Harapan atas Kurikulum Industri yang akan Datang
Pada submisi column kali ini, Irfan Suparman menulis tentang masa depan pendidikan Indonesia jika menerapkan kurikulum industri serta perlunya mempelajari industri sekarang dengan lebih menyeluruh.
Words by Whiteboard Journal
Mendengar kata industri seperti mendengar kata yang terlarang bagi sebagian orang. Dalam KBBI, ‘industri’ merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin. Di abad 21 ini khususnya di Indonesia, kata ‘industri ‘berhubungan erat dengan revolusi industri 4.0 yang digaungkan oleh pemerintah. Pada era ini, industri tidak hanya bergantung pada mesin tetapi juga komputer dan internet.
Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, kampus harus disarankan menggunakan kurikulum industri bukan lagi kurikulum dari dosen. Menurutnya, di era yang serba canggih ini mahasiswa harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan informasi. Untuk itu penting sekali memahami industri di era revolusi industri 4.0 supaya sumber daya manusia yang ada tidak akan kalah saing dengan zamannya, akan tetapi permintaan tersebut menuai pro dan kontra di masyarakat. Polemik tersebut bersumber dari kalangan mahasiswa hingga dosen.
Sebenarnya pada abad ke 21 ini menurut Yuval Noah Harari dalam bukunya “21 Adab Untuk Abad 21″, adalah abad yang penuh kebingungan. Abad ini hadir dengan kemajuan teknologi dan informasi yang pesat sekaligus tidak terbendung yang diprediksi akan menjadi ancaman bagi umat manusia dikemudian hari. Bukan hanya itu, pada bab terakhir Yuval Noah, beranggapan bahwa yang dibutuhkan umat manusia saat ini bukan hanya meningkatkan kecerdasan intelegensi tapi lebih diutamakan meningkatkan kecerdasan emosional.
Untuk menyikapi zaman ini dengan kemajuan teknologi yang besar, seharusnya kita bukan hanya dituntut untuk mengerti perkembangan industri pada era disrupsi teknologi dan informasi. Namun, kita harus memahami dan menyikapi ancaman yang akan datang yang disebabkan oleh disrupsi ini. Kurikulum industri bisa menjadi solusi dan ancaman sekaligus bagi kehidupan Indonesia kelak.
Kita tidak bisa menutup mata atas persoalan yang terjadi di Indonesia, seperti kebakaran hutan dan kebocoran data pribadi yang sedang populer diperbincangkan. Pelaku utamanya adalah industri. Dari industri yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat modern sampai menjadi industri yang mengancam kehidupan di bumi. Kita sadari perubahan iklim merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari industri dan kegiatan ekonomi masyarakat.
Menurut saya kita perlu mempelajari industri yang ada pada zaman kita saat ini, namun kita juga perlu mempelajari dampak industri bagi kehidupan kita. Jangan sampai kita memperbaiki suatu masalah dengan masalah yang jauh lebih besar. Kurikulum industri sangat bagus dipelajari oleh mahasiswa supaya mahasiswa mampu menganalisa dampak baik dan buruk dari industri yang sedang berkembang saat ini. Persaingan juga merupakan bagian dari seleksi alam namun sayangnya kita harus kembali lagi ke pertanyaan besar, untuk siapa semua kemajuan ini di buat kalau pada akhirnya menimbulkan kerusakan bagi bumi.
Dilansir dari Kompas, Jokowi mengatakan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa harus sejalan dengan perkembangan terkini dan masa depan. Ia mengingatkan bahwa banyak pengetahuan dan keterampilan yang menjadi tidak relevan lagi dan menjadi usang karena disrupsi. Namun, menurut Presiden, di saat bersamaan, banyak pengetahuan baru yang bermunculan. Banyak jenis pekerjaan yang hilang karena disrupsi, tetapi pekerjaan baru di masa kini dan masa mendatang juga bermunculan akibat disrupsi.
Yuval Noah Harari juga mengatakan dalam bukunya, “Homo Deus : Masa Depan Umat Manusia”, bahwa beberapa pekerjaan nantinya akan digantikan oleh robot yang memiliki kecerdasan buatan atau artificial intellegence. Seberapa tangguhkah manusia menghadapi gejolak perubahan zaman. Atas dasar kemajuan juga manusia menciptakan beragam teknologi untuk kemudahan dan kesejahteraan manusia. Kemudahan dan kesejahteraan manusia mana yang dimaksud?
Secara garis stratifikasi sosial, ada yang namanya kelas sosial. Kelas sosial dibagi menjadi beberapa lagi. Karl Marx seorang sosiolog asal Jerman, juga menulis buku “Das Kapital”. Ia mengkritik sistem ekonomi kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir orang. Menurut Marx, kelas sosial ke dalam tiga kelas, yakni kaum buruh, kaum pemilik modal dan tuan tanah.
Saat ini industri masih bergantung pada modal dan tanah. Modal sebagai alat untuk memproduksi sesuatu dan tanah menjadi lahan atau tempat. Saat nanti industri kapitalisme terus mengeksploitasi kehidupan yang ada di bumi sehingga bumi ini tidak lagi baik untuk dihuni oleh manusia, para kelas pemilik modal dan tuan tanah lah yang menikmati kehidupan baru di planet lain yang sedang diteliti saat ini oleh para saintis. Seperti pada film “Elysium” yang bercerita pada 2154, para orang kaya hidup di stasiun luar angkasa buatan manusia dan sisanya tetap di planet bumi yang hancur
Sebaiknya kita sebagai manusia tidak menolak kemajuan zaman dan tidak serta merta harus selalu ingin maju sampai pada akhirnya kita lupa bahwa bumi yang kita tinggali ini sudah tua. Industri kian melaju pesat, hanya kita yang dapat menekan laju perkembangan industri. Kurikulum industri harus mengajarkan kebijaksanaan bukan hanya mengajarkan bagaimana sukses sebagai seorang karyawan di sebuah industri. Carl Sagan dalam bukunya Pale Blue Dot yang menceritakan bahwa tidak ada satu pertanda yang dapat menolong diri anda sendiri di alam semesta ini.
Pada akhir tulisan ini saya berharap kurikulum industri bukan menggantikan kurikulum dosen, tapi lebih sebagai penyeimbang antara pengetahuan masa depan dan masa kini supaya saling berkesinambungan. Pemerintah mau memberikan fasilitas sebagai penunjang hal-hal tersebut. Kami sebagai generasi muda yang akan menggantikan peran para orang tua untuk terus menjaga amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Pancasila, berhak atas sistem pendidikan seperti apa yang kita inginkan sebab proyeksi tersebut untuk kita semua dan untuk bumi.