Jejak Langkah Beastie Boys
Menelusuri kembali jejak-jejak Beastie Boys bagi perkembangan skena dan meletakkan standar hip-hop yang baik.
Words by Whiteboard Journal
Menuliskan kembali ingatan tentang Beastie Boys mungkin menjadi hal menarik karena 30 Oktober kemarin mulai dipasarkannya buku “Beastie Boys Book” lalu tanggal 15 mendatang adalah peluncuran album pertama mereka: “Licensed To Ill”. Sepertinya itu bisa menjadi alasan untuk menelusuri kembali jejak-jejak mereka bagi perkembangan skena dan meletakkan standar hip-hop yang baik.
Penampilan pertama Beastie Boys berlangsung di loteng rumah John Berry di sudut West 100th Street saat merayakan ulang tahun ketujuh belas Adam Yauch, selanjutnya mereka juga tampil di Broadway di Upper West Side Manhattan, kebetulan di situ tempat berkumpulnya komunitas kecil penggemar musik Hardcore Punk. Memang musik pertama yang dimainkan Beastie Boys kala itu adalah Hardcore Punk.
Empat remaja yang memainkan Hardcore Punk itu diantaranya, Adam Yauch – yang nantinya kita kenal dengan nama panggung MCA – memainkan bass waktu itu, sementara John Berry yang memainkan gitar adalah orang yang memberi nama band ini “Beastie Boys”. Dua lainnya adalah Michael Diamond – nantinya dikenal dengan nama panggung Mike D – sebagai vokalis dan Kate Schellenbach sebagai drumer.
Mereka terbentuk tahun 1981, sempat melakukan rekaman EP “Polly Wong Stew” yang di rekam di studio 171A pada November 1982, tak lama Berry meninggalkan Beastie Boys. Adam Horvitz yang saat itu berumur 16 tahun – nantinya dikenal dengan nama panggung Ad-Rock – masuk menggantikan berry sebagai gitaris yang sebelumnya bermain di band punk The Young dan Useless.
Sepeninggal Schellenbach di tahun 1983, Beastie Boys bermetamorfosa seutuhnya menjadi trio hip-hop kulit putih pertama di New York yang mengejutkan. Saat Rick Rubin, seorang mahasiswa dari Universitas New York dan kenalan Adam Yauch di skena Hardcore bergabung sebagai Disc Jockey (DJ) kematangan Beastie Boys di skenanya tak terbendung. Rick Rubin juga kolega manajer Run-DMC, Russell Simmons sehingga perjalanan Beasties semakin mulus saja, mereka langsung menandatangi kesepakatan rekaman dengan Def Jam (label rekaman hip-hop) untuk single Rock Hard.
Pamor Beastie Boys semakin menanjak tatkala mendampingi Madonna di tur-nya tahun 1985. Setahun kemudian album pertama mereka “Licensed to Ill” keluar dan menjadi album hip-hop pertama yang memuncaki chart Billboard. Lagu hitnya “No Sleep Till Brooklyn” menjadi slogan populer yang bergema dari radio-radio dan muncul di kaos-kaos di New York. Riff-riff rock menjadi pembuka dalam beberapa lagu di album ini akan sering merasuki kuping, baru di lagu New Style peran DJ menonjol di awal lagu. Ini album pertama mereka yang kebanyakan orang bilang sangat eksperimental.
Tiga tahun kemudian, “Paul’s Boutique” menjadi album penting di skena hip-hop: “kumpulan sampel dan rima provokatif yang mulus – sebuah opera rap, jika Anda mau,” kata majalah Rolling Stone pada saat itu (seperti terkutip di laman The New York Times dengan judul artikel Adam Yauch, Who, With His Bandmates the Beastie Boys, Made Hip-Hop Mainstream).
“Paul’s Boutique” merupakan album pertama mereka dengan label rekaman Capitol, mereka bekerja dengan tim produksi Dust Brothers. Terlihat jelas kematangan Beastie Boys di hip-hop denga menghasilkan trek inovatif dan padat yang dipotong cepat di tengah rock, funk, jazz, dan lainnya; sementara itu, para rapper berbagi lirik dengan seksama sehingga ketiganya terdengan saling merampas satu atau dua kata dalam satu baris dengan ciri khas suara mereka masing-masing. Album ini kemudian terjual dua juta kopi.
Di album-album awal terlihat dengan gamblang bahwa mereka adalah pemuda yang begitu menikmati kebebasan. Menyuarakan hak untuk berpesta, membicarakan tentang gadis-gadis, vandalisme, mabuk, dan senjata. Video klip You Gotta Fight For Your Right to Party satu dari sekian lagu yang benar-benar mewakili kepribadian tiga pemuda ini. banyak juga yang menganggap bahwa mereka adalah trio hip-hop yang suka melucu dan konyol. Jon Pareles, kritikus musik New York Times, pernah mengatakan setelah kematian Adam Yauch, “mereka adalan pelawak, bukan petarung.”
Meski kehadiran mereka merombak segala pakem-pakem hip-hop yang sudah terawat di New York namun kehadiran Beastie Boys tetap disambut baik oleh pendahulunya – dari Chuck D hingga Big Daddy Kane – tetap merangkul ketiga pemuda ini. Bukan karena semengujatkannya mereka tetapi alasan penting Beastie Boys diterima dan dicintai di skena hip-hop karena ia jujur pada diri mereka sendiri. Bahwa hip-hop sebagai anti narasi yang menjengkelkan dari jenis musik lainnya – meski semua musik juga memiliki keyakinan yang sama.
Mike D dalam wawancaranya dengan Vulture.com ia mengaskan kalau menjadi diri sendiri itu penting, “Kami harus belajar menjadi diri sendiri, dan kami membuatnya bekerja secara kultural dan diterima sebagai rapper karena mampu menjadi diri sendiri dan bukan orang lain.”
Beastie Boys memang menunjukkan kalau hip-hop yang mereka mainkan mampu menghasilkan pendengar yang masif dan berdampak menjadikan hip-hop sebagai kebudayaan yang mainstream. Mendengar Beastie Boys di awal kehadirannya membuat semua terlihat begitu bergairah dan merasa muda. Meski ia mengeluarkan debut album perdana tahun 80-an namun penghargaannya tidak hanya sampai di tahun itu, ia terus berdampak, bahkan “Licensed To Ill” menjadi salah satu album yang terjual dengan cepat dan mendapatkan sertifikat dari Asosiasi Industri Rekaman Amerika pada tahun 2015 untuk pengiriman sepuluh juta keping salinan rekaman di Amerika Serikat.
Sang Pemula
Ada yang membekas kala Adam Yauch pulang menonton film dokumenter tentang Sex Pistols di sebuah arena roller. Bukan tentang film itu tetapi grup B-Boys Rock Steady Crew yang latihan di sela-sela acara pemuataran film itu. Lagu-lagu hip-hop mendadak akrab di telinganya, seperti lagu Sugar Hill Gang “Rapper’s Delight” yang ia dengarkan di ruang pizza. Adam Yauch terus merapalkan lagu itu dengan suara serak laiknya rapper kawakan.
“Itu adalah titik balik saat apa yang dia tahu bisa, itu dia lakukan,” kata kawan kecil Adam Yauch, Jill Cunniff yang tercengang melihat Adam Yauch – yang kala itu seorang remaja dari skena punk, bahkan sehari-hari mengenakan bots, jaket musim dingin dengan emblem lagu The Clash “White Riot” bisa nge-rap.
Sama tercengannya, Adam Horovitz yang bersama-sama dengan Adam Yauch belajar mematangkan diri di hip-hop, melihat bahwa MCA mempelajari rima dari seorang pioner rap, Spoonie Gee’s dengan cara ia mempelajari petikan bass Bad Brains.
Tak pelak rasanya jika Rick Rubin mengatakan, “Hip-hop yang mereka dengarkan pada saat ini lebih segar ketimbang mereka mendengarkan musik rock.”
Sementara Mike D saat ditanyai tentang keunikan suara Adam Yauch sebagai rapper, ia menjawab bahwa ketika melakukan rekaman di usia 19 atau 20 tahun waktu itu, suara dia seperti terdengar orang yang berumur 40 tahun, kasar. “dia layaknya Bobby Womack saat nge-rap,” jawabnya di Rollingstone.com.
Adam Yauch adalah bocah yang bersemangat, kadang usil. Dialah yang mengajarkan Mike D memalsukan stempel untuk masuk ke sebuah konser. Suatu hari seuasi menonton Black Flag di sebuah club Peppermint Lounge di 128 West 45th Street-Manhattan, disitulah pertama kalinya dia melihat orang-orang moshing dan stage dive. Begitu acara selesai ia tak langsung pulang ke rumahnya melainkan ke rumah John Berry. Di sana ia memulai menyatakan kalau akan membuat sebuah band, dan kedua kawannya – Mike Diamond dan John Barry – termasuk dalam band itu.
Sulit untuk tidak mengatakan kalau dia, sang pemula, memiliki pengaruh besar dalam Beastie Boys. Sepulang dari liburannya di India bersama pacarnya, ada satu lagu menandai bahwa lirik-lirik Beastie Boys mulai sedikit berubah. Itu di lagu Namaste di album “Check Your Head”. Liriknya bercerita tentang perjalanan, lebih tepatnya menikmati sebuah perjalanan. Lagu itu juga terdengar tenang, tidak cerewet seperti lagu mereka biasanya. Untuk di diri Yauch sendiri ia menjadi vegetarian.
Perubahan yang sungguh signifikan dalam diri Yauch sampai mempengaruhi Beastie Boys itu sendiri ketika ia mengunjungi Tibet di tahun 1993. Di sana ia menemui umat Budha di pengasingan dan mempelajari ajaran mereka serta situasi politik Tibet. Perjalanan itu membuat MCA ingin menebus semua kesalahan pada lirik-lirik seksis, mabuk, dan berpesta di beberapa album sebelumnya. Maka lagu Sure Shot di album “Ill Communication” dalam empat baris miliknya yang mencengakan ia memulai perubahan mendasar untuk karya-karya selanjutnya dengan mengatakan:
Saya ingin mengatakan sesuatu hal kecil yang sudah lama tertunda
Sikap tidak hormat pada wanita harus dilalui
Kepada semua ibu dan saudara perempuan serta istri dan teman-teman
Saya ingin menawarkan cinta dan hormat saya sampai akhir
Sementara di lagu “Shambala” and “Bodhisattva Vow” untuk album Beastie Boys yang ke empat ini Yauch merekam sampel suara biksu Budha Tibet, karena itu royalti yang didapatkan Beastie Boys Yauch menginisiasi untuk dihibahkan dalam membantu kemerdekaan Tibet.
Dia memang orang yang bersemangat, tak hanya untuk Beastie Boys, Yauch sama seriusnya melawan penindasan di Tibet. Ketika Beastie Boys pertama kalinya tampil di festival Lollapalooza tahun 1994, Yauch membawa serta kelompok biksu Budha Tibet, dan itu berjalan selama tour dua bulan bersama Beastie Boys.
Ia juga membentuk Milarefa Fund, sebuah badan amal untuk meningkatkan kesadaran akan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Cina di Tibet. Melalui badan amal ini ia mengajak beberapa band – U2, Pearl Jam, Red Hot Chili Peppers, Radiohead and the Smashing Pumpkins – yang memiliki pengaruh sangat besar dan membuat beberapa konser untuk Tibet dalam kurun tujuh tahun.
Namun aktivis Tibet ini meninggal begitu cepat, di usia 47 tahun – 4 mei 2012 lalu. Yauch sebagai sang pemula memang benar-benar manusia yang penuh semangat, meski konser terakhirnya di bulan juni 2009 meninggalkan kekecewaan bagi beberapa penggemarnya di Bonnaroo karena suaranya pada saat itu sedang bermasalah.
Sebulan setelah konser itu, dalam konfrensi dia menyuruh kedua kawannya Mike Diamond dan Adam Horovitz untuk mengatakan kepada penggemarnya bahwa dia telah didiagnosa mengidap kanker saliva. Lalu dengan yakin dia juga ikut berkata, “I’m gonna be ok.”
Arus Balik
Ketika Mike Diamond diwawancarai oleh Vulture.com dan pada satu sesi ia ditanyai soal ingatannya yang paling melekat tentang Beastie Boys? Mike D menjawab bukan tentang satu peristiwa, ini tentang proses Adam (MCA), Adam (Ad-Rock), dan dia sendiri, berkolaborasi di setiap level: membuat rekaman dan membuat video. Tapi ungkapan ini sebenarnya tetap membawa kita kepada momen-momen lain yang terjadi pada mereka.
Setelah memuali bekerja sama dengan Russell Simmons sebagai manajer, Beastie Boys memulai pertunjukan hip-hop pertamanya di sebuah klub bernama Encore di Queens – Jamaica avenue. Sebagai band pembuka dari Kurtis Blow, dengan bangga Beastie Boys menyewa mobil Limosin (mobil sedan panjang, antara sopir dan penumpang terdapat dinding pembatas) untuk datang ke sana.
Mereka datang dengan setelan pakaian Puma, sementara Run-DMC yang juga ada di tempat itu mengenakan setelan Adidas, sontak terdengar ejekan yang di dengar Beastie Boys, “Who the fuck are you guys, Menudo? (Boy Band Amerika Latin tahun 70-an).” Ini adalah kejadian yang tak bisa dilupakan oleh Mike D, ia merasa seperti badut.
Kejadian lucu ini terjadi kala mereka masih merasa hip-hop dekat dengan dunia yang glamor, pesta, mabuk, seks, dan lain sebagainya. Mereka masih takut untuk dibilang terlalu tua jika membawa hip-hop menyuarakan pembebasan ke dalam lirik.
Tapi Beastie Boys segera menyadari kekosongan yang ada di album awal mereka : “Licensed To Ill” dan “Paul’s Boutique”. Momen yang menjadi arus balik dari mereka saat mengeluarkan album keempatnya. Di situ ada lagu Sure Shot – yang menandai mereka menjadi feminis, Root Down – Beastie Boys menekankan siapa mereka, “The Beastie Boys You Know We Come To Get Down / Because I’ve got the flow”. Satu lagu yang populer ada di album ini, Sabotage – Beastie Boys menemukan pendengar barunya dan menciptakan satndar baru untuk dirinya sendiri.
Album “Hello Nasty” pun rilis tahun 1998, album yang banyak dipenuhi ruang elektronik, goresan turntable, dan drum beats yang semakin menunjukkan kedewasaan [baca: ketuaan] mereka di hip-hop. Arus balik mereka seperti itu, setidaknya musik mereka lebih meriah dan liriknya menunjukkan para personil Beastie Boys sekarang benar-benar menginjak usia 30-an di tahun itu.
Adam Yauch mengatakan dalam artikel “Beastie Boys Get Nasty” di rollingstone.com menyampaikan rasa gembiranya ketika mengerjakan proyek album ini. “Itu keren,” kata Yauch. “Kami melakukan semua hal teknik untuk satu sama lain. Seperti, satu orang bermain, orang lain akan mengatur mikrofon, menekan tombol rekam. “
Sementara keterlibatan mereka untuk meneriakkan isu sosial terus dibuktikan. Saat menerima trofi Video Vanguard di MTV Video Music Awards. Ketika dipersilahkan untuk berbicara, MCA menggunakan kesempatan itu untuk membahas keterlibatan Amerika Serikat di Timur Tengah. Ia meminta penonton untuk mendesak lahirnya sebuah resolusi tanpa menggunakan kekerasan.
“Saya pikir bahwa hal lain yang perlu dipikirkan Amerika adalah rasisme kita, rasisme yang berasal dari Amerika Serikat terhadap orang-orang Muslim dan terhadap orang-orang Arab,” kata MCA, “Amerika Serikat harus mulai menghormati orang-orang di Timur Tengah. ” seperti dikutip dari laman www.NYTimes.com.
Tahun berikutnya, di acara penghargaan yang sama, Beastie Boys memenangkan penghargaan untuk Video Musik Hip-Hop Terbaik dan menggunakan pidato mereka untuk berbicara tentang serangan seksual yang terjadi di Woodstock ’99 – festival musik yang telah terjadi hanya beberapa minggu sebelumnya. dia memohon keseluruhan industri musik untuk berbicara dengan tim keamanan konser dan bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Beastie Boys berani mengakui bahwa seksisme adalah bagian dari sejarah mereka, dan mereka mengaku malu dan meminta maaf karena itu. Perasaan itu kemudian yang dijadikan kekuatan oleh Beastie Boys untuk membalikkan arusnya, dan dia terus mengajak para pendengar dan penggemarnya untuk melakukan hal yang sama.
“Jadi inilah waktunya,” begitu kata Mike D.