As she explores the meaning of “beauty”, Tara Kasenda grew fascinated with a peculiar paradox about beauty itself: on one hand, beauty is an immaterial, psychic emotion, yet on the other, this abstract sensation cannot be separated from concrete, physical objects. Her search for the media and techniques to further investigate this paradox brought her to the use of silicone sealant and image transfer. In this exhibition, Tara’s works are made up of sheets of silicone gel: upon solidification, this liquid creates a surface that allows for images and colour to be transfered upon it. Abstract forms, as well as the qualities given by silicone – its lightness, translucence, and elasticity – are considered suitable to represent the ambiguity of beauty that paradoxically hovers between emotion and object, form and formlessness, subjectivity and objectivity. Formally trained in painting, through this media and technique Tara stretches the tradition and boundary of painting itself to a point where her work drifts between painting and nonpainting.
Beranjak dari keinginannya untuk memaknai keindahan secara personal, Tara Kasenda terpikat oleh suatu paradoks mengenai keindahan itu sendiri: di satu sisi, keindahan adalah sebuah “rasa” yang tak berwujud dan elusif, namun di sisi lain, rasa akan keindahan itu tak bisa terlepas dari hal-benda fisik dan konkrit. Pencarian Tara akan media dan teknik yang sesuai untuk menjelajah paradoks ini membawanya ke penggunaan silicone sealant dan image-transfer. Karya-karya Tara dalam pameran ini terdiri dari lembar demi lembar perekat silikon – ketika memadat, cairan silikon membentuk permukaan yang memungkinkan citra dan warna untuk ditransfer keatasnya. Bentuk-bentuk abstrak serta sifat silikon yang ringan, elastis, dan transparan, dianggap tepat untuk merepresentasikan ambiguitas keindahan yang secara paradoksal mengapung diantara rasa dan wujud, bentuk dan ketakberbentukan, subjektifitas dan objektifitas. Terdidik secara formal sebagai seniman lukis, melalui media dan teknik ini Tara meregang tradisi dan batasan seni lukis itu sendiri hingga titik dimana karyanya berada di ambang batas antara lukis dan nonlukis.