CEO LVMH Bernard Arnault Menyalip Elon Musk, menjadi Orang Terkaya di Dunia
Kini, singgasana orang terkaya di dunia menurut Bloomberg yang sebelumnya diduduki oleh Elon Musk harus diserahkan kepada Chairman dan CEO dari LVMH, Bernard Arnault.
Teks: Garrin Faturrahman
Foto: Forbes
Singkat cerita, Bernard Arnault kini adalah orang terkaya di dunia. Takhta tersebut dianugerahkan berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, yang mana posisi tersebut sebelumnya diduduki oleh Elon Musk. Bernard Arnault adalah Co-founder, Chairman, dan CEO dari LVMH, perusahaan barang-barang mewah yang menaungi nama-nama seperti Louis Vuitton, Dior, dan Tiffany & Co., di antaranya.
Bahkan, ini adalah kali pertama kedudukan tertinggi ini dipegang oleh seseorang dari Prancis, yang sekaligus mematahkan dominasi individu-individu yang beroperasi di Amerika Serikat—sebagai contoh tambahan, satu disrupsi yang sempat merebut singgasana tersebut adalah Carlos Slim dari Mexico pada tahun 2010–2013.
Kekayaan Arnault ini mengalami peningkatan eksponensial yang, menurut beberapa riset, justru diakibatkan oleh pandemi, yaitu berkat pent-up demand yang menggebu-gebu akibat publik luas dihalangi aksesnya untuk membeli barang di toko selama pandemi berkecamuk. Faktanya, pada kuartal pertama tahun 2021, pendapatan LVMH ini meningkat setinggi 32% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya—tepatnya, sebanyak USD 17 milyar. Fenomena yang dipicu oleh tertahannya pembelian seperti ini cukup marak terjadi terhadap luxury brands asal Eropa, ternyata.
Jika kemunculan beliau di tangga kekayaan itu dirasa terlalu tiba-tiba, maka praduga ini tidak sepenuhnya salah: Bernard Arnault sebetulnya merupakan nama yang merupakan langganan untuk ikut serta dalam ranking kekayaan, namun sosok di balik brand-brand prominen dalam barang mewah ini diberitakan untuk cenderung menjauhi kehidupan ekstravagan, dan jarang menunjukkan diri di muka umum, bahkan media sosial. Bahkan, Arnault pernah bercerita di Radio Classique (yang juga dimiliki oleh LVMH) bahwa jet pribadi miliknya dijual sebagai buntut dari amarah netizen Twitter yang mendesak isu tingginya frekuensi pemakaian jet pribadi sebagai penyumbang polusi terbesar.