Eksplorasi Diskografi The SIGIT pada Perhelatan All The Time: Secret Gig
Pada pertengahan lagu “Money Making”, penonton dihujani replika uang pecahan 100 Dolar. Lalu, bersamaan dengan berakhirnya lagu penutup, bunga-bunga berguguran dari langit-langit.
Teks & Foto: Arif Ibrahim
Komunitas penggemar The SIGIT menyelenggarakan perhelatan All The Time: Secret Gig pada Sabtu (18/11) lalu di Creative Culture Space, Jakarta Selatan, tentunya dengan The SIGIT sebagai penampil utama. Tiket terjual habis, namun venue tidak sesak, bahkan bisa dibilang ramai lancar, jika diibaratkan dengan lalu lintas. Penampilan The SIGIT kali ini mengajak penonton untuk menjelajahi diskografi The SIGIT dari awal karir. Di sela-sela penampilan band-band pembuka, pembawa acara sudah mengatakan bahwa band tersebut akan membawakan setlist spesial untuk acara ini.
Penampilan mereka dibuka dengan lagu pamungkas dari album debutnya, “Black Amplifier”. Lampu yang semula padam, tiba-tiba bersinar merah seraya intro dimainkan. Setelahnya, The SIGIT memenuhi paruh pertama penampilan dengan lagu-lagu dari album pertamanya. Dilanjutkan dengan lagu-lagu dari EP mereka “Hertz Dyslexia, Pt. 11”. Penonton sempat terkecoh dengan salah satu intro yang dimainkan karena punya nuansa yang mirip: intro “Midnight Mosque Song” disangka milik “All The Time”.
Dengan setlist spesial ini, mereka membawakan lagu-lagu yang sudah lama tidak terdengar di penampilan mereka belakangan. Usai memainkan “Owl and Wolf”, sang vokalis, Rekti Yoewono, nyeletuk, “Udah lama banget, ya, gak bawa lagu ini”. Salah satu momen yang berkesan adalah saat “Money Making” dimainkan. Di pertengahan lagu, penonton dihujani oleh replika uang pecahan 100 Dolar. Gimmick serupa dilakukan pada lagu penutup. Ketika lagu berakhir, penonton dihujani kelopak-kelopak bunga.
Acara ini turut dimeriahkan oleh live painting dari Repliks Graff Klub dan tenant-tenant yang menawarkan makanan hingga pakaian. Show dibuka oleh beberapa band yang tak kalah menarik, yaitu: Defodio, Tabraklari, Black Horses, dan Rajadansa. Tiap band pembuka mampu meninggalkan kesan pada penampilannya. Defodio dengan vokal yang mengundang sorakan antusias dari penonton. Tabraklari dengan lagu-lagu yang mengajak penonton sing along. Black Horses dengan virtuosity dari tiap personil. Dan Rajadansa dengan sajian audio visual yang membelah-belah crowd.