Seru bila tiba-tiba geng power pop ini kembali dengan double album.
Iceage
Menarik untuk mendengarkan bagaimana salah satu unit terdepan di post-punk, Iceage justru mengeluarkan single “Catch It” yang agak berjarak dengan identitas genrenya di tahun di mana sepertinya post-punk adalah salah satu zeitgeist utamanya. Kebetulan album terakhir mereka, “Plowing Into The Field of Love” dirilis empat tahun lalu, jadi sepertinya 2018 adalah tahun yang baik bagi anak-anak Denmark untuk merilis album baru.
Sore
Dari cuplikan-cuplikan stories di akun band dan akun personilnya, Sore terlihat sedang bekerja di studio. Ade Paloh terlihat memainkan terompet sembari sesekali bermain-main dengan keyboard. Beredar kabar juga bahwa Sore telah mengundang vokalis Grrrl Gang untuk bernyanyi pada satu lagu. Apakah ini pertanda untuk album baru? Semoga.
The Upstairs
Awal tahun 2018, Jimi Multhazam merilis proyek baru bertema crossover thrash yang ia namai Jimi Jazz. Tapi satu hal yang paling menarik dari video Jimi Jazz yang ia rilis adalah fakta bahwa ia terinspirasi untuk membuat band baru saat menulis lirik untuk The Upstairs. Di akhir video Jimi menambahkan bahwa di bulan Februari ini akan dirilis satu single baru untuk band new wave-nya tersebut. Cukup penasaran akan seperti apa musik The Upstairs dengan masuknya dua kakak beradik Fisika Matematika di rhythm section: bass dan drum, yang jelas The Upstairs terasa semakin solid di penampilan live mereka, kita tunggu jadinya apakah sama di telinga nantinya.