Karya Ilustrasi, Benyamin Sueb dan Google Doodle bersama Isa Indra Permana
Menampilkan karakter karya dari Isa Indra Permana, seorang ilustrator dan desainer yang terpilih menjadi salah satu ilustrator untuk Google Doodle.
Words by Ghina Sabrina
In partnership with Google Indonesia
Apa yang menjadi titik awal ketertarikan Anda untuk menjadi ilustrator?
Dari zaman kuliah, sebelum tugas akhir itu saya banyak melihat beberapa cover album band dan poster-poster event. Dari situ, saya sudah mulai memantapkan diri untuk menjadi ilustrator sementara itu teman saya rata-rata lebih dominan mengambil print. Pada saat itu circle saya berisi anak-anak band semua, jadi pergaulan ini juga mempengaruhi referensi-referensi yang saya dapatkan. Lalu saya pun memutuskan untuk menjadi ilustrator karena saya juga memang suka mengulik di ilustrasi.
Apa karakter yang ingin dimunculkan pada karya Anda?
Rata-rata yang saya tampilkan itu karakter-karakter imajinatif, jadi dia lebih merepresentasikan respon saya terhadap sekitar. Saya juga baca-baca buku mitologi dan biasanya inspirasi juga datang dari situ. Habis itu, baru saya membuat karakter baru dengan nama baru. Tapi, karakter-karakter ini pun sebenarnya terdiri dari banyak inspirasi, jadi mungkin dari bentuknya saya ambil dari mitologi ini, terus untuk latar belakangnya dari buku yang lain. Intinya, saya ingin dapat menyampaikan emosi lewat karakter-karakter yang saya buat.
Apakah ada karya yang bisa menjadi representasi karakter Anda, baik secara idealisme maupun komersil?
Proyek yang menurut saya bisa menampilkan karakter saya banget itu pas proyek dengan Bottlesmoker. Pada saat itu saya diberikan tema besar, cuma mereka tidak ingin mengekang sehingga mereka menyerahkan saya untuk bisa memvisualisasikan musik di album tersebut. Waktu itu saya sempat demen banget explore beberapa buku tentang simbol, dan saya malah jadi belajar lebih tentang itu. Untuk materi album “Parakosmos”, saya jadi mengulik lagi soal huruf Hanacaraka dan kemudian memasukan beberapa unsur huruf-huruf Jawa kuno itu serta beberapa simbol dan mitologinya juga.
Bagaimana approach dan proses Anda terhadap pengerjaan setiap project?
Biasanya saya menanyakan detail brief sama timeline-nya ke client dulu buat memastikan saya bisa atau tidak untuk mengejar ekspektasi mereka. Setelah itu, saya melakukan riset dan mengumpulkan beberapa referensi. Lalu, dari kumpulan kata kunci yang memiliki benang merah saya kemudian jadikan satu dalam bentuk moodboard. Baru sehabis itu berlanjut ke komposisi color palette, arahan visual concept serta font yang akan digunakan. Terus proses selanjutnya itu paling feedback, lalu masuk ke proses coloring sampai final artwork.
Bagaimana Anda memposisikan idealisme dalam proyek-proyek komersil?
Kalau saya, idealisme itu ada di posisi kedua. Saya lebih memposisikan kebutuhan client di posisi pertama dan sebisa mungkin wujudnya menyesuaikan sama kebutuhan client. Saya tidak ingin idealisme saya ini terlalu mendominasi karena saya ingin mencapai win-win solution.
Mungkin wujud idealisme itu sendiri bisa seperti pertukaran pendapat, seperti sharing dan memberikan feedback. Saya pasti bertanya balik ke client kalau ada masukan apa tidak. Saya kadang menemukan kasus proyek yang menurut client sudah bagus, tapi menurut saya sendiri kurang. Pada saat seperti ini, kadang saya memberikan masukan misalnya “Kalau saya bikin alternatif lain itu seperti ini lho, kalau kamu bagaimana?” Jadi idealisme itu juga bisa timbul dalam bentuk sharing.
Bagaimana Anda memposisikan esensi karya graphic design dalam masyarakat?
Kalau dari saya, bagaimana caranya visual dari karya yang saya buat bisa dengan mudah tersampaikan pesannya secara jelas ke masyarakat.
Bagaimana pengalaman Anda dalam menjadi bagian dari industri graphic design di Indonesia?
Cukup beragam pengalamannya. Kadang bertemu client yang asik sama yang cukup demanding. Dari situ saya jadi belajar, terus tanya-tanya ke senior, sama sharing dengan sesama ilustrator untuk perihal teknis. Jadi kurang lebih roller coaster lah.
Anda baru saja mengerjakan ilustrasi Benyamin Sueb untuk Google Doodle, boleh ceritakan lebih lanjut tentang proyek ini?
Pada awalnya saya dikontak langsung sama Art Director Google Global, Helene Leroux. Itu di bulan Januari, cuma di-pending dulu. Akhirnya saya dikontak lagi di bulan Juni. Pada saat itu, saya sudah diberikan tema yang mana saya harus mengerjakan proyek Google Doodle untuk figure atau event. Kebetulan pas waktu itu saya mendapatkan brief untuk mengerjakan karya untuk memperingati Benyamin Sueb.
Timeline-nya kurang lebih sekitar sebulan sampai final artwork-nya gitu. Saya propose 3 sketch ke mereka, terus mereka itu ada waktu sekitar seminggu untuk memutuskan memilih yang mana. Jadi mereka mungkin consult sama Google Indonesia juga untuk keputusan pemilihan salah satu dari 3 sketch itu.
–
Isa Indra Permana
isa.panic.monsta@gmail.com